Aku memutar pelan kunci kamarnya. Pelan sekali agar ia tidak terjaga dari tidurnya. Aku sempat menoleh ke belakang, memperhatikan betapa berantakannya kota persegi empat yang dia sebut ruang tamu. Tiga asbak rokok yang sesak oleh puntung rokok, kaleng-kaleng bir yang bertebaran, kulit kacang dimana-mana, dan beberapa kaus oblong yang tergantung di sandaran kursi.
Kontrakan laki-laki ini tidak pernah bersih setiap kali kukunjungi. Apalagi pagi hari seperti ini. Jejak begadang mereka selalu menyambutku, ditambah aroma tembakau dan alkohol yang sudah kebal di hidungku.
Mataku melirik tiga pintu kamar lain yang tertutup rapat. Di salah satu pintu, kutemukan sepasang high heels merah menyala. Pasti ada perempuan di dalam sana. Hal yang sudah biasa di tempat ini.
"Tumben udah bangun," kataku saat daun pintu terbuka dan kutemukan Ken sedang memainkan ponselnya.
"Kebiasaan jam segini ke kontrakan," balasnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.
"Gak ada rencana pindah kontrakan?" tanyaku.
Ken mengalihkan pandangannya padaku, segera kulengahkan wajahku ke arah ruang tamu. Ken mengerinyit sebentar, lalu mengangkat bahunya sekilas. "Bodo ah," katanya.
Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket sambil melenguh. Pelan-pelan kakiku berjalan ke arahnya dan duduk di bibir ranjang.
"Tutup pintunya," kata Ken dengan suara serak khas bangun tidur.
Aku menggeleng cepat. "Aku mau bersihin kamar kamu dulu."
Ken mendudukkan tubuh dan mendekatkan wajahnya padaku. "Gak usah," tegasnya.
Aku bisa mencium aroma alkohol dari nafasnya. Aroma yang sering kujumpai jika aku datang ke kamarnya pagi-pagi, ketika ia belum gosok gigi. Aku tidak suka aroma itu.
"Kamu harus berhenti minum," kataku sambil mendorong wajahnya menjauh.
Pria itu malah kembali merebahkan tubuhnya di kasur dan mengabaikan ucapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAD WIND [completed]
RomanceAku membuka mataku pelan-pelan. Kutemukan sepasang manik hazel mensejajari manik coklat gelapku. Pelan-pelan ia tersenyum. Matanya masih menatapku sedangkan aku sudah mengerjap beberapa kali. "Apa kamu bahagia?" tanyanya setengah berbisik. Pert...