Part 20

1.4K 89 13
                                    

Sesuai perjanjian, akhirnya hari ini Kanaya mentraktir teman-temannya. Entah darimana mereka tahu kalau Kanaya dan Arkana berpacaran. Yang jelas, saat baru saja menginjakkan kaki di kelas, ketiga temannya itu langsung berteriak senang.

"AKHIRNYA NAY, LO GAK JOMBLO LAGI." oke, sebenarnya status jomblo atau taken pun tidak penting bagi Kanaya. Karna dia termasuk orang yang masa bodo. Cintanya ditolak pun, Kanaya masih terlihat bahagia, kan? Itu karna Kanaya tidak ingin pusing.

Hanya saja.. Melihat Arkana, entah mengapa Kanaya seperti menaruh harapan lebih pada lelaki itu. Biarlah Arkana yang akan menata kembali hatinya yang sedikit rapuh. Biar, biar Kanaya bisa merasakan yang namanya disayang dan diperhatikan.

"Kantin hari ini gratis ya!" seru Giselle dengan ceria. Kanaya langsung menepuk lengan Giselle agak kencang, membuat cewek itu tertawa geli. Selebihnya, teman-temannya itu sibuk memilih makanan mana yang akan mereka beli. Mumpung hari ini gratis.

Kanaya memutar tubuh, di ujung sana, tepatnya di tukang soto, Kanaya melihat Arkana yang sedang menggaruk kepalanya. Menatap bingung ke arah kedua temannya itu-Irsyad dan Jeki. Mungkin kedua temannya juga sedang meminta traktiran sama seperti teman-teman Kanaya.

"Ah, sampis! Pelit dasar!" tiba-tiba saja Jeki berbalik, dengan wajah kesal ia meninggalkan kantin. Lalu berikutnya, Irsyad yang juga pergi meninggalkan kantin. Arkana makin bingung, terlihat dari wajahnya saat ini.

Namun kebingungan Arkana mereda, saat melihat Kanaya yang sedang berdiri di depan tukang bakso, sedang menatap ke arahnya. Dengan langkah ringan, cowok dengan tinggi badan 170cm itu menghampiri Kanaya.

"Ngapain?" katanya, sok cool karena langsung memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Kanaya melirik ke arah teman-temannya, memberi kode pada Arkana bahwa ia sedang diperas oleh teman-temannya itu.

"Tadi Irsyad sama Jeki juga. Eh, bentar.." Kanaya mengernyit, karena tiba-tiba saja Arkana terdiam.

"Kok gue deg-degan ya?" pipi Kanaya memerah, langsung meninju pelan lengan Arkana. Tidak sengaja pemandangan itu ditangkap oleh Same, yang langsung menyenggol teman-temannya.

"Nay, gak makan? Nanti mati loh gara-gara pacaran doang." tai. Rasanya Kanaya ingin mengumpat tajam pada teman-temannya. Dengan segera Kanaya menghampiri ketiga temannya itu, memesan bakso seperti mereka.

"Nah, mumpung ada Arkana nih. Gimana kalo lu nraktir gue es?" tawar Same yang membawa semangkuk bakso.

"Lah? Lu siapa gue?" setelah berkata seperti itu, Arkana melengos pergi, membuat Same menjadi bahan tertawaan ketiga temannya.

"Ya allah, butuh aja lo ke gue. Dasar, temen kayak anju." Kanaya tertawa terbahak-bahak. Ekspresi Same sangat lucu menurutnya.

***

"Juna, mau kemana?" sore ini sepulang sekolah, entah dapat reruntuhan dari mana, Juna ada di depan sekolah Kinanti. Kinanti sendiri kaget saat melihat keberadaan Juna yang tiba-tiba. Kinanti yang melihat Juna pun langsung berbalik arah, namun Juna lebih dulu melihat dirinya. Maka dari itu, ketika Kinanti baru saja ingin melangkah pergi, Juna sudah menarik tangannya, dan membawanya pergi.

Juna terdiam, tidak ada keinginan menjawab pertanyaan Kinanti.

"Jun!" karena sebal, Kinanti memukul bahu Juna, membuat cowok itu melirik ke arah spion, dengan satu alis terangkat. Tanda bahwa cowok itu bertanya.

"Kita mau kemana? Juna mau bawa Kinan ke mana?" tanya Kinanti dengan wajah penasaran. Mendengarnya, lantas Juna tersenyum hangat. Kinanti yang melihat Juna tersenyum pun langsung membuang muka. Pasalnya, senyuman Juna-lah yang sudah membuat sahabatnya itu jatuh hati kepada cowok ini. Kinanti hanya tidak ingin perasaannya terbaca, sama sekali tidak ingin.

"Sekali aja, Kinan. Juna mau ketemu temen, Juna mau ditemenin sama Kinan." ya tuhan, Kinanti ingin menangis sekarang juga jika dibolehkan. Kinanti bisa menahan perasaannya, tapi Kinanti tidak bisa melihat Juna memohon padanya seperti ini.

Di sisi lain, Arkana mengajak Kanaya untuk pergi ke warkop dekat rumah Kanaya. Entah apa yang ada di pikiran cowok itu sampai-sampai ngajak jalan ke warkop. Kanaya sih tidak masalah, asal itu tidak menganggu uang yang ada di dalam sakunya saat ini.

"Mau pesen apa?" tanya Arkana, saat penjualnya sudah menanyakan ia mau pesan apa.

"Adanya? Es teh aja deh."

"Emang gak laper?"

Kanaya nampak berfikir sejenak. Iya sih, kalau difikir-fikir, ini adalah jamnya ia makan. Pulang sekolah kan biasanya Kanaya makan.

"Tapi jangan pesen selain gorengan ya."

"Bangke. Percuma dong lo nawarin kalo cuma boleh beli gorengan doang. Aturan tadi langsung aja. Mau gorengan gak? Gituu.." Arkana terbahak, terlebih melihat ekspresi Kanaya yang kocak abis saat marah.

"Tapi di sini gak ada pizza."

"Makasih loh infonya, mas." Arkana terbahak lagi. Kemudian dia menyebutkan pesanannya. Yaitu dua es teh manis dan dua indomie rebus. Satu lagi, gak pake lama.

"Nunggu siapa sih?" tanya Kanaya saat melihat Arkana sibuk mengecek ponselnya. Arkana hanya berdeham, tanpa menjawab.

"Sahabat gue. Katanya dia juga mau ke sini. Bawa pacarnya."

***

"Juna, mau ngapain ke warkop?" Kinanti menatap bingung pada Juna yang baru saja melepas helmnya, lalu mengecek ponselnya.

"Arkana udah di dalem. Yuk." Juna menggamit lengan Kinanti, membuat Kinanti merasakan lagi degup jantungnya yang tak beraturan.

"Hahahahaha!" suara tawa itu membuat Kinanti menghentikan langkah, membuat Juna juga menghentikan langkah.

"Kenapa?" tanya Juna bingung. Kinanti menggeleng, lalu melanjutkan lagi langkahnya.

Saat mereka sampai di depan pintu, buru-buru Kinanti pergi dari sana, menciptakan kebingungan lagi bagi Juna.

"Hei! Mau ke mana?!" teriak Juna yang langsung mengejar Kinanti.

Kinanti melihatnya. Kinanti melihat Kanaya ada di sana. Dan Kinanti tidak mau persahabatannya dengan Kanaya hancur hari ini juga. Maka dari itu, Kinanti memilih pergi. Ini jauh lebih baik.

"Kinan!" Juna menarik lengan Kinanti, membuat cewek itu refleks menoleh.

"Lepasin Kinan!" teriak Kinanti sarkas. Juna yang mendengarnya justru mempererat pegangannya pada Kinanti.

"Kenapa, Kinan?" tanya Juna dengan suara lembut.

"Juna mending jauh-jauh deh dari Kinan! Kinan udah gak mau lagi kenal sama Juna!" Juna seperti tertampar saat itu juga. Ia mengendurkan pegangannya pada lengan Kinanti.

"Kenapa gitu?"

"Kinan gak mau sama-sama dengan Juna, tapi Kinan pisah sama sahabat Kinan. Juna tau kan, kalau persahabatan itu lebih penting dari apapun?"

TBC

Whoaaaa! Udah lama gak ngepost. Jadi, aku putuskan akan membuat part pendek-pendek. In sya allah jadi rajin ngepost, kok.

Gimana dengan part ini? How about you?

Kanaya dan ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang