Cerita Lepas : Oblivious Promise

85 12 5
                                    

Jatuh, kelopak itu perlahan meluncur ke jalanan, saling menumpuk satu sama lain hingga menutupi aspal bawah kaki. Tanpa disadari, keindahan itu akan segera berakhir.

Kemarin, mereka baru saja terjatuh pada dinginnya salju. Mengendap dalam dingin, mengalami stratifikasi alami oleh sang jenderal musim dingin. Perlahan namun pasti, mereka tumbuh menjadi pohon. Sakura.

"Selalu seperti ini tiap tahun," keluh seorang gadis di tempat penyebrangan sambil menunggu kereta lewat, "ayo cepat!" desaknya pada kereta yang berjarak 5 meter lagi dari pintu perlintasan.

Tuut

Kecepatan kereta itu membuat udara berubah menjadi angin. Menerbangkan kelopak-kelopak soft pink ke sekelililingnya.

Aku rindu aroma ini, Roku. Batin gadis tadi sambil menghirup aroma yang menyeruak ke dalam rongga hidungnya.

Tap Tap Tap

Ratusan langkah kaki tampak beriringan bak melody setelah palang perlintasan kereta dibuka oleh petugas. Tak ketinggalan, gadis itu langsung ikut serta bersama orang-orang sibuk lainnya.

Mayoritas tujuannya sama, yakni menuju stasiun yang berada di kanan perempatan jalan setelah palang perlintasan.

Tahun ini dia bawa apa ya? batinnya sambil mempercepat langkah kakinya, sesekali menginjak kelopak bunga yang sudah tersebar di aspal.

"Jam ... sepuluh kurang dua menit." Gadis itu melirik arloji pink yang ada di lengan kanannya. Ya, kanan bukan kiri seperti orang-orang biasanya. "Berarti dia datang―"

Ting Tong Ting Tong

"Shinkansen Tokyo-Fukuoka telah tiba, dimohon calon penumpang untuk berada di belakang garis merah. Terima kasih."

"Dia sampai." Gadis itu tersenyum cerah sambil melirik ke arah pintu keluar. Barangkali orang yang ditunggu akan segera ia temui.

Sampai ... senyum yang merekah itu pudar saat melihat sosok laki-laki yang bergandengan dengan perempuan. Lalu bibirnya menyunggingkan senyuman menyakitkan.

Lagi pula, tak seharusnya aku ada disini, batinnya lalu memunggungi kedua orang yang salah satunya sempat menyadari keberadaan gadis itu.

"Momo!"

Deg

Jangan berbalik, kumohon jangan! gadis yang ternyata bernama Momo itu terus berjalan.
Namun ... sesuatu mencekal tangan kirinya.

Grab

"Kau Momo kan?" Gadis itu melebarkan kedua matanya.

"Lama tak bertemu―Roku." Gadis bernama Momo itu memandang sendu.

"Ada apa denganmu?" Roku mengacak-acak rambut milik Momo. Klise, namun bagi beberapa gadis itu merupakan hal yang manis. "Tak seperti biasanya kau begini."

"Hehe, mungkin perasaanmu saja kok." Momo melirik gadis yang tadi sangat dekat dengan Roku, memberi tatapan 'Siapa-dia?'

"Oh ya, kenalkan." Gadis itu mangulurkan tangannya pada Momo. "Ini Sasaki, pacarku dari Tokyo." Roku cengengesan tanpa menyadari bahwa ada yang tersakiti saat itu. Momo.

"Sakuraba Momo, salam kenal." Momo memberi senyum palsu sambil menyambut tangan milik Sasaki.

"Kato Sasaki, salam kenal." Sasaki dengan ragu tersenyum sejak menyadari ekspresi Momo yang membuatnya kurang nyaman.

"Ngomong-ngomong, sedang apa kau ada di stasiun ini?" tanya Roku santai. Momo langsung mengejapkan matanya.

"Hanya kebetulan lewat," dusta Momo. "sekalian lihat-lihat jalanan musim semi hehe." tawa itu lagi. Menyakitkan.

SHARDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang