Ujian hari pertama dimulai, seluruh siswa sangat antusias dalam belajar untuk ujian ini, tidak sedikit yang stress karena mereka sering meninggalkan kelas alias membolos.
Kecuali siswa yang belajar dengan sungguh sungguh, dan hadir disetiap jam pelajaran dimulai. Mereka terlihat tenang dalam mengerjakan soalnya.
"Gusti, naha ieu hese-hese teuing.." Gerutu salah satu murid dibelakang kursi Ara.
"Sudahlah, ini adalah ujian." Jawab teman sebanhkunya.
Ara hanya terseyum, menyadari ada orang yang lebih tidak mengerti darinya.
Untung ada Daniel, sang penyelamat. Yang selalu sedia saat dibutuhkan. Ara melirik kebangku pacarnya, wajahnya yang ganteng, bibir yang seksi, jambulnya, kacamatanya menambahkan kesan perfect dimatanya.
Ditambah lagi dia tuh pinter! jenius! cerdas!
Kurang apa sih?" batin Ara.
"Ara, ada apa liat kebelakang mau mencontek?" lamunannya buyar ketika Bu Keke mendapatinya liat kebelakang.
"Ah--enggak bu, saya lagi umm anu bu.. apa yah? Hehe" Ara tertawa kikuk saat dirinya tertangkap basah diliatin Daniel.
"LIATIN PACARNYA BU!!" celetuk salah satu murid.
"Berharap dikasih contekan?" tanya Bu Keke, sambil menaikan sebelah alisnya.
"Ya enggaklah, saya udah belajar bu. Masa nyontek, dosa bu dosa." Jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Yasudah kerjakan lagi, jangan ribut." Tanpa basa basi ia mengerjakan kembali soal yang hampir semua ia pahami, dengan tenang tanpa menoleh ke belakang.
.
"Kamu tadi kenapa? liatin aku?" tanya Daniel, sambil terkekeh.
Ara salah tingkah menjawabnya "Enggak ih pede banget."
"Bohong banget. Btw pulangnya ini mau kemana?"
"Pengen makan es krim, tapi yang enak." Ujarnya sambil melihatkan deretan giginya yang putih.
"Oh aku tau kedai es krim yang enak, di daerah sini."
"Ayok deh, kita kesana yaa.." Ucap Ara sambil tangannya bergelayut di lengan cowoknya.
"Eh Ara ketemu lagi, jangan jangan jodoh." Sapa seseorang, Bagas.
"Hai Gas, ih lo ngomong apa sih?" Sapanya balik.
"Hey Daniel, kemana aja sih lo? jarang dirumah. Padahal kita butuh kumpul keluarga."
Daniel menyahut, tapi langsung mengalihkan pembicaraan. "Lo ada hubungan apa sama dia?"
"Baru kenal sih, tapi gue ngerasa udah deket."
"Maksudnya?"
"Dia lucu, manis, cantik, ah pokoknya tipe gue banget deh."
"Lo ngomong apa sih Gas,?" Ara tersentak memdengar penuturan Bagas.
"Dia cewek gue." Ucap Daniel, tegas.
"Lo ceweknya dia?" Tanya Bagas, tak percaya.
"Iya gue ceweknya, lo siapanya Daniel sih, Gas?" Ara masih bingung tentang keluarga yang dibicarakan Bagas.
"Gue kakanya dia, ya meski gue tiri. tapi kita cuma beda berapa bulan."
Ara melirik Daniel, "Kok kamu gapernah bilang kalau dia kaka kamu?"
"Kasih tau Ra, masa Mama gue baru dirumah dia pergi, hargain dong keluarga barunya." titah Bagas.
"Masalah lo apa? suka suka gue lah." Ara menangkap nada ketus Daniel.
Ara makin tak mengerti sebenarnya apa yang mereka debatkan, bukankah mereka baru bersaudara?
"Pantes aja bokap lo kasar, anaknya aja kaya gini." pekik Bagas.
"Gausah bawa bokap gue, urus aja tuh nyokap lo. Ganjen banget."
Bagas mengembuskan nafasnya sambil melipat tangan didada. "Lo tuh ngajak ribut atau apa sih?"
"Gaada waktu buat ngomong sama lo." ketus Daniel, kemudian menarik Ara meninggalkan Bagas sendiri.
"Gas gue duluan ya, sorry." Pamit Ara sambil meminta maaf.
.
"Kamu kenapa sih? masih belum pulang ke rumah?" tanya Ara sambil melirik lawan bicaranya.
"Aku masih belum siap buat ketemu mereka."Ara tercenung sesaat, ia tak habis fikir tentang pengakuan cowoknya, berhari hari tak pulang ke rumah.
"Banyak banget kan yang kamu tutup tutupin dari aku?" Ara bertanya.
"Apa lagi?!" sahut Daniel dengan nada ketus.
Ara tersentak. "Kamu kenapa sih? kok jadi nyentak aku?!"
"Maaf, aku kebawa emosi, aku ga niat bentak kamu. Maafin aku." Sahut Daniel sambil meminta maaf.
"Kenapa kamu gak bilang kalau bagas kakak kamu?"
"Memangnya itu penting?" ujarnya tapi masih dengan nada datar.
"Setidaknya kamu kasih tau aku, biar aku bisa nanggepin dia layaknya kakak kamu."
"Aku juga baru tau dia sekolah disini."
"Hari ini kamu harus pulang kerumah, bagaimana perasaan papa kamu? Anaknya gaada disaat kaya gini? Kaya kehilangan tau."
"Papa enggak pernah ngerasa kehilangan, bahkan dia pengin menghilangkan aku."
"Aku gasuka kalau kamu ngomong seolah olah kamu sumber masalah."
"Maafin aku, aku emang salah seharusnya aku ngebiarin papa bahagia.."
"Setidaknya Alm. Mama kamu masih tersimpan di hati yang terdalam papa kamu."
"Aku males bicarain ini, bisa ubah topik gak?"
"Tapi kamu harus janji hari ini kamu pulang ke rumah?"
"Gabisa."
"Yaudah aku pulang." Ara langsung bergegas jalan tetapi langkahnya ditahan.
"Jangan!"
"Terus mau apa? aku gak guna disini juga."
"Oke aku bakal pulang hari ini." Ara tersenyum, tentang perkataan cowoknya.
"Yaudah bagus, aku pengin hubungan kamu membaik. Kalau ada apa apa hubungi aku."
"Iya, gara gara si bagas jadi lama gini ke kedainya kan."
"Gapapa, kamu dulu baru makanan."
"Maafin aku ya,"
"Udah ah, maafan mulu lebaran udah lewat kali."
"Ya gapapa, siapa tau besok aku gaada, jadi udah minta maaf."
"Daniel! aku gasuka kamu ngomong gitu, minta ditabok?" Ara melotot.
"Realita aja, kita kan gatau umur sampe kapan. Benar?"
"Tapi kan gausah kaya gitu, serem tau gak?!?!"
"Iya maaf, yaudah yuk! pasti dede yang ada diperut kamu udah kelaperan minta diisi."
"Gila!?! Gue masih disegel! gamungkin ada dedek bayi!?!" Ara kembali terkejut.
"Salah lagi, maksud aku dedek itu cacing cacing diperut kamu." Daniel menepuk jidatnya.
"Hhhhhhh makanya ngomong tuh jangan buat ambigu deh! kezel bat gue!"
...
Gabosen buat bilang
vote dan komen terus yaaaaaaw
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer ✔
Teen FictionAku mencintai kamu lebih daripada yang aku rasakan kemarin dan pasti aku akan mencintai kamu lagi besok dan seterusnya, selalu. Aku akan mencintai kamu dan berdiri untuk kamu bahkan untuk hal terburuk yang mungkin terjadi. 2017, radaffa.