Part 16

1.8K 104 7
                                    

Perhatian!!!
Wajib baca note di bawah ya.. Penting!

Malam ini Kanaya pulang telat lagi dikarenakan rapat OSIS yang sejak kemarin tak kunjung selesai. Untung saja Kanaya tidak sendiri, ia bersama dengan Kinanti. Mereka berdua memang anggota OSIS. Awalnya Kinanti enggan untuk mengikuti kegiatan seperti itu. Tetapi karna Kanaya memaksa, akhirnya Kinanti menyanggupinya.

"Baru jam delapan tapi angkot udah sepi aja sih?" gumam Kinanti, yang sedari tadi tak henti menatap layar ponselnya entah sedang melakukan apa. Kanaya yang saat ini sedang meneguk minumannya pun tak memerdulikan ucapan Kinanti. Minuman di tangannya jauh lebih lezat dibandingkan mendengarkan ocehan Kinanti yang entah kapan akan selesai.

Saat mereka sedang sibuk masing-masing, tiba-tiba saja ada sesuatu yang menimpuk kepala Kanaya, membuat cewek itu menoleh ke arah temannya yang sedang terfokus pada layar ponser.

"Lo nimpuk gue Nan?" tanya Kanaya yang saat ini sedang mengelus lembut kepalanya, merasa sakit akibat benda yang mengenai kepalanya itu. Kinanti menoleh, menggeleng pelan sambil menatap sahabatnya itu dengan tatapan heran.

"Terus, siapa dong?" tanya Kanaya lagi, kali ini nadanya berubah marah. Di sini hanya ada Kinanti dan dirinya, mana mungkin ada orang lain yang tidak mereka kenali menimpuk Kanaya? Itu adalah suatu hal yang mustahil.

Oh, mungkin tidak untuk saat ini. Buktinya, Kanaya melihat tiga anak kecil berusia sekitar 5-6 tahun sedang tertawa melihatnya sengsara. Kanaya mendengus, lantas berfikir mengapa anak-anak itu masih bermain di jam seperti ini?

Sampai akhirnya Kanaya berniat ingin membalasnya dengan sebelumnya merobek kertas pada bukunya dan meremasnya dengan pelan. Bermain-main dengan anak kecil itu sangat menyenangkan bagi Kanaya. Mungkin saja mereka memang berniat mengajak main dirinya meski dengan cara yang salah.

Tapi timpukan Kanaya tidak tepat sasaran, sehingga membuat anak-anak kecil itu kembali tertawa geli.

"Ups," gumam Kanaya, menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Kinanti menoleh, melihat ke arah yang sedang dilihat oleh Kanaya.

"Mampus sih kalo gini. Lo ada-ada aja dah." Kinanti geleng-geleng kepala, melihat remasan kertas itu malah mengenai seorang cowok berpakaian sama seperti mereka yang sedang berjalan bersama temannya.

Kini cowok itu mengambil remasan kertas tersebut, berniat untuk mengembalikannya ke tempat semula. Saat Kanaya menutup matanya karena yakin akan terkena remasan kertas itu, dia merasa ada yang aneh.

Sampai detik ini kertas itu tidak mengenai kepalanya atau wajahnya.

Akhirnya Kanaya membuka mata, melihat ke arah cowok tadi yang bahkan saat ini sedang tersenyum ke arahnya. Senyum yang.. Sangat menyejukkan.

"Adek-adek," sapa cowok itu pada tiga anak kecil yang masih tertawa geli. Mereka menghentikan tawa lantas mendongak untuk melihat siapa yang telah mengusik mereka.

"Itu ibu kalian bukan?" tunjuk cowok itu pada seorang wanita yang sedang berjalan ke arah mereka dengan tatapan panik.

Kanaya tidak lagi melihat kemana perginya ketiga anak kecil itu setelah ibu mereka datang. Fokusnya hanya pada dua orang cowok yang saat ini sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini. Rasanya Kanaya tidak asing dengan wajah itu. Wajah yang pernah dilihatnya beberapa waktu lalu.

***

Jam kosong, dan Arkana benar-benar merasa bosan. Hari ini sudah dua guru tidak masuk ke dalam kelasnya entah karena apa. Arkana sendiri belum sempat bertanya pada teman-temannya yang mempunyai kontak guru yang bersangkutan.

Kanaya dan ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang