Sedari tadi Retha hanya memandangi Ervan yang tengah asik bercanda dengan teman-temannya. Meski ia berada tepat disamping Ervan, tapi seolah dirinya tak ada disitu. Retha tak begitu mengenal teman-teman Ervan itu. Walau ada yang sejenis dengannya, tapi tetap saja ia tak bisa berbaur.Retha mengarahkan pandangannya ke luar cafe. Saat ini ia memang tengah berada di cafe. Merayakan kelulusannya bersama dengan sang kekasih dan juga teman-teman kekasihnya. Eh tunggu, kenapa tiba-tiba ia kepikiran akan Darel. Retha mengeluarkan ponselnya, ia mulai mengetikkan sesuatu di kotak pesan. Baru saja ia mau menekan tombol kirim, tapi Ervan malah mengambil ponselnya dan mengantonginya.
"Van!" Retha menatap Ervan dengan muka melas. Tapi Ervan tetap tak memberikan ponselnya. Retha mendengus kesal.
<==>
"Pak saya mohon jangan hubungi ayah saya pleaseeeeee!!!" Ucap Darel mengatupkan kedua tangannya didepan wajah. Memohon kepada polisi agar tak menghubungi ayahnya. Ia tak mau ayahnya tau soal ini. Soal dirinya dan juga teman-temannya yang ditangkap polisi. Karna ia berhenti disembarang tempat ditambah Darel sebagai sopir tak mengantongi surat izin.
"Ayahmu harus tau soal ini. Supaya kamu tidak mengulanginya lagi." Ucap Polisi.
"Saya janji pak,saya nggak akan ngulangi lagi. Saya akan bawa mobil setelah punya SIM dan juga nggak berhenti disembarang tempat. Saya janji pak. Jadi tolong jangan hubungi ayah saya." Rengek Darel yang terus meminta polisi supaya tak menghubungi ayahnya.
"Ayahmu tetap harus tau nak."
"Bapak nggak percaya sama saya? Saya janji,saya nggak akan ngulangi." Tegas Darel.
"Saya percaya. Hanya saja, orangtua tetap harus tau kesalahan apa yang dilakukan anaknya." Ucap Polisi diiringi senyuman lebar.
Darel dengan wajah yang cemberut mengulurkan tangannya yang menggenggam ponselnya. Ayahnya pasti akan marah besar padanya.
~
Hanan melangkahkan kakinya dengan terburu-buru memasuki kantor polisi. Begitu mendapat kabar anaknya berada di kantor polisi, Hanan langsung meninggalkan semua pekerjaannya. Di belakangnya ada Ella yang memaksa untuk ikut ke kantor polisi. Katanya, Ella juga khawatir mendengar Darel ada dikantor polisi.
"Darel, kamu nggak papa?" Tanya Ella menyentuh pipi Darel dengan kedua tangannya.
Darel menjauhkan tangan wanita itu dari pipinya. Ia tak mau sembarang orang menyentuh pipinya seperti itu.
"Kesalahan apa yang dia buat?" Tanya Hanan pada polisi yang masih berdiri membelakanginya.
"Begini..." ucapan polisi itu terhenti saat ia membalikkan badannya. "Hanan.." sambungnya.
"Yoda?" Ucap Hanan menunjuk orang dihadapannya itu. Keduanya pun berpelukan, melepas rasa rindu setelah sekian lama tak bertemu.
Darel, Bima, dan juga Naufal memasang wajah cengo.
"Jadi, ini anakmu?" Tanya Yoda.
"Ah. Anakku satu-satunya." Jawab Hanan dengan senyuman cerah.
"Tampilannya sama sepertimu saat jaman sekolah." Ucap Yoda.
"Hei, jangan buka kartu." Ucap Hanan lalu tertawa.
"Maaf, tapi aku harus melakukan tugasku." Ucap Yoda.
Hanan menganggukkan kepalanya mengerti. "Aku mengerti. Jangan pedulikan dia anak siapa. Kalau dia memang harus ditahan, tahanlah." Ucapnya.
"Ayah," protes Darel. Kenapa ayahnya malah menyetujui jika dirinya ditahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semut & Bintang
Teen FictionSeorang anak laki-laki yang terlahir 17 tahun lalu dari keluarga orang kaya. Sang ayah, Hanan memiliki sebuah perusahaan properti yang cukup besar dan dikenal masyarakat. Bukan hanya itu, Hanan juga mendanai beberapa perusahaan lain yang membuatnya...