21. Tak Sesuai Harapan

148 21 0
                                    

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring dan menggema diseluruh area sekolah. Seketika suasana jadi gaduh. Bahkan sebelum guru meninggalkan ruangan, beberapa ada yang keluar terlebih dahulu.

"Darel, ke kantin yuk!" Ajak Kinar.

Darel menatap Kinar sejenak, detik berikutnya ia menganggukkan kepalanya dengan senyum yang terkembang. Dibereskannya bukunya yang ada diatas meja. Lalu bangkit dan pergi meninggalkan kelas bersama dengan Kinar.

..

"Lo mau makan apa?" Tanya Kinar.

"Apa ya?" Ucap Darel sembari berpikir. "Terserah lo aja deh." Sambungnya.

Kinar menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju antrian untuk memesan makanannya.

Darel mengeluarkan ponselnya. Melihat chat yang masuk dan membalasnya satu persatu. Sesekali ia tertawa saat membacanya.
"Aww.." pekik Darel sembari memegangi kepala belakangnya yang dipukul seenaknya oleh seseorang. Beberapa siswa/i yang ada didekatnya menoleh ke arahnya.

"Kemarin lo ngapain sih pake ngomong kaya gitu?" Omel Retha. Ya, Retha yang memukul kepala Darel.

Darel menghela nafasnya. "Bisa nggak sih lo nggak usah mukul?" Tanya Darel yang terlihat kesal. "Duduk dulu kek. Nyapa gue gitu. Pagi Darel. Lo hari ini ganteng deh. Gue boleh tanya sesuatu nggak? Gitu kan bisa." Ucap Darel memberi contoh.

"Heh? Apaan? Gue nggak suka basa-basi." Ucap Retha lalu melipat kedua tangannya didepan dada. "Gue mau minta pertanggung jawaban lo!" Ucap Retha dengan suara keras.

Sontak para siswa/i yang berada dikantin mengarahkan pandangannya ke Darel. Termasuk Kinar yang saat ini tengah mengantri. Menatapnya dengan tatapan introgasi. Darel mengepalkan tanganya, matanya juga terpejam. Seketika ia bangkit, menggenggam erat tangan Retha dan langsung membawanya pergi dari tempat itu. Ia membawanya ke bawah tangga. Menyudutkannya ke dinding dan mengunci tubuh Retha dengan kedua tangannya. Matanya menatap lurus Retha.

"Bisa nggak sih lo nggak usah pake teriak-teriak? Lo tau? Sekarang pasti anak-anak mikir yang nggak-nggak ke gue." protes Darel.

Retha mendorong tubuh Darel hingga menjauh darinya. Memposisikan dirinya membelakangi Darel. Tangannya kembali terlipat rapi didepan dada. "Gara-gara lo Ervan marah-marah sama gue kemarin." Ucapnya.

"Ya elah. Cowok lo aja yang lebay!" Sahut Darel.

"Emang. Masalah?" Tanya Retha yang kini menghadap Darel. "Udah tau cowok gue begitu, lo malah bikin rusuh. Kalau dia mutusin gue gimana? Resek lo." Retha menendang kaki Darel.

"Ya udah. Harusnya lo beruntung kalau dia mutusin lo. Lo bisa bahagia. Bebas dari neraka." Ucap Darel dengan santainya.

Retha terdiam beberapa saat. Benar,harusnya dia bahagia jika memang Ervan melepasnya. Jadi ia tak akan terus menerus bertengkar dengan Ervan. Tapi, entah kenapa masih sangat berat baginya untuk melepas Ervan. Jauh di dalam lubuk hatinya. Ia masih menyayangi Ervan.

"Lagian cowok juga banyak kali." Ucap Darel.

"Cewek juga banyak, kenapa lo masih jomblo?" Tanya Retha.

Seketika Darel mati kutu. Iya ya, banyak cewek yang cantik. Ia juga anak orang kaya. Kenapa dirinya masih menjomblo?

"Karna nyari pasangan itu nggak mudah. Begitu juga dengan melepasnya." Ucap Retha.

Darel mengalihkan pandangannya. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku. Punggungnya ia sandarkan pada tembok. Saat ini ia dan Retha masih berada dibawah tangga.

"Kenapa? Kok lo jadi diem gitu?" Tanya Retha.

Darel menggelengkan kepalanya. "Sorry ya." Ucapnya.

Semut & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang