06. Berbeda

242 36 2
                                    


Darel memperhatikan kedua temannya yang tengah membersihkan toilet. Menjalani hukuman karna keduanya datang terlambat. Kini ia berdiri didepan kelasnya yang cukup jauh dari tempat kedua temannya berada. Ia sandarkan punggungnya pada salah satu tiang bangunan. Kedua tangannya berada didalam saku celananya. Saat ini guru yang mengajar tidak masuk. Dan hanya memberikan sebuah tugas. Ia sedang malas mengerjakannya.

Ia ingin berubah demi ayahnya. Tapi, rasanya sangat sulit. Ia tak betah jika harus terus memasukkam bajunya selama di sekolah. Ia tak betah jika harus memakai dasi terlalu ketat seperti ayahnya. Ia juga tak bisa jika harus dengan tatanan rambut yang rapi seperti ayahnya. Meskipun ia dan ayahnya memiliki gen yang sama. Tapi ia dan ayahnya adalah dua individu yang berbeda. Anak kembar saja punya banyak perbedaan. Apa sifat berantakannya ini dari ibunya? Ah mana mungkin. Ibunya terlihat sangat feminin dan juga bersih. Lalu dirinya menurun siapa? Atau jangan-jangan ia memang bukan anak ayahnya? Darel tersenyum miring. Pikiran macam apa itu.

"Heh!" Seru Retha tiba-tiba, membuat Darel terkejut.

Darel menghela nafas kasar. Wajahnya seketika berubah jadi kusam. Ia malas jika sudah berhadapan dengan Retha.

"Lo ngelamunin apa? Jangan bilang ngelamunin gue?" Goda Retha.

"Apaan sih lo? Gue lagi males bercanda." Ketus Darel.

"Yaelah bang, jutek amat." Ucap Retha. Retha menyandarkan punggungnya di sisi lain tiang.

"Rel." Panggilnya.

"Hmm." Jawab Darel singkat.

"Gimana kalau gue suka sama.... bokap lo?" Tanya Retha.

"Heh?" Respon Darel terkejut. Ia langsung beralih menghadap Retha. "Gila lo! Nggak Nggak!" Tolak Darel.

Senyum Retha terkembang. Lalu ia menoyor kepala Darel. "Nah gitu dong. Dari tadi diem aja. Gue cuma bercanda kali. Biar lo respon perkataan gue." Ucap Retha lalu menjulurkan lidahnya.

Sial, batin Darel. Cewek dihadapannya itu, pintar sekali menarik perhatiannya.

"Tapi serius deh. Lo itu, beda banget sama bokap lo. Jauuuuhhh banget." Ucap Retha merentangkan tangannya sampai mengenai wajah Darel. "Ayah lo cakep, lo nggak. Ayah lo..."

"Stop. Nggak usah diperjelas. Gue tau, lo bakal hina gue abis-abisan." Ucap Darel.

"Hehe." Retha hanya nyengir kuda mendengar apa yang Darel katakan.

"Apa gue bisa jadi kaya ayah gue ya?" Gumam Darel kembali menyandarkan tubuhnya pada tiang.

"Nggak! Nggak akan pernah bisa." Ucap Retha.

"Huftt. Lo bener. Gue nggak akan bisa." lirih Darel.

"Cowok kece tapi manja. Denger ya! Sekuat apapun lo berusaha kaya bokap lo. Lo nggak akan bisa. Lo adalah lo dan om Hanan adalah om Hanan. Bokap lo mau lo jadi diri lo sendiri, bukan jadi dirinya." Ucap Retha menasihati.

"Sok tau lo." Ucap Darel lalu mengalihkan pandangannya.

"Bukan sok tau. Tapi gue yakin, bokap lo tu mau anaknya jadi dirinya sendiri. Gue bisa liat itu dari matanya." Ucap Retha.

"Oh ya? Berarti nggak masalah dong berantem, dan yang lainnya." Ucap Darel.

"Ya nggak gitu juga. Bego!" Kesal Retha.

Darel membalikkan badannya hingga membelakangi Retha. Ia tak mau berdebat lebih panjang dengan cewek itu. Sudah pasti ia akan kalah. Darel merasakan telinganya disentuh, bahkan dijewer.

"Apa-apaan sih lo!" Omel Darel dan menjauhkan tangan Retha dari telinganya dengan kasar.

Ia berbalik dan terperangah melihat siapa yang saat ini ada dihadapannya. Guru B. Inggrisnya yang galak. Ia menoleh ke arah kelas Retha. Bisa ia lihat dengan jelas wajah Retha yang mengejeknya. Pantas ia tak mendengar ocehan Retha. Ternyata anak itu sudah pergi. Dan lagi, kenapa ia tak mendengar suara bel tanda ganti jam pelajaran. Ini pasti telinganya yang rusak karna terlalu sering mendengar ocehan Retha.

Semut & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang