Hari ini kamu kembali pulang di saat larut. Membawa gundah dalam hatiku yang cemas akan dirimu. Cemas karena mengkhawatirkan keselamatanmu, cemas karena ada setitik luka yang takut goresannya semakin lebar, cemas karena aku tidak lagi bisa membedakan jujurmu dan bohongmu.
Aku masih menantimu seperti biasa yang kulakukan. Menunggumu pulang dengan senyuman dan secangkir teh manis hangat kesukaanmu. Aku tak merubah sedikitpun kebiasanku melayanimu, walau dengan hati luka yang hampir terkoyak.
Lagi-lagi hanya janjimu yang bisa kujadikan harapan. Aku bisa apa...hanya bisa menunggu kamu sadar bahwa aku dengan segala ketulusan cintaku masih disini, masih bertahan walau luka, masih setia walah badai terus menghujam, masih selalu ada menemanimu walau berkali-kali aku katakan aku sudah lelah.
Kamu pun pulang dengan senyum seperti biasa. Kamu cium keningku lama..seakan tau hatiku yang resah. Kamu ceritakan tentang hari ini, memintaku mengerti dan percaya alasanmu kembali pulang hingga larut. Aku hanya diam mendengar segala penjelasanmu. Mencoba membaca matamu, melihat apakah ini kejujuran atau lagi-lagi aku diperdaya.
Maaf itu kau ucapkan..rasanya tulus. Kamu bilang "ingat kamu bilang apa tadi siang di telepon?". Aku hanya mengangguk. Aku ingat dengan jelas apa yang ku ucapkan. Aku katakan padamu, jika hal ini terulang lagi...jika kamu kembali bermain-main dibelakangku, aku tidak tau apakah aku akan bertahan atau menyerah. Karena hatiku sudah terlalu lelah.
"Aku tidak ingin kehilanganmu" itu katamu. Kata-kata yang membuat air mataku kembali berderai. Rasanya semua tulus dari hatimu. Dan aku kembali luluh padamu, seolah kalimat itu menjadi pengharapanku yang terakhir untuk kembali mempercayaimu dengan hati yang masih penuh luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Dia
Short StoryTentang Cinta.. Luka.. Air Mata.. Dan Pengkhianatan Ini bukanlah novel panjang penuh cerita cinta yang bahagia. Ini hanya kumpulan cerita tentang penghianatan, rasa kecewa, tentang hati yang luka. Dan sedikit nasihat untuk kalian yang patah hati. Ka...