Daniel membelokan motornya kesebuah restoran cepat saji, ia juga merasa perutnya sangat lapar. Apalagi ia lupa untuk meminum obatnya saking pulesnya tidur diUKS.
"Ayok masuk."ajaknya, setelah itu Ara hanya mengekori Daniel masuk ke dalam restoran itu dan memesan beberapa makanan untuk mereka santap.
"Masih pusing enggak?" tanya Ara, dari sudut matanya terlihat khawatir.
"Enggak, gue oke kok." jawabnya, memang 99% berbohong.
Gue tau lo bohong. batin gadis itu berbicara.
"Jangan bohong! muka lo pucet banget. Badannya juga masih panas, mau enggak ke rumah sakit?"
"Gue sehat Ara bawel, cuma kecapean aja, mungkin." sahutnya.
"Yaudah sekarang lo makan dulu, biar ada energinya. Oke?"
"Iya, cerewet banget sih, lucu."
"Makan bang."
Daniel terkekeh melihat tingkah laku cewek yang ada dihadapannya "dasar penggemar awkarin."
Setelah itu mereka memakan beberapa jenis menu makanan yang mereka pesan, Ara memakannya dengan sangat rakus, antara enak atau kelaparan.
"Tadi lo tidur pules banget dari pagi sampai pulang sekolah, gue sama yang lain kira lo mati Nil." cerocos Ara.
"Gue juga gatau, bisa sampe ngebo diUKS, parah banget."
"Tapi gapapa wajar lo lagi sakit. Eeeh lo mau gue ajarin enggak pelajaran tadi."
"Boleh, tapi kayanya nanti aja ."
"Ada urusan ya?" tanyanya, seperti tahu gelagat lawan bicaranya.
"Iya, ada urusan. Nanti aja ya.."
"Oke deh!" jeda untuk beberapa saat. "Ini cobain mc flurrynya enak banget!"
"Bukan enak, tapi lo doyan."
"Tau aja sih lo, atau jangan jangan lo bisa baca pikiran?" tanya penuh kecurigaan.
"Allahuakbar, lo itu selalu suudzon terus sama gue."
"Eeh iya maaf maaf. Enggak lagi deh. Ampun ayahanda."
"Lebay amat deh jadi cewek."
"Maka sebabnya gue enggak suka sama cewe, mereka itu lebay. hufft."
"Ngatain diri sendiri lagi, aneh lo."
"Biarin aja, eh udah sore nih balik yuk!"
"Nyok!" Daniel menjawab dengan penuh antusias.
"Anil makasih banyak lo udah traktir gue makan, kalau enggak ada lo mungkin gue udah mati dimakanin cacing yang lagi demo."
"Iya bawel, makanya kesekolah tuh bekel makan, kalau hobinya makan." sindir Daniel, membuat Ara mengerucutkan bibirnya, gemas.
.
"Makasih ya buat semuanya! hati hati dijalan, kalau jatuh bangun lagi, Oke?" cerocos Ara.
"Iya bawel, makasih juga, kalau gitu gue pamit. Dahh!" sahutnya, sejurus kemudian ia melenggang pergi menuju rumahnya. Tak lama dari itu bagian ulu hatinya terasa sakit tetapi ia tetap menjalankan kendaraannya dengan benar hingga ia sampai dirumah.
Tanpa ba bi bu, ia langsung memasuki kamarnya, tertuju pada kamar mandinya. Ini kali kedua ia memuntahkan cairan lambungnya karena merasa sangat buruk. Kemudian ia membasuh wajahnya dengan air untuk mencari kesegaran, tetapi nihil wajahnya tampak memucat.
Setelah berada dikamar mandi ia menenggelamkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, sembari menekan nekan bagian ulu hatinya yang terasa sakit, kepalanya serasa ditiban benda yang berat. Ia meminum obatnya berharap menjadi lebih baik. Tapi ia salah, badannya berkeringat dingin dan sakitnya semakin menjadi jadi, Orang orangpun tak tahu apa yang sedang dialaminya.
Penyakitnya kambuh.
Semakin ia mencoba biasa biasa saja, tapi ia tak bisa mengelak, ini sungguhan sakit. Ditengah kesakitannya nada dering ponselnya berdering menandakan seseorang menelfonnya.
incoming call from Arabella....
"Hallo Daniel, gue lupa kalau jaket lo ada di gue."
"I-iya g-ga-papa"
"Lo kenapa? kok lemes gitu. Baik baik aja kan?"
"Hmm"
"Daniel lo masih denger gue kan? tunggu disitu, gue datang kesana!"
Tut. Panggilan dimatikan.
Setelah itu ponsel yang digenggamannya jatuh, berbarengan dengan kesadarannya yang hilang.
.
"Aduh ka gimana nih? gue takut dia kenapa-napa."
"Lo udah telfon orang tuanya, temen lo?"
"Udah temen temen lagi pada otw, kalau orang tuanya gue gatau ka, ketemu aja enggak pernah." sahutnya jujur.
"Yaudah sekarang kita doain aja, supaya di baik baik aja"
"Amin, tadi mukanya pucet baget, ngeri gue."
"Apalagi gue, badan dia dingin banget loh." jawabnya tak kalah ngeri.
"Hooh, eeh Ka bukannya lo, ada acara sama Ka Summer? gue gapapa kok ditinggal."
"Beneran gapapa? soalnya dia udah ngechat gue mulu."
"Iya gapapa, bentar lagi juga temen gue pada dateng."
"Yaudah gue pergi ya, kalau ada apa apa lo bisa hubungin gue, anytime."
"Iyaa Ka, bawel lo!" setelah itu Arvi berjalan menjauhi ruangan itu menuju lobi Rumah Sakit.
"Apa ini dengan keluarganya?" panggil seorang dokter yang baru keluar dari UGD.
"Saya sahabatnya dok. Keluarganya belum bisa dihubungi." jawabnya, penuh kekhawatiran.
"Baik, apa kamu bisa ikut dengan saya?"
"Oh tentu Dok." jawabnya penuh antusias, mengikuti jalannya dokter.
"Jadi Daniel kenapa dok?" ucapnya, membuka perbincangan.
"Maghnya kambuh, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, stress yang berlebihan, pola makannya tidak teratur,dan dia juga melakukan pantangan yang tidak dianjurkan untuk penderita ini." jedanya untuk beberapa sekon. "Apa orangtua tidak pernah memperhatikannya?"
"Saya kurang tau dok. memang dari tadi mukanya pucat, tidak nafsu, dan bahkan muntah sejak disekolah, pas pulang dia ternyata udah pingsan." jelasnya secara rinci.
"Dari keluhan tadi, saya bisa menyimpulkan kalau dia...menderita penyakit Magh Kronis." ucap dokter.
"Ha? Magh kronis?" tanyanya penuh, bingung.
"Penyakit magh itu jangan dianggap sepele jika tidak diobati akan parah, sepert kronis yaitu magh yang disebabkan oleh stress yang menyebabkan asam lambungnya meningkat, dan luka didalamnya itu akan memperhebat keluhannya, tidak nyaman saluran pencernaan, sakit pada ulu hati, mudah lelah, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, dan tidak nafsu makan merupakan ciri cirinya, dan itu sudah terbilang cukup parah jika tidak segera diobati." penjelasannya membuat wanita itu kaget bukan kepalang.
"Baik dok, nanti saya kasih tahu keluarganya."
...
10++ vote dan komen aja kok buat next. makasih😇😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer ✔
Teen FictionAku mencintai kamu lebih daripada yang aku rasakan kemarin dan pasti aku akan mencintai kamu lagi besok dan seterusnya, selalu. Aku akan mencintai kamu dan berdiri untuk kamu bahkan untuk hal terburuk yang mungkin terjadi. 2017, radaffa.