Lagi-lagi kala hujan. Entah kenapa hujan selalu bersinggungan dengan rasa rindu. Rasa rindu yang menyayat hingga ke jurang samudra. Aku merindukanmu. Rasanya sudah biasa bukan? Sudah terlalu sering aku katakan aku merindukanmu. Seperti punuk merindukan bulan, mungkin.
Sepenuhnya aku sadar bahwa terlalu sulit aral yang melintang menghadang jalan kita. Aku tau, sudah jelas kau masih memberiku harapan. Sudah jelas jika aku mampu berlari kau pasti akan menangkapku kepelukanmu. Bukankah aku terlalu percaya diri? Ya memang, aku percaya jauh dalam lubuk hatimu rasa itu sungguh masih besar.
Hanya dibutuhkan keberanian luar biasa untuk mampu berlari melewati segala rintangan itu. Dan lagi-lagi, aku tak siap. Tak siap karena mungkin saja sebelum tiba, aku sudah hancur tercabik.
Aku terlalu kuat sekaligus lemah. Aku kuat membohongi diri, mamaksa hati berpikir terbalik. Tapi aku lemah, lemah dalam menahan rindu berkepanjangan. Entah apa yang akan terjadi jika akhirnya rindu ini bersambut. Tenggelamkah aku dalam kebahagiaan? Atau justru dalam kepedihan?
Siapa yang tau takdir! Mari berdoa saja pada Tuhan, walau mungkin Tuhan bosan menasihatiku. Aku saja yang kelewat keras kepala berusaha mempertahankanmu walau mungkin segala jawaban sudah jelas terpampang.
Ya aku hanya bermain dengan spekulasi dalam kepalaku sendiri.
-------
11 November '18
Kala rindu lagi-lagi singgah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Dia
Short StoryTentang Cinta.. Luka.. Air Mata.. Dan Pengkhianatan Ini bukanlah novel panjang penuh cerita cinta yang bahagia. Ini hanya kumpulan cerita tentang penghianatan, rasa kecewa, tentang hati yang luka. Dan sedikit nasihat untuk kalian yang patah hati. Ka...