Setelah seminggu kejadian itu, Ara masih bersikeras menelusuri beberapa bar untuk mencari wanita itu, tapi nihil wanita itu tidak bertemu.
Ia berjalan menelusuri jalanan yang terasa padat, terdapa ruko ruko sebuah kedai ataupun restoran yang biasa dijajaki oleh remaja masa kini.
Ia memasuki salah satu cafe, yang terlihat senggang oleh pengunjung, kemudian ia memesan beberapa makanan beserta kopi kesukaannya dan Daniel.
Fikirannya seakan melayang, mengingat beberapa hari mereka tak bertemu, meninggalkan rasa kangen.
Ia menduduki tubuhnya disebuah cafe sambil menyeruput kopi miliknya, tangannya sibuk mengotak-atik aplikasi diponselnya.
Daniel masih terus menghubunginya, namun yang Ara lakukan hanya membacanya. Sebelum ia tahu kebenarannya, lebih baik mereka masing masing terlebih dahulu.
Seruan terdengar jelas di indera pendengarannya, seorang pria bertubuh atletis beserta seorang gadis berikat kuda itu menghampirinya dan langsung duduk dihadapannya.
"Lo sama Gilang masih belum baikan?" tanya Bila.
"Dia gapernah balas chat gue, menurut lo gue salah gak ngomong gitu?" balas Ara, sambil berekspresi sendu.
"Enggaklah, lo bisa ngutarakan perasaan lo ke dia kayak gimana, dan dia harus nerimanya dengan ikhlas." jawab Bila.
"Tapi dia kayak benci sama gue."
ucap Ara,"Gilang cuma butuh waktu, karena gue fikir cinta pertama itu yang bakal buat kita tau rasanya mencintai dan kehilangan, dan itu semua proses."
"Kita bakal bantu lo, ngembaliin semuanya seperti dulu.." ucap Alan sambil memgelus pundak Ara, sahabatnya.
"Hiks.. Gara gara gue lo semua jadi gini, maafin gue" Air mata di pelupuk matanya tak bisa ia bendung, membuat tetes demi tetes membasahi pipinya.
"Ssstt... Kita bakal sama- sama lo terus." ucap Bila sambil memeluk sahabatnya.
"Kata Devan, sorry dia gak bisa ikut bantuin lo. Dia kan di Surabaya.." Ucap Alan sendu.
"Iya gapapa, kalian disini aja gue udah bersyukur. Sekali makasih banyak."
"Udah ah jangan nangis, jelek!" Ucap Alan sambil mencolek dagu Ara.
"Kurang ajar huh." Ara tersenyum, ternyata masih ada yang bisa membuatnya tersenyum, yaitu sahabat.
Mereka menghabiskan waktu setengah jam untuk menghabiskan makanan yang mereka pesan, mata mereka terasa geli melihat sepasang pelanggan di ujung cafe, terlihat---ciuman.
Kehadiran mereka membuat beberapa pasang mata risih.
"Jijik banget anjir, cipokan disini."
"Gapunya malu kali, istrinya juga udah bunting."
"Menjijikan dan haram." Namun ada keganjilan, sosok pria bertubuh atletis itu seolah olah familiar dimata mereka bertiga, serasa kenal.
Namun, wajahnya belum tertebak.
Ara, cewek yang super kepo menatap mereka jeli dan berjalan menghampiri keduanya.
"Pssst.. Ara! Lo ngapain?"
Ara terus berjalan, berhasilnya diujung sana terdapat suatu toilet, dengan begitu Ara melihat jelas siapa pasangan yang menjijikan itu.
Ara memasuki toilet dekat pasangan itu, ia mendengarkan kata kata yang diucapkan mereka.
"Makasih ya yang, kamu udah bantu buat Daniel gak dipercaya bokapnya, malahan dia disiksa seneng banget.."
"Iya sayang ini juga kan buat kita dan anak kita nantinya. PromNightnya jadi seru kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer ✔
Teen FictionAku mencintai kamu lebih daripada yang aku rasakan kemarin dan pasti aku akan mencintai kamu lagi besok dan seterusnya, selalu. Aku akan mencintai kamu dan berdiri untuk kamu bahkan untuk hal terburuk yang mungkin terjadi. 2017, radaffa.