Part 28

1.8K 96 14
                                    

Malam ini Kanaya menemani Arkana untuk reuni dengan teman-teman SD nya. Awalnya Kanaya tidak mengerti, mengapa ia harus ikut? Kata Arkana, biar semua orang tahu kalau Arkana sudah mempunyai pacar. Aneh memang. Status itu bukan hal penting, bukan? Namun ucapan Arkana selanjutnya tentang perempuan yang menyukai Arkana waktu SD membuat Kanaya mengerti mengapa ia harus ikut malam ini.

Kedua orang yang sama-sama memakai baju berwarna putih itu memasuki sebuah cafe yang sudah ramai. Malam ini cafe ini sengaja dipesan untuk acara reuni yang sudah direncanakan dari dua bulan yang lalu.

Kanaya memegang ujung baju Arkana, supaya dia tidak kehilangan jejak laki-laki yang tadi membelikannya sepatu karena sepatunya dipakai oleh Karika dengan tidak bertanggung jawab.

"Ini semua temen lo?" tanya Kanaya saat dilihatnya Arkana menyapa beberapa orang yang berdiri tidak jauh darinya. Arkana mengangguk sebentar sebelum akhirnya dia kembali ke aktivitasnya tadi. Menyapa beberapa temannya.

Entah mengapa, Kanaya merasakan perbedaan pada diri Arkana sejak tadi di sekolah. Arkana jadi lebih... pendiam? Mungkin itu hanya perasaannya saja. Jika memang Arkana lebih diam, apa alasannya? Apa Kanaya berbuat salah? Setahu dia, sejauh mereka menjalani hubungan, mereka belum pernag bertengkar hebat.

"Kok banyak banget? Perasaan tuh kalo anak SD muridnya paling cuma empat puluhan,"

"Pada bawa pasangannya," jawab Arkana cepat. Kanaya mengangguk pelan sebelum kembali mengikuti langkah Arkana yang besar-besar.

"Kalo yang jomblo, gimana? Sendiri dong?" Dan sekali lagi, Kanaya hanya melihat bahu Arkana yang bergerak untuk menjawab segala pertanyaannya. Tadi saja saat beli sepatu, Arkana lebih memilih menunggu daripada ikut menemani memilih mana yang bagus.

Sepuluh menit setelah saling sapa dan menanyakan kabar, akhirnya mereka duduk di tempat yang sudah disediakan. Arkana duduk di depan Barga, temannya dulu bertiga dengan Juna.

"Juna mana?" tanya Barga saat Arkana baru saja menempelkan pantatnya di kursi. Kanaya yang mendengar nama Juna pun sedikit terkejut. Jadi, Juna itu adalah teman dari SD? Kanaya tidak tahu bahwa mereka sedekat itu.

"Siapa nih bro?" tanya Braga lagi, sambil menunjuk ke arah Kanaya. Kanaya yang ditunjuk pun mengangguk, kemudian tersenyum sopan.

"Anjaaas! Akhirnya bro gue punya pacar jugaa! Alamaaak!" seru Barga saat dilihatnya Arkana tersenyum penuh arti. Kanaya yang melihatnya hanya tersenyum lebar.

"Na, lo lagi kenapa?" bisik Kanaya sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Arkana.

"Kenapa apanya?" Arkana menjauhkan tubuhnya, melihat ke arah Kanaya.

"Lo beda." jawab Kanaya tanpa tedeng aling. Bahkan dia menekankan kata 'beda' saat mengucapkannya tadi. Dilihatnya Arkana tersenyum, miring.

"Enggak. Biasa aja. Gue gak kenapa-kenapa." Tanpa mau nemperpanjang masalah, Kanaya hanya mengangguk. Sejujurnya, dia merasa aneh dan berbeda.

Bahkan Arkana tidak bertanya padanya apakah dia lapar atau haus.

***

Sebelum acara dimulai, Kanaya izin ke toilet sebentar untuk buang air kecil. Karena tidak pernah ke sini, Kanaya sampai bertanya pada petugas yang berjaga.

Setelah dari toilet, Kanaya kembali ke tempatnya tadi. Tetapi di depan samping Arkana yang tadinya kosong kini sudah ada yang menempati. Langkah kaki Kanaya pun memelan seiring dengan acara yang baru saja dimulai.

"Macet, Jono." Kanaya tertegun di belakang kursinya. Bahkan dia tidak langsung duduk di kursinya ketika mendengar suara itu. Itu adalah suara Juna. Dan, dengan siapa Juna datang?

Kanaya dan ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang