bagian 9

156 24 1
                                    

Haruskah aku menangis disaat aku teringat dirimu?

------------------

"Kau dimana? Aku sudah di depan, kalau dalam waktu 15 menit kau tak datang, akàn ku tinggal ."

Aku menghela nafas panjang membaca pesan yang berisi anacaman itu, dan kalian tau siapa dia? Pesan itu dari Rafael.

Aku berlari sambil membawa barang ku yang begitu....banyak.
Tepat sebelum 15 menit aku sampai. Hebatkan? Padahal apartemenķu ada dilantai dua, ditambah lagi membawa barang-barang ku yang begitu banyak.

Aku termenung menatap pria yang tak lain adalah Rafael. Yang dipikiranķu adalah 'dia tampan'. "Maafkan aku Kevin, aku berpaling sebentar," batinku.

"Mau berapa lama lagi kau berdiri disana, aku tau aku sangat tampan. Jadi berhentilah menatapku seperti itu" Ucap Rafael yang penuh percaya diri.

Mendengar perkataan itu, aku langsung menerobos membuka bagasi mobil itu dan memasukkan barang ku dan menutupnya. Setelah itu aku masuk kedalam mobilnya.

'Anjiir ternyata pedenya terlalu tinggi, menyesal gua natap dia, ucap ku.

Aku melihat dia masih berdiri di luar seperti orang bego, aku membuka kaca mobil tersebut dan berteriak.

"Apa kau tak berniat menjalankan mobil ini, kalau tak berniat, biar aku yang menjalankannya," ucap ku yang langsung membuat Rafael berlari dan masuk kedalam mobil. Dan sekarang mobil itu berjalan.

***

Aku menatap mobil berderet menunggu lampu hijau. Namun ada satu mobil yang membuat ku tertarik. Aku melihat seorang pria didalam mobil itu, dan dengan sengaja tatapan kami bertemu. Aku hanya terdiam dan melihat.... matanyaa. Matanya yang biru mengingatkan ku pada... aku menggelengkan kepala tak percaya dan sampai pada aķhirnya tatapan kami terputus karna lampu sudah berwarna hijau. Aku masih terus berpikir " Tidak mungkin." Ucapku.

"Apa yang tidak mungkin."ucap Rafael yang membuat ku terkejut.

"Tidak, tidak papa." Ucap ku berusaha tenang.

"Kau yakin?" Tanya nya.

"Yyaa, aku yakin." Ujarku.

***

"Sudah sampai." Ucap Rafael

Mendengar perkataan itu, langsung aku turun dari mobil, aku sudah tidak tahan lagi berada didalam mobil itu.

Dan sekarang aku melihat sebuah rumah, bahkan seperti istana. Aku takjub melihatnya. Sangat mewah. Apa aku bermimpi? Tolong siapa pun, bangunkan aku dari mimpi indahku ini.

"Ayo màsuk." Ucap Rafael.

Aku hanya mengikuti nya dan masuk kedalam rumah. Dan apa yang kulihat ruang tamu ini. Ok Fix, ini Istana bukan rumah. Lihat lah ini terlalu mewah. Aku menganga tak percaya. Bagaimana bisa Rafael mempunyai rumah Sebesar ini?

"Namun, tiba-tiba pandanganku beralih pada sosok laki-laki yang sangat tampan dan dia menghampiri aku dan Rafael.

"Haii dad, apa kabar? Aku merindukkan mu." Ucap nya dan memeluk Rafael.

Dad? Apa dia anak laki-laki Rafael? Tapi dia tidak pernah menceritakan tentang nya.

"Seperti yang kau lihat. Kapan kau datang dan untuk apa kau kesini?" Ucap Rafael.

"Aku datang sekitar 2 menit yang lalu. Aku kesini karna kuliah ku sudah selesai." Ucap anak laki-laki itu.

"Secepat itu, aku tak percaya padamu Josua." Ucap Rafael.

Perjanjian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang