Bel masuk sudah berbunyi, Ara berjalan dengan terburu-buru sembari membawa lemon tea menuju kelas, akibat tenggorokannya terasa sangat kering.
Tanpa disadari, ia menabrak seseorang membuat setengah minuman itu tumpah mengenai seragam seorang pria itu.
"Gimana sih kalau jalan? liat-liat dong baju gue basah nih." gerutu kaka kelas, yang diketahui namanya Farhan.
"M-maaf ka gue gasengaja, buru buru soalnya." Ucap Ara, lelaki itu hanya menganggukan kepalanya.
"K-ka pake jaket gue aja, takut lengket" jawab Ara, menunduk.
"Gausah, bisa dikeringin kok." jawab ka farhan.
"Gapapa ka," jawab Ara. "Nanti, kaka masuk angin, lagi pula modelnya kayak cowo dan gede sizenya."
"Yaudah gue ambil, makasih ya." ucap ka Farhan sambil mengambil jaket Ara, untung saja jaketnya seperti lelaki.
"Maaf, kak." jawab Ara, kemudian mereka pergi, menuju tujuan masing masing.
.
"Lang, itu temen lo kenapa bete banget mukanya?" tanya Daniel.
"Yang mana? Ara?"jawab Gilang tanpa memandang lawan bicaranya.
Daniel mengangguk, lalu menyeruput cappuccino-nya.
"Galau terus diamah, baru putus." jawab Gilang sambil nyalin tugas matematika Alan.
Kemudian dia memainkan ponsel milik Gilang dan membuka galeri nyatanya banyak sekali foto Ara dan Gilang.
Daniel melirik Gilang, "Lo mantannya atau lagi pacaran gitu sama Ara?"
"Enggak!" sanggah Gilang sambil menjentikan jari "Dia sahabat gue. Mutlak."
"Oh kirain gue gitu." ucap Daniel dengan nada pelan, kemudian membuka kaca matanya.
"Ini guru gak masuk apa? biasanya on time." ucap Alan, menggerutu.
"Jangan gitu bro! sujud syukur gue kalo gamasuk" ucap Devan sambil memakan kacang kulit, karena hidupnya suka dikacangin sama sahabat sahabatnya.
"Ra dari mana aja? dicariin juga." tanya Bila ketika Ara baru masuk kelas.
"Kantin, kirain udah ada guru!" ucap Ara sambil mengelap keringatnya.
Tok..tok..tok
"Duduk rapi woi!" ucap Alan mengintrupsi, semua murid duduk tegap dan hening karena mereka takut.
"Emang gurunya galak?" tanya Daniel pada Gilang, berbisik.
"Ssstt..sadis banget." balasnya berbisik.
"Assalamualaikum!" ucap seseorang, yang diketahui Aziz, ketua kelas yang dianggap rada rada.
"Kirain bu Sri.. anjir lo ngebohongin kita!" sorak sebagian murid, sambil melempari Aziz menggunakan botol air mineral yang kosong.
"Sabar fans sabar!" ucapnya sambil melambaikan tangan, kemudian mendapatkan jitakan dari Devan.
"Punya ketua kelas goblok banget ya Allah." ucap Devan datar. "Tapi ganteng" sambar Aziz.
"Nih infonya. Jadi sekarang kita boleh pulang! gurunya semua rapat." ucap Aziz memberitahu, kemudian semua murid besorak ria.
"Main kuy!" ucap Gilang pada Ara, disela keributan yang diciptakan
"Boleh, tapi nebeng!" balas Ara, tersenyum jahil.
"Emang selalu kan?" ucap Gilang, menatap Ara.
"Ish, nyebelin" sambar Ara.
"Temen gue nambah satu loh!" ucap Gilang, excited.
"Girang banget kayanya, dasar om girang!" respon Ara, sambil memasukan buku-bukunya.
"Ayo ikut Bil, kita main ditraktir Gilang tuh!" ajak Ara, tersenyum jahil.
Setelah semua siap, mereka semua meninggalkan kawasan sekolah dengan motornya masing masing, karena gerbang sekolahnya sudah dibuka sejak informasi tadi.
"Mau kemana?" tanya Bila pada Alan, yang sibuk menggunakan helmnya.
"Mau kehati kamu aja, boleh ga?" jawab Alan, merayu.
"Ish, nyebelin lo!" jawab Bila, yang pipinya merah.
"Ke puncak aja yuk!" ide Gilang.
"Yuk yuk!" ucap mereka serentak, kecuali Daniel.
"Tapi gue gatau jalannya.." ucap Daniel, bingung.
Gilang menatapnya "Yaudah, Ara lo sama Daniel nunjukin jalan, oke?"
"Aku?" ucap Ara, menaikan sebelah alisnya. "Iyalah!" sambar Gilang.
"Jadi, duta shampo lain? hahaha." Ucap Ara, tertawa berbahak bahak, tetapi orang orang yang menatapnya hanya memberi ekpresi( -_- )
"Kenapa ketawa sih?" Gilang menaikan sebelah alisnya, "Gak lucu, tau." ketus Gilang.
"Ish jahat. Yaudah, gue sama dia." ucap Ara menaiki motor KLX milik Daniel.
"Yuk!" seketika motor yang dinaiki mereka melaju pelan, kemudian menjadi cepat.
Dimotor milik Daniel, Ara hanya berdiam diri karena mereka belum saling kenal.
"Ara?"
"Iya?" Jawab Ara, sambil mengendus jaket milik Daniel, wangi banget.
"Menurut lo, gue masuk eskul apa ya?" tanyanya, sontak membuat gadis itu tersenyum heran.
Ara berfikir "Kalau menurut
gue sih masuk basket aja deh, soalnya badannya bagus, loh""Entar gue fikirin lagi deh, emangnya lo eskul apa?" sesekali Daniel melihat kesamping.
"Basket putri hehe," jawab Ara tertawa.
"Pantes," sarkas Daniel "Yaudah deh gue masuk basket aja."
"Asik mantab, kita anak basket mamen." jawab Ara dengan gerakan swag-nya.
Diperjalanan mereka mengisinya dengan tawaan dan cerita hidupnya masing-masing, membuat diri mereka nyaman.
"Kenapa lo gapake kacamata?" tanya Ara.
"Gue pakenya kalo lagi belajar aja" jawabnya, sambil menepikan motornya.
"Eeh-eh kok berhenti, please jangan turunin gue disini nanti dikira anak ilang!" pinta Ara, bingung dan cemberut.
"Jangan su'udzon dulu." ucap Daniel terkekeh sembari membuka hoodie-nya dan memberikannya pada Ara.
"Eh kok dikasihin ke gue?" tanya Ara, bingung.
"Gapapa, cewe itu harus diutamain dan laki laki itu harus kuat mental dan fisik ngelindunginnya." ucapnya, membuat Ara melengkungkan senyumannya.
"M-makasih" jawab Ara, gugup.
Ia tak percaya bahwa Daniel orangnya seru dan baik, Ara kira dia bakalan sombong.
Mereka sampai di sebuah rumah makan lesehan, benar saja mereka semua sudah hadir disana sambil memainkan ponsel masing masing.
"Asik new couple baru dateng."
"Apaan sih lo?"
"Sabar, orang sabar pahalanya besar."
"Amin, eh gue pengen pesen ayam bakar pake sambel rica rica dong. Kalau lo mau apa Nil?"
"Samain aja deh, minumnya teh anget ya."
"Siap, pesanan akan segera datang" ucap Alan memberikan pesanan pada pelayannya.
"Gue heran deh, dipuncak itu buat liburan tapi kenapa setiap ke sini pasti aja kuliner.."
"Gapapa biar Ara sama Bila jadi jumbo!" seringai
"Iya biar duo serigala merasa tersaingi" gelagak tawa memenuhi rumah makan lesehan itu, membuat kedua gadis itu menahan malunya.
"Pergi aja lo dasar dugong junior!" berontak Ara.
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer ✔
Teen FictionAku mencintai kamu lebih daripada yang aku rasakan kemarin dan pasti aku akan mencintai kamu lagi besok dan seterusnya, selalu. Aku akan mencintai kamu dan berdiri untuk kamu bahkan untuk hal terburuk yang mungkin terjadi. 2017, radaffa.