12. Jangan Tersenyum.

214 32 0
                                    

Darel berkaca didepan cermin yang ada didalam kamarnya. Setelah dirasanya penampilannya cukup keren, ia beranjak meninggalkan ruangan yang selalu menjadi tempat beristirahatnya itu. Hari ini ia tak perlu memasukan bajunya dan juga berdandan rapi saat dirumah. Ayahnya tidak ada dirumah. Jadi ia bebas sebebas-bebasnya.

Darel berjalan menuju meja makan. Beberapa hidangan sudah tersaji dengan rapi di atas meja makan. Membuat cacing-cacing didalam perutnya bangun dan berdemo untuk segera memberi mereka makan. Mata Darel yang sedari tadi fokus menatap makanan, kini beralih saat mendengar suara langkah kaki yang terdengar semakin mendekat.

"Eh? Lo kenapa? Lo nangis semalaman?" Tanya Darel panik saat melihat mata Retha sembab.

Retha mengeluarkan cermin kecil yang ia bawa di dalam tasnya. Benar, matanya masih terlihat sembab. Meski ia sudah coba mengakalinya dengan memakai make up, tapi tetap saja terlihat. Sesedih itukah dirinya sampai menangis semalaman dan membuat matanya jadi sembab.

Seketika Darel terpaku. Ia ingat semalam ia masuk kekamar yang ditempati Retha. Setelahnya ia tidur dan tidak tau apa yang terjadi. Artinya, ia dan Retha tidur satu kamar. Apa jangan-jangan?

"Oh my god. Apa yang lo lakuin Rel? Bodoh!" Ucap Darel merutuki dirinya sendiri. Retha yang mendengar itu hanya bisa menatap cengo Darel.

"Ayah pasti bakal menggal kepala lo. Aaa... bodoh!" Ucap Darem lagi semakin membuat Retha tak mengerti.

Darel beralih menatap Retha dengan serius. Ia menelan ludahnya sejenak. "Maaf. Tapi gue bakal tanggung jawab. Lo nggak perlu takut. Percaya sama gue." Ucap Darel penuh keyakinan.

"Lo ngomong apa sih? Gaje tau nggak." Eluh Retha alu mendudukkan dirinya.

"Heh?" Darel tampak bingung, karna Retha menanggapinya biasa saja. Apa Retha tak mempermasalahkan hal itu?

"Gue tau itu terjadi secara nggak sengaja. Dan, kalau gue sadar pun gue pasti nggak mau melakukannya sama lo. Tapi, gue pasti tanggung jawab kalau lo hamil." Ucap Darel mengembangkan senyumnya.

"Hah?" Seketika Retha terkejut mendengar perkataan Darel. Untuk ia sedang tidak minum. Kalau sedang minum, ia pasti sudah menyemprotkan minuman ke wajah Darel.

Retha memukul kepala Darel dengan sendok nasi. "Heh, lo mesum banget sih. Gue nangis bukan karna itu. Lagian semalam gue nggak tidur sama lo. Gue juga ogah punya anak dari lo. Nanti anak gue jadi kaya lo!"

"Heh? Serius? Gue masih perjaka dong? Aaa.. syukurlah." Ucap Darel terlihat sangat senang. "Akhirnya gue nggak jadi nikah muda." Sambungnya.

Retha hanya menatap Darel dengan tatapan aneh.

<==>

"Hp lo bunyi tuh." Ucap Darel yang kini duduk di pojokan angkot. Ya, Retha dan Darel berangkat ke sekolah menggunakan angkot. Bagi Darel itu adalah hal biasa. Tapi, bagi Retha ini pertama kalinya. Ia lebih sering menggunakan bus. Apalagi sekarang ada ojek online yang lebih memudahkannya.

Retha meraih ponselnya yang ada didalam saku. Dilihatnya sejenak layar ponselnya. Mencari tahu siapa yang menghubunginya. Setelahnya ia mendekatkan ponselnya ke telinganya.

"Aku didepan rumah cowok nakal itu sekarang. Cepat keluar, aku antar kamu." Ucap Ervan.

"Eh? Tapi aku udah berangkat naik angkot." Jawab Retha.

Semut & BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang