Part 12

1.7K 100 5
                                    

Kanaya sedang memerhatikan beberapa baju yang terpajang di hadapannya. Sama dengan Kanaya, Arkana sedang memerhatikan beberapa jam tangan yang terpajang. Keduanya sama-sama sedang serius memilih mana yang bagus untuk diberikan pada Yuri di hari specialnya. Sejak tadi Kanaya bukan sibuk memilih mana yang cocok, tetapi sibuk memilih mana yang murah. Kanaya tidak ingin membuat Arkana kesusahan atau merasa kesal karena Kanaya meminta lebih. Maka dari itu, Kanaya mengambil sebuah dress berwarna pink muda dengan harga yang mumpuni. Menghampiri Arkana yang sedang sibuk, Kanaya mencolek lengan Arkana.

"Gue yang ini aja," ujar Kanaya sambil menunjukkan dress pilihannya. Mengangguk, Arkana pun kembali fokus pada jam tangan yang terpajang di dalam etalase besar. "Menurut lo bagusan yang mana?" tanya Arkana saat menoleh pada Kanaya.

"Gue liat Yuri suka warna pink. Di sekolah barang-barangnya dominan warna pink. Yang ini bagus deh kayaknya," Kanaya menunjuk salah satu jam tangan berwarna pink dengan gambar hello kitty. Arkana mengernyitkan kening, berusaha mengingat apa yang Yuri lakukan di sekolah.

"Aaah! Iya! Dia suka banget warna pink. Yaudah gue beli yang ini." ujar Arkana dengan puas. Seharusnya sejak tadi Kanaya di sampingnya, jadi dia tidak perlu kebingungan memilih kado yang pas untuk Yuri.

Berjalan ke arah kasir, Arkana menyapu pandangannya ke sekeliling. Matanya melotot saat melihat ada Tiara dan Bio sedang memilih parfum.

Namun Arkana sedikit bingung, mengapa dia tidak merasa cemburu sama sekali? Padahal waktu itu Arkana sampai meremas lengan Irsyad saat melihat Tiara sedang bersama Bio. Ini sungguh aneh, batin Arkana sambil menggelengkan kepalanya tak percaya. Lamunannya terhenti saat Arkana merasakan guncangan di tubuhnya.

"Gempa bumi ya?" tanya Arkana dengan wajah bodoh. Di sampingnya, Kanaya tertawa keras. "Bego. Lo bengong makanya gue sadarin. Itu mbanya udah nungguin lo bayar." Arkana tergagap, langsung mengambil uang yang sengaja dia letakkan di saku bajunya. "Ngelamunin apa sih lo?" tanya Kanaya dengan senyum meledek. Arkana menggeleng, enggan memberitahu Kanaya mengenai keberadaan Tiara dan Bio. Arkana tahu, pasti Kanaya akan meledeknya dengan ucapan cemburu dan jones. Arkana tahu itu. Maka dari itu, dia lebih memilih untuk diam.

"Mau makan dulu gak?" tanya Arkana saat pembayaran sudah selesai. Kanaya menggeleng dengan cepat. "Kan harus siap-siap Na buat dateng ke sana. Ini aja udah 2 jam lagi acara dimulai." Arkana menepuk keningnya karena merasa dirinya lupa.

"Yaudah pulang aja deh. Makannya kapan-kapan aja. Lo gak laper kan?"

"Laper, sebenernya. Tapi kan nanti di rumah Yuri bakalan makan, hehe." Kanaya terkekeh atas ucapannya sendiri. Arkana tertawa melihat tingkah aneh Kanaya.

"Oh iya Na. Ini nanti gue ganti pas Ibu gue pulang ya?" Arkana segera menggeleng. Bahkan dia ikhlas membantu Kanaya, bukan karena ingin diganti atau apa. "Gak usah, Nay. Anggep aja itu ucapan terima kasih."

"Terima kasih?" Kanaya menoleh, memperlihatkan kernyitan di dahinya yang membuat wajahnya jadi lucu. "Iya, terima kasih." jawab Arkana sambil tersenyum, membuat Kanaya semakin bingung.

"Iya maksudnya buat apa?" Kanaya memutar kedua bola matanya. Sepertinya bicara dengan Arkana memang harus memakai otot. Masalahnya cowok itu tidak akan mengerti dengan cepat. Waktu kelas sepuluh Arkana selalu menjadi korban omelan Kanaya karena selalu bertanya tentang pelajaran apapun. Saat guru mengajar, Arkana bermain bersama Irsyad. Saat guru memberikan tugas, dengan sigap cowok itu berjalan ke tempat Kanaya dan menyontek jawaban Kanaya.

"Karna lo udah nolongin gue waktu itu," jawab Arkana kalem. "Makasih lagi? Bukannya waktu itu lo udah ngasih novel?" tanya Kanaya.

"Ya kan waktu itu gue mengatasnamakan Mama gue. Sekarang atas nama gue nih, gue lagi gak boong. Duitnya dari duit gue sendiri." Kanaya terkekeh. Rasanya lucu jika mengingat Arkana yang membohonginya hanya karena gengsi.

Kanaya dan ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang