Bagian 12

153 11 0
                                    

♡♡ Sasa Phov ♡♡

Sudah 1 bulan pernikahanku dengan Rafael, semuanya menjadi biasa saja. Rafael juga tidak pernah menyentuhku pada saat sedang tidur.

"Mom, aku ngantuk, mau bobok," ucap Saira dengan manja. Yaa sekarang Saira sudah menjadi anakku. Aku senang, dia begitu baik dan penurut.

"Yasudah, masuk kamar sana, besok juga sekolahkan?"

"Selamat malam mom," ucap nya dan berlari menuju kamar.

Aku membereskan buku-buku saira yang berantakkan.

Seseorang mengetuk pintu dan masuk. Aku membalikkan badanku dan melihat Rafael yang .... uuhhh berantakan. Wajahnya pucat, hidungnya merah, ditambah lagi lingkaran hitam di matanya.

Rafael berjalan kearah sofa dan duduk.

"Kau tak lebih dari seorang monster, Rafael," ucapku.

Dan seketika sebuah buku melayang kearahku.

"Aaawwwwwww, Rafael, sakit tau gak," ucapku marah, sesekali aku mengelus kepalaku.

Rafael hanya mengedikkan bahunya," istri macam apa kau ini, suami sedang sakit dan kau mengejeknya," ucapnya lagi.

"Kau sakit? Seorang Rafael sakit?" Ucapku diselingi tawaku yang membuat Rafael melemparkan bukunya lagi kearahku. Namun kali ini aku mengelak, untung saja aku pernah belajar bela diri dengan Kevin. Oke fix Kevin lagi.

Rafael menggrutu dan beranjak dari sofa. Aku hanya mengikutinya dari belakang.

Aku melihat Rafael berbaring dan menutup matanya. 'Apa dia benar-benar sakit?' Batinku.
Yasudahlah.
"Selamat malam Rafael," ucapku pelan.

☆☆☆

Aku menguap dan melirik jam didinding, sudah jam 7 pagi. Aku menatap wajah Rafael yang pucat, namun tak membuat wajah tampannya hilang. Aku tersenyum melihat ciptaan Tuhan.

Mata itu terbuka. Seketika itu langsung Rafael menatap tajam kearahku.

"Kenapa kau menatapku?" Ucapnya dengan ketus.

"Aku tidak menatapmu," ucapku yang langsung mengalihkan wajahku.

Rafael kembali menutup matanya dengan sebelah lengannya," kepalaku rasanya sakit sekali." Ucapnya ditambah suara batuknya yang sangat keras, terasa kering.

Aku turun dari tangga dan mencari Jhosua. Aku mengetuk pintu kamar Jhosua. Dan pintu itu akhirnya terbuka.

"Ada apa? Kau sangat berisik." Ucapnya ketus.

"Bisakah kau paggilkan dokter." Ucapku dengan tatapan memohon

"Untuk apa? Siapa yang sakit?"
"Rafael, dia terkena flu."

aku melihat Jhosua menarik nafas panjang.
"Baiklah."

Membuat hatiku lega. Dia hendak menutup pintunya, namun kucegah.

"Apa lagi!" Ucapnya yang sedikit kesal

"Antarakan Saira kesekolahannya ya, aku ingin menjaga Rafael. Bisa kan ?" Ucapku.

"Yasudah, sana." Ucapnya. Dan membanting pintu kamar itu.

Aku mengehela nafas
"Iiss, anak itu kenapa sih denganku," ucapku yang masih berdiri dipintunya.

☆☆☆

Rafael terbatuk-batuk, dokter sudah memeriksanya dan memberikan obat. Dan sekarang aku mencoba memaksa Rafael meminum obat.

"Rafael, ayo minum obat," ucapku sambil menyerahkan pil-pil itu dan segelas air putih. Tapi dengan kasarnya dia menolak.

"Rafael, aku bilang minum obatnya!" Ucapku dan menatapnya tajam.

Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang