Jisoo gelisah bukan main, berkali-kali ia menelpon pria itu, namun tak ada satupun jawaban yang menyambangi telinganya. Kecuali suara operator telepon yang terus menginterupsinya untuk meninggalkan pesan suara.
Wanita itu melepas kacamata berbingkai bulat besar dan menutup screen laptop nya. Ia mencoba untuk menelpon kembali dengan tergesa. " Ayolah... Mino, ambil ponselmu dan jawab telepon dariku." Ucapnya bermonolog.
Dan lagi, ia tak mendapat jawaban apapun.
Ia begitu mengkhawatirkan Mino kali ini, setelah ia membaca sebuah artikel yang dikirimkan oleh Jennie sahabatnya pagi tadi via Line. Ini tidak bisa dibiarkan
.
.
.
Jisoo menaiki lift menuju lantai tujuh sebuah apartemen mewah dikawasan gangnam, Ia berdiri tepat disebuah pintu yang bertuliskan angka 206. Dengan ragu ia menekan tombol kunci yang sudah sangat hapal baginya.
Pintu itupun terbuka, Dengan hati-hati wanita itu membukanya.
Jisoo melangkahkan kakinya menuju ruang utama kamar tersebut, dilihatnya ruangan itu masih dalam keadaan baik-baik saja. Tidak seperti yang ada dipikiran Wanita itu.
"Mino-ya..." Jisoo memanggil seseorang yang sangat ia khawatirkan sejak tadi. "Song Minho..." panggilnya lagi.
Wanita itu belum menemukan sosok yang ia cari. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar Mino dan dibukanya pintu kamar itu dengan hati-hati. Hasilnya Nihil—Mino juga tidak ada dikamarnya.
Wanita itu benar-benar gusar, hampir di tiap sudut ia mencari pria itu tapi tidak ada. Apa dia sedang keluar? Beberapa detik kemudian suara tombol kunci pun terdengar.
Jisoo terkesiap dan langsung menuju pintu apartemen Mino. Ia melihat Jinwoo sedang bersusah payah membawa tubuh Mino yang sudah tak berdaya itu.
"Ya Tuhan, Mino. Dia kenapa oppa?!" Jisoo langsung membawa lengan Mino yang menggantung bebas dan membantu Jinwoo untuk memapah tubuh Mino.
"Dia hanya mabuk, Soo-ya.."
.
.