Part 8

2.1K 124 20
                                    

"Jeki bangke!!!" seruan Arkana langsung menarik perhatian dari beberapa anak yang berada di dalam kelas. Beberapa yang lainnya pergi ke kantin karena bel istirahat sudah berdering.

"Ada apa sih?" tanya Same merasa risih. Masalahnya, Arkana teriak segede toa. Membuat siapapun yang mendengar langsung loncat dan jatuh. Tidak, itu berlebihan. Kanaya yang sedang mengunyah kentaki-kentakian yang ia beli pun hanya menoleh tanpa mau banyak bertanya. "Berisik tau!" cibir Same kesal. Arkana hanya meringis, merasa tak enak karena sudah membuat orang lain terganggu.

"Ini, Jeki ngambil minuman gue, Me! Jadi omelin Jeki sana!" ujar Arkana sambil melirik Jeki dengan tatapan sebal. Dilihatnya Jeki hanya tersenyum seperti tidak punya kesalahan. Di sisi lain, Kanaya tertawa pendek melihat Jeki yang seperti orang bodoh.

"Gue bawa minum nih dari rumah. Lo mau Na?" tawar Kanaya tiba-tiba sambil menunjukkan botol minumnya. Arkana melongo sebentar, menatap botol minum Kanaya dan Kanaya.

"Belum gue minum kok, seriusan. Jadi lo gak perlu takut kena virus," ujar Kanaya tersenyum geli. Arkana mengerjap, bukan maksudnya seperti itu. Tetapi dia bingung, kenapa tiba-tiba Kanaya memberikannya minuman? Kenapa Kanaya baik?

"Gue sih cuma kasian aja sama orang yang lebih membutuhkan. Nih, mau ga?" Mendengarnya, Arkana mendengus kesal. Selalu, Kanaya selalu berujung meledek orang yang dia bantu. Arkana pun tahu, jika itu hanyalah bercanda. Maka dari itu, Arkana melangkah mendekati meja Kanaya.

"Gak apa-apa nih, gue minta? Tar kalo abis gimana?" tanya Arkana mengambil botol minum Kanaya. Kanaya tersenyum sambil menggeleng. Tiba-tiba Arkana mengingat ucapan Irsyad beberapa hari yang lalu.

"Coba lo perhatiin lebih detail. Lo liat saat Kanaya ketawa, lo liat saat Kanaya senyum dan bercanda sama temennya. Lo bakalan liat, ada yang special dari orang yang lo anggap biasa."

Arkana memerhatikan Kanaya yang tersenyum. Benar apa kata Irsyad, batinnya. Kanaya memiliki lekukan senyum yang bagus, bahkan terlihat manis ketika cewek itu tersenyum. Arkana mengusap wajahnya, kenapa dia jadi berfikiran soal Kanaya?

"Heh! Malah bengong! Kenapa?" Suara membahana Kanaya langsung membuat Arkana terlonjak kaget. Di bangkunya, Kanaya tertawa geli melihat wajah Arkana yang seperti orang bodoh. "Sumpah, muke lu kocak banget Na! Hahahahaha," tawa Kanaya pun berderai, membuat Arkana jadi ikut tertawa.

"Ketawa mulu nih Kanaya," ucap Arkana pada akhirnya. Memang, Kanaya selalu tertawa jika Arkana memerhatikan. Bersama Same, Ayu, Giselle. Kadang Arkana heran, apa yang sebenarnya cewek-cewek itu tertawakan?

"Berarti gue bahagia. Hidup tuh gak melulu soal kesedihan, kegalauan, kehampaan. Isi aja hidup lo dengan ketawa. Coba aja." Kanaya tersenyum kembali, membuat Arkana pun ikut melengkungkan bibirnya membentuk senyuman tipis.

"Sekarang jadi sok bijak." ledek Arkana, membuat Kanaya memelototkan matanya sebal. "Berisik lo Na. Balik sono ke tempat lo. Dasar gak tau diri." Berbalik, tawa Arkana pun berderai. Entah apa yang cowok itu tertawakan, Kanaya tidak perduli. Jika ada yang mengatakan bahwa Kanaya tertawa untuk mencari perhatian, semua salah besar. Kanaya hanya tidak pernah membuat suatu masalah menjadi lebih besar dengan bersedih. Kanaya selalu ingin membuat masalah itu tidak ada artinya dengan tersenyum dan tertawa. Karna bagi Kanaya, senyum adalah keberkahan. Dan tawa adalah kebahagiaan untuknya. Diam-diam Kanaya tersenyum geli dengan pemikirannya itu. Mungkin jika ada yang bisa membaca fikirannya, orang itu akan meledeknya terus menerus.

"Eh, es batunya jangan diabisin ye Nay. Buat gue." Dan itulah yang selalu Kanaya dengar dari Same, saat Kanaya sedang meminum es yang dia beli. Same suka es batu.

"Iye, Me. Kapan sih gue abisin es batu gue? Cuma buat lo seorang dahh,"

"Lebay lu Nay!" cibir Same sambil tertawa.

Kanaya dan ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang