Part 13

2K 101 17
                                    

Mungkin selama ini teman-temannya menganggapnya bodoh. Tetapi tidak untuk saat ini. Buktinya, ia sekarang sudah tidak lagi berada dalam pesta mengerikan itu. Bukan, bukan pestanya yang mengerikan. Tetapi keberadaan Karika-lah yang mengerikan. Kanaya sedang tidak ingin berdebat, lebih lagi mereka ada di tempat ramai. Karena tidak ingin membuat keributan, akhirnya Kanaya pergi dari pesta itu tanpa bilang atau pamit pada teman-temannya. Saat ini Kanaya sedang duduk di halte, menunggu bus tujuan rumahnya.

Saat Kanaya sedang melamun, ia dikagetkan oleh suara teriakan beberapa orang yang sangat melengking. Panik, Kanaya pun berdiri tanpa sadar. "Ada apaan sih?!" teriaknya sebal. Matanya menyapu sekeliling, sampai dia menemukan seorang pengendara motor dengan tiga orang siswi sedang beradu argumen.

"Lo jalan hati-hati!"

"Elo yang nyebrang hati-hati! Jelas-jelas ada motor lagi ngebut! Tetep aja nyebrang!"

"Ya elo jangan ngebut dong! Tau aturan jadi pengendara tuh!"

Dan anehnya, tak ada yang menghentikan perdebatan mereka. Kanaya tidak bisa melihat siapa saja orang yang sedang berdebat, karena matanya minus. Maka dari itu ia lebih memilih untuk memerhatikan empat orang itu dari bangku halte.

"Lo kalo gak bisa naik motor, jangan naik motor!"

"Naik doang gue mah bisa! Lo juga pasti bisa!"

"Ngendarain maksudnya!"

"Ngomong yang jelas! Jangan kayak nenek-nenek ngunyah siri!"

"Berisik lo! Bawel banget sih!"

"Elo juga bawel! Cewek kok bawel!"

"Wajar lah cewek bawel! Elu bawel baru gak wajar!"

"Heeeeeeehhhhh!! Ada apaan sih???!" Suara itu menghentikan aktivitas mereka. Secara serempak mereka menoleh ke sumber suara dan menemukan seorang gadis berhijab sedang menatap mereka dengan sebal.

"Lo siapa?" tanya salah satu dari siswi yang tadi hampir tertabrak.

"Manusia. Ciptaan Allah. Buatan emak bapak." jawab Kanaya cuek. Kanaya menoleh pada sosok yang hampir menabrak ketiga siswi itu yang saat ini masih memakai helmnya itu. "Buka helm lo, shegi!" perintah Kanaya sambil mengetuk-ngetuk kaca helm orang itu. Dengan segera orang itu membuka helmnya. Dan betapa kagetnya Kanaya, saat tahu siapa orang yang saat ini ada di hadapannya.

Kanaya segera memalingkan wajahnya pada tiga cewek yang masih dalam kondisi kesal. Kanaya tersenyum, lalu pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi. Entah mengapa, melihat kehadiran lelaki itu kembali, membuat Kanaya tak bisa menatap lelaki itu lebih lama lagi. Semua sudah berubah. Tak ada yang tersisa.

"Tuh anak ngapa?" Ketiga cewek itu saling pandang dan segera berlalu, tanpa memerdulikan orang yang tadi menabraknya.

Tanpa Kanaya sadari, kepergiannya itu telah membuat rasa bersalah yang telah ada semakin besar. Ada kalanya seseorang tak kembali jika hanya untuk membuka luka lama yang masih menganga.

***

Malam ini Kanaya memasak makan malam untuknya dan Karika. Entah dapat hidayah dari mana Kanaya mau memasak untuk dirinya dan Karika. Sambil menunggu Karika pulang, Kanaya duduk di kursi makan dengan kepala yang ia topang dengan kedua tangan.

Pertemuannya dengan orang tadi membuat Kanaya lebih banyak diam. Telepon dari teman-temannya pun dia abaikan. Pesan-pesan teman-temannya pun dia tidak baca. Dirinya merasa kembali ke masa di mana dia merasakan kehancuran itu. Kehancuran satu-satunya yang membuatnya menjadi sosok yang berbeda. Kanaya yang berbeda.

"Assalamu'alaikum!" suara teriakan Karika mengagetkan Kanaya. Dengan segera Kanaya berlari ke luar untuk membukakan pintu.

"Wa'alaikumsalam," Kanaya tersenyum pada kakaknya, hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

Kanaya dan ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang