Maaf ya guys... yang aku update cerita ini dulu. Ide cerita Obsession lagi mandek alias buntu hehehehe...
Cekidot ajalah...
==========================================
Wanita itu menatap nanar lima testpack dengan merk berbeda di atas ranjang yang ia duduki. Empat dari lima testpack itu menunjukkan dua garis merah yang artinya saat ini dirinya dinyatakan positif hamil.
Wanita itu menggelengkan kepalanya tidak percaya. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Ia hanya melakukannya satu kali, itu pun dilakukan dengan cara dipaksa dan sedikit membuatnya trauma. Mengenyahkan pikiran negatif, ia membuang semua testpack tersebut. Tidak mau sampai kedua orangtuanya mengetahui hal itu, mereka akan sangat kecewa. Terlebih dirinya anak tunggal yang kelak menjadi tulang punggung keluarga.
Membuka lemari pakaian dan menarik laci yang ada di tengahnya, wanita itu mengeluarkan buku tipis. Membuka dan menghela nafas ketika melihat nominal yang tertera di sana. Ini adalah hasil tabungannya selama dua tahun terakhir. Rencananya akan ia pakai untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Wanita itu memejamkan matanya, berharap keputusan yang akan ia ambil tidak akan pernah ia sesali. Ini hanya satu-satunya cara yang dapat ia lakukan. Jika memang dirinya terbukti hamil, maka ia harus membuang janin itu. Ia tidak mau merusak masa depannya, masa depan yang bahkan tidak ia ketahui akan seperti apa.
Wanita itu mengambil benda pipih yang biasa disebut dengan ATM dan memasukkannya ke dalam tas. Tekadnya sudah bulat, ia akan menarik semua uang tabungan yang ia punya.
Melangkahkan kaki keluar kamar, ia menuruni tangga demi tangga dengan perasaan gelisah. Suara familiar yang memanggilnya membuat ia mendongakkan kepalanya. Wanita paruh baya itu tersenyum hangat, senyum seorang ibu.
"Mau ke mana, Ra?"
Kiara tampak sedikit gugup, tangannya meremas erat tas yang ada di sisi kanannya. "A - aku mau ke rumah Angela, Bu."
Dahi Lutfi - ibu Kiara - berkerut. Tidak biasanya Kiara bertandang ke rumah temannya sepagi ini. Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi dan biasanya juga Angela yang akan bertandang ke rumah mereka.
"Ada urusan yang ingin aku bahas dengannya, Bu," sambung Kiara. Sebelum Lutfi bertanya lebih lanjut, Kiara mendekatinya dan menarik tangan ibunya untuk ia cium.
"Hati-hati," ujar Lutfi, Kiara mengangguk dan segera berlalu dari ruangan itu. Ia tidak bisa membohongi ibunya lebih jauh lagi.
Kiara melangkahkan kakinya keluar dari gang tempat ia tinggal. Tidak mungkin menaiki kendaraan umum sebab bus tidak melewati rumah sakit yang ia tuju. Dari jauh ia melihat sebuah taksi yang menuju ke arahnya.
Kiara melambaikan tangannya dan taksi tersebut berhenti tepat di depannya. Kiara masuk ke dalamnya dan menyebutkan nama salah satu rumah sakit yang cukup terkenal di kotanya. Kiara bukanlah dari kalangan berada. Namun demi untuk meyakinkan dirinya kalau testpack-testpack sialan itu bisa melakukan kesalahan - walau itu hanya kemungkinan kecil - maka Kiara nekat memeriksakan dirinya di rumah sakit yang terkenal. Berharap hasil yang diberikan padanya berbeda dari hasil testpack itu.
Selama berada di dalam taksi yang membawanya, Kiara terlihat makin gelisah. Sesekali ia melemparkan pandangannya keluar kaca yang berada tepat di sebelah kirinya. Wanita itu menghela nafas, menunduk dan menautkan kedua tangannya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia ingin semuanya baik-baik saja, berharap kejadian satu bulan yang lalu hanya mimpi buruk yang harus ia enyahkan dari pikirannya.
Dua puluh menit kemudian, taksi yang membawa Kiara berhenti tepat di depan rumah sakit yang ia sebutkan. Sejenak ia nampak ragu untuk menurunkan kakinya dari taksi itu, namun suara klakson lain yang terdengar tidak sabar yang tepat berada di belakang taksi yang ia tumpangi membuat ia harus cepat mengambil keputusan. Turun atau pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT YOURS (SELESAI)
Chick-Lit{ BELUM DITERBITKAN, APALAGI DI FILMKAN } Menjadi single parent di usia muda menuntut Kiara bekerja keras demi memenuhi kebutuhan si buah hati. Sampai ia bertemu dengan Sean, mantan playboy yang berniat melamarnya. Di saat kehidupan baru sudah ada d...