bagian 8

168 30 10
                                    

Jadi Nessa, aku mengusulkan sebuah perjanjian untukmu. Maukah kau, berpura-pura menjadi kekasihku, calon isteriku untuk kubawa ke hadapan ibu ku ?" Ucap Rafael dengan tenang.

-----------------

Apa dia sudah gila. Batin Sasa.

"Sepertinya kau perlu memeriksakan otak mu kedokter. Sudah cukup aku berada disini." Sasa mengeram marah lalu berdiri hendak meninggalkan meja mereka.

"Kau harus pikirkan ulang." Ucap Rafael yang berhasil membuat Sasa menoleh.

"Aku merasa kasihan pada Saira, dia ingin merasakan kehadiran sosok seorang Ibu." Lanjut Rafael.

Sasa tertegun, menyadari perkataan Rafael. Rafael begitu menyayangi anak nya. Tapi beranikah ia menerima pernikahan itu walau hanya berpura pura.

"Aku berjanji, ketika aku dan kau sudah memiliki pasangan masing masing, kita bisa melepaskan ikatan diantara kita tanpa masalah. Aku yang akan menjelaskan nya pada Ibu ku dan anakku bahwa kita sudah tidak cocok lagi." Ucap Rafael.

Sasa mengehela nafas pajang
"Berikan aku waktu untuk berpikir."

"Oke. Hubungi aku kalau kau sudah siap memberi jawaban. Jangan terlalu lama. " ucap Rafael.

*Sasa*

Flashback On

"Apa? Kenapa saya harus keluar, saya sudah membayar bulanan apartemen ini."

"Ada yang membayar lebih besar dari dirimu."

"Tapi pak, saya mau tinggal dimana nanti."

"kau bisa membereskan barang mu sekarang . Besok apartemen itu harus kosong, karna sudah ada yang ingin memakai tempat itu."

Flashback off

Harus tinggal dimana lagi aku. Batin ku.

Aku menghela nafas panjang, aku teringat akan sesuatu. Penawaran itu. Apakah aku menerima nya. Tapi untung nya di aku ? Aku harus meminta keuntungan nya.

Ku keluarkan ponsel ku dan mencari nomor itu. Dalam deringan kedua, ponsel itu diangkat dan suara Rafael menyahut di sana.

"Halo?"

Sasa menelan ludah, suaranya terasa tercekat dan tenggorokannya terasa kering ketika akan menyatakan keputusannya itu,

"Halo... ini aku.... aku... aku cuma mau bilang, aku akan melakukan kesepakatan yang kau bicarakan tadi."

Hening sejenak. Lalu Rafael berdehem di seberang sana.
"Kau yakin?'

"Ya aku yakin, tapi boleh kah aku tinggal dirumah mu sebentar saja." Ucap ku dengan nada memohon.

"Tinggal dirumah ku, ada apa dengan apartemen mu."

"Ntah lah, aku diusir padahal aku sudah membayar lunas apartemenku." Ucap ku.

"Baik lah, aku akan menjemput mu besok. Kau bisa kirim alamat nya." Ucap nya lalu ponsel itu mati.

Akhirnya. Batin ku.

*Rafael*

"Daaadddd." Teriak Saira yang membuat ku terkejut. Lalu Saira memberikan ponsel ku. Dan aku melihat nama yang menelfon ku. Aku tersenyum.

"Halo." Ucap ku.

"Halo... ini aku.... aku... aku cuma mau bilang, aku akan melakukan kesepakatan yang kau bicarakan tadi."

Aku berdehem membuat keheningan itu berlalu
"Kau yakin." Ucap ku memastikan.

"Ya aku yakin, tapi boleh kah aku tinggal dirumah mu sebentar saja." Ucap nya dengan nada memohon.

Aku hanya tersenyum miring
"Tinggal dirumah ku, ada apa dengan apartemen mu." Ucap ku.

"Ntah lah, aku diusir padahal aku sudah membayar lunas apartemenku." Ucap nya.

"Baik lah, aku akan menjemput mu besok. Kau bisa kirim alamat nya." Ucap ku lalu mematikan ponsel ku.

Ada apa dengan jantung ku. Batin ku.

Aku hanya menutup mataku. Namun aku melihat Saira naik ke kasur dan duduk tepat di perut ku.

"Siapa tadi Daddy." Ucap nya.

Aku hanya menaikkan satu alis ku

"Eeempp, Daddy merahasiakannya." Ucapku sambil menaik turun kan alisku.

"Daddy, c'mon." Ucap Saira dengan wajah kesal nya.

Aku hanya tersenyum melihat putri ku. Apa aku bilang sekarang saja bahwa dia sebentar lagi akan mempunyai seorang Ibu. Batin ku

"Oh my God, Daddy." Ucap Saira dengan sedikit berteriak.

Lalu aku menyuruh Saira duduk diatas kasur dan aku bangkit dari tidurku.
"Baiklah sayang aku akan memberitahumu...........Begini, sebentar lagi kau akan ........ mempunyai.....seorang Ibu." Ucap ku dengan terpatah patah. Dan sekarang, ya Tuhan wajah nya. Membuat ku tertawa.  kalau kalian bisa lihat wajah nya. Kalian akan tertawa terbaahak bahak.

" benarkah Dad, apakah Ibu ku nanti kak Sasa." Ucap Saira dengan wajah polosnya.

Aku hanya menganggukk dengan senyum mengembang.

Saira memeluk ku dengan wajah manis nya. Betapa senang nya dia hari ini. Aku tak pernah melihat nya seperti ini sebelumnya.

"Daddy emang hebat." Ucal Saira mengacungkan 2 jempol nya.

"Siapa dulu dong, Daddy gitu loh." Ucap ku. Lalu kami tertawa bersama.

"Well, sudah jam 9 malam, kembali ke kamar mu." Ucap ku.

"Baiik Daddy. Selamat malam." Ucap Saira dan berlalu dari kamar ku.

Besok aku akan menjemput mu. Batin ku.

Selamat malam readers
Update kembali. Vote dan komennya nyaa ya guys :)
Semoga kalian suka yyaa sama ceritaa akkkuu ....
Selamat membaca :)















Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang