bagian 11

132 13 0
                                    

☆Sasa☆

"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Karin." Ucapku pada Karin.

"Apa-apa kau yakin itu dia? Kalau kau yakin, lalu kuburan itu milik siapa? Tidak mungkin itu orang lain kan?" Tanyanya dengan suara yang sedikit keras.

"Heii, kenapa kau marah pada ku?" Tanya ku padanya.

'Aku heran, ada apa dengannya'batinku.

"Ti-tidak, siapa yang marah, aku-aku-aku tidak marah." Ucapnya yang terbata-bata.

Aku hanya mengedikkan bahuku keatas.

Tiba-tiba suara Ponsel berbunyi, aku melihat dari mana arah suara itu. Dan ternyata itu ponsel Karin.

Aku melihat wajah Karin yang ketakutan.

"Eemp, sebentar ya aku angkat telfon dulu." Ucap nya lalu pergi menjauh beberapa meter dari ku. Tapi aku masih bisa lihat wajah nya yang semakin gelisah.

Aku melihat Karin berjalan kearahku.

"Eeum Sa, aku pulang duluan ya, ada urusan mendadak. Nanti kita ketemu lagi. Jaga kesehatanmu yaa, aku pergi dulu." Ucapnya dan berlari sedikit meninggalkanku.

"Ada yang disembunyikan nya dari ku, aku harus cari tau." Gumamku.

☆☆☆

Aku membuka pintu dan masuk kedalam rumah. Kulihat Rafael sedang duduk di sofa sambil membaca koran.

"Darimana saja kau." Ucapnya dingin.

"Ak-akku keluar sebentar." Ucapku.

"Dua hari lagi kita akan menikah." Ucapnya santai.

"Apaa !!!!" Mataku melotot seakan tidak percaya. Secepat itukah.

Dengan gugup aku menelan ludah. Aku melihat raut wajah Rafael yang serius.

Bagaimana aku menanggapinya. Bahkan aku tak berani melihat Jhosua dan Saira disini sekarang.

"Kenapa kau diam, bukankah kau mencintai daddy." Ucap Jhosua dengan sinis.

"Hentikan mata sinis mu itu Jhosua." Ucap Rafael. Membuat Jhosua mendengus kesal dan pergi dari situ. Saira masih tetap duduk diposisinya.

Bahkan aku tidak mencintainya. Bagaimana tidak, ini hanya sandiwara. Lalu aku melihat lagi wajah Saira. Dia tersenyum padaku, membuatku semakin gugup.

Aku menghela nafas dalam.

"Rafael...?" Aku bergumam lirih.

Rafa menatapku dengan mata memohon.

Ku kuatkan hatiku, mungkin ini jalan satu-satunya untuk melupakan Kevin.

"Ya, aku akan menikah dengan mu." Ucapku.

Aku melirik kearah Saira, wajahnya kembali ceria. Membuat hatiku berdegup kencang.

"Besok kita akan beli cincin pernikahan. Masalah baju itu menjadi urusanku.

Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju kamarku dengan Saira.

***

Cincin seperti apa yang kau mau ? Ucap Rafael padaku.

Aku mengamati cincin-cincin itu, luar biasa mewahnya.

"Cincin ini tidak akan pernah kugunakan." Aku bergumam kepada Rafael.

"Mungkin kau pilihkan saja yang sesuai seleramu."ucap Rafael menatapku tajam, lalu mengangkat bahunya,"Oke. Aku mau yang itu.

"Aku melirik pada pilihan Rafael dan aku ternganga, sepasang cincin itu memang begitu indah di dalam kotak warna merah itu. Dengan hiasan batu berlian yang besar, terasa sangat berlebihan.

"Tak bisakah kau memilihkan cincin yang lebih sederhana? Lihatlah seperti yang dipakai oleh para dukun." gumam ku ketus.

Membuat pelayan toko itu tertawa.

"kau sendiri tadi bilang mau yang sesuai seleraku." Ucap Rafael menatap ku tajam.

"Aku berubah pikiran selera mu tidak bagus. Kau terlalu senang dengan dukun." gumam ku sambil melirik sinis.

aku bisa melihat wajahnya yang heran.

"Yang itu saja." Ucap ku dengan menunjukkan sepasang cincin polos namun terlihat mewah, tentu saja tanpa batu berlian apapun.

"Rafael mengangkat alisnya melihat cincin pilihan ku.

"Terlalu polos dan sederhana." gumam Rafael tidak suka.

Aku menatap Rafael tajam.

"Pokoknya yang itu. Kalau kau pilih yang sesuai dengan seleramu aku tidak akan pernah pakai."

Aku melihat Rafael terkekeh.

"Oke.. oke.. baiklah." Dia melirik kepada Manager toko yang menunggu.

"Kami ambil yang itu." Ucap Rafael.

Manager toko menyiapkan cincin itu dan memberikannya pada Rafael.

♡♡ Author ♡♡

Pernikahan mereka luar biasa mewah dan sangat indah, dengan kondisi pernikahan mereka yang mendadak.

Sasa memasuki kamar pengantin yang sudah didekorasi dengan mewah.

Sambil menunggu Rafael datang Sasa berganti pakaian dengan gaun tidur warna putih miliknya, Sasa duduk dengan ragu di atas ranjang.

dia mendongak ketika Rafael menutup pintu kamar pengantin mereka. Rafael berjalan menuju kamar mandi.

Dan dia keluar dengan baju santainya dan duduk diatas ranjang tepat disamping Sasa.

Seketika jantung Sasa berdegup kencang. Sasa menelan ludahnya dengan susah payah.

"Kenapa kau begitu tegang." Ucap Rafael membuat Sasa terlonjak kaget.

"Eeumm, apakah kita seranjang?" Tanya Sasa ragu

Kali ini dia merasa takut.

Rafael tersenyum miring ' yaa, bukankah kita sepasang suami istri?" Tanya nya, yang langsung membuat wajah Sasa merah padam.

"Tenang saja, aku tidak akan menyentuhmu." Ucap Rafael santai.

Sasa menghela nafas lega,

Rafael tertawa melihat Sasa yang bernafas dengan lega membuat Sasa mendengus kesal.

Lalu Sasa berbaring dengan kasar dan membalikkan tubuhnya dan membelakangi Rafael.

Dalam hati, Sasa sudah mengumpat sumpah serapah untuk Rafael.

Haii ... 😊
Kembali update niihh...
Jangan lupa vomennya yya :)
.
.
.
.
Sorry banyak typo 😊
Selamat membaca yaa guys ☺☺😊





Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang