Aku, Kamu dan Dia

Hilang Arah

Bagaimana bisa aku hilang arah seperti ini? Mengagumi dirimu kala senja sudah menjadi rutinitasku selama ini.  Bahkan kau sering kali muncul hingga terkadang aku sulit membedakan antara kenyataan dan halusinasi. Kenapa senja?  Karena waktumu untukku terbatas hingga dipenghujung senja.

Lalu kini kau pergi! Hilang dari radarku. Aku sungguh kebingungan mencari sosokmu dalam jelaga malam hingga senja menjelang. Pada teriknya mentari pun kau tak kunjung muncul. Hingga aku terisak dalam sejuknya embun pagi. Menyadari kau lenyap bagai ditelan bumi.

Ya! Kau lenyap begitu saja. Dan aku berada pada kondisi tidak siap karena dia merenggutmu dari sisiku begitu saja.  Aku iri.  Aku cemburu. Cemburu pada keadaan dan kondisi dimana aku hanya mampu membayangi hadirmu dalam berjuta imajinasi.  Mengenang rasa saat jemarimu melingkar halus pada jemariku, saat hangat tubuhmu mendekapku hingga aku kesulitan bernapas, saat bibir manismu menyentuh lembut bibirku, saat matamu menatapku penuh cinta, saat, saat,  saat hanya ada kita. 

Semua itu nyata.  Semua itu pernah kurasakan dalam balutan suka berbalut luka.  Dan sekarang kau direnggut paksa dari dekapanku.  Aku hilang arah.  Aku kehilangan kau mulai dari sosok nyatamu, hingga akhirnya bayangmu dalam ingatanku hanya berpendar samar, hingga hanya pedih yang kurasa, hingga rongga dada ini terasa sesak, dan aku hanya bisa mengaku kalah. 

Selamat cinta, selamat menemukan orang yang mungkin tepat untukmu.  Mungkin memang bukan aku. Bukan aku yang pantas mendampingimu hingga akhir.  Aku selalu saja hanya sebatas pelangi dalam hari-harimu.  Tak mampu memberimu kebahagiaan lebih. 

------------------

"Jika Tuhan hanya satu mengapa dia menciptakan kita berbeda"

Dari Luka yang kehilangan arah.

-----------------

Bogor,  15 Oktober 2018
Kala hujan turun dengan derasnya.

Camellia.