Cklek.. Darel membuka pintu rumahnya lalu mempersilahkan Kinar untuk masuk ke dalam rumah. Diletakannya tasnya di atas sofa lalu beranjak ke dapur untuk mengambil minuman dan beberapa camilan sehat yang dibuatkan ayahnya.
Sementara menunggu Darel, Kinar mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ternyata benar, Darel memanglah anak orang kaya. Tapi, kenapa Darel selalu naik angkot setiap ke sekolah? Atau mungkin Darel tidak mau terlihat sombong? Ah, ia kagum pada sosok Darel. Darel juga anak yang berbakti. Sering berkunjung ke makam ibunya.
"Kita ngerjainnya di belakang aja ya, lebih tenang." Ucap Darel membawa nampan yang berisi minuman dan juga camilan menuju halaman belakang rumah. Ada tempat khusus di halaman belakang yang memang di gunakan untuk bersantai. Hanya untuk sekedar melepas penat dan menikmati pemandangan halaman belakang. Tapi, Darel lebih sering menggunakan tempat itu untuk belajar.
Sama seperti Retha waktu itu. Kinar juga langsung jatuh cinta begitu melihat halaman belakang. Kelinci dan Hamster yang berlarian itu menarik perhatiannya. Mungkin ada lebih dari 10 kelinci dengan warna yang berbeda. Belasan hamster yang di dominasi warna abu-abu monyet. Beberapa diantaranya tengah bermain mainan yang sudah di sediakan. Dan jangan lupakan belasan burung merpati yang beterbangan kesana kemari.
"Rel, boleh nggak gue kasih makan kelincinya?" Tanya Kinar.
"Boleh!" Jawab Darel yang langsung bergegas mengambilkan wortel dan memberikannya pada Kinar.
Darel sudah tidak heran. Beberapa kali temannya yang datang kerumahnya, terkejut saat melihat halaman belakang rumahnya. Beberapa kali Kelinci dan Hamster dan juga Merpatinya diminta oleh teman ayahnya. Mungkin kalau tidak diberikan pada orang. Sudah ada puluhan kelinci, hamster dan juga merpatinya di halaman belakang rumahnya.
Kinar mengulurkan tangannya yang memegang wortel. Menakjubkan, kelinci-kelinci itu tidak takut. Mereka seperti sudah terbiasa dengan manusia. Burung-burung merpati itu berbondong-bondong turun saat Darel berjalan di area halaman. Darel membuka genggaman tangannya yang menggenggam makanan burung. Sontak burung-burung itu mendekat ke tangan Darel dan mematuki tangannya.
<==>
Retha melangkahkan kakinya dengan amat sangat perlahan. Jari telunjuknya ia pukulkan ke dagunya. Matanya memandang berbagai jenis baju yang terpajang di tempat itu. Ya, saat ini ia tengah berada di mall bersama dengan Ervan. Ervan mengajaknya untuk menemani belanja. Dan juga memilihkan baju. Tangan Retha terulur dan menyentuh salah satu kemeja yang tergantung diantara kemeja lainnya. Ia langsung suka dengan kemeja itu begitu ia melihatnya. Sepertinya kemeja itu sangat cocok untuk Darel. Seketika Retha menggelengkan kepalanya. Kenapa ia malah memikirkan Darel. Saat ini ia tengah mencarikan baju untuk Ervan, bukan Darel. Astaga Retha.
Retha merasakan pundaknya disentuh. Ditolehkannya kepalanya dan mendapati Ervan tengah memandangnya dengan dahi yang sedikit mengkerut. "Kamu suka baju itu?" Tanya Ervan beralih menatap baju yang sedari tadi ditatap Retha.
"Eh? Iya sih. Tapi..." Retha menggantungkan kata-katanya.
"Apa?" Tanya Ervan seraya mengambil baju itu.
"Kayanya itu nggak cocok buat kamu." Sanggah Retha.
"Kata siapa? Cocok kok. Apalagi ini pilihan kamu." Ucap Ervan lalu masuk ke dalam ruang ganti.
Entah kenapa Retha sangat tidak ingin Ervan mengenakan kemeja berwarna navy blue itu. Seperti yang ia pikirkan saat pertama kali melihat kemeja itu. Ia lebih ingin melihat Darel yang mengenakannya. Tapi, kalau Ervan sudah menyukainya, ia bisa berbuat apa?
Tak lama setelah Ervan masuk, kini Ervan keluar dengan sudah mengenakan kemeja itu. Pas di badan Ervan. Senyum tipis terkembang di wajah Retha.
"Cocok kan?" Tanya Ervan. Retha hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semut & Bintang
Teen FictionSeorang anak laki-laki yang terlahir 17 tahun lalu dari keluarga orang kaya. Sang ayah, Hanan memiliki sebuah perusahaan properti yang cukup besar dan dikenal masyarakat. Bukan hanya itu, Hanan juga mendanai beberapa perusahaan lain yang membuatnya...