Aku suka berdiri di sampingnya dengan jarak yang dekat. Mencium aroma tubuhnya yang seharum bayi. Aku ingin sekali mengacak rambutnya yang halus dan ringan, jatuh melengkung mencapai punggung. Kadang ibu jariku ingin menghusap pipinya yang bundar dan berona kemerahan.
Saat ia menangis, aku ingin menghapus air mata di kulit wajahnya yang halus dan menggengam tangannya yang mungil. Aku ingin memeluk tubuhnya yang kecil dan menghusap lengannya yang putih. Aku ingin mencium bibirnya yang tipis, matanya yang bundar, dan hidungnya yang mungil.
Sederhana saja. Aku ingin memilikinya.
"Kamu harus berhenti minum susu coklat," kataku sambil duduk di sampingnya. Ia sedang duduk di depan televisi sambil memencet-mencet remot dengan wajah cemberutnya.
"Saluran kartun kesayanganku hilang. Pasti Evan mengacaknya saluran televisi lagi," keluhnya masih sambil mengotak-atik remot.
Aku memandangnya sambil memiringkan kepala. "Ini kontrakan siapa? Televisi siapa? Yang bayar siapa?"
Dia malah melotot padaku. "Ken bilang, Evan jarang membayar iuran saluran kabel."
"Dan kamu cuma numpang duduk di sini."
"Tapi aku sering membersihkan kontrakan ini."
"Upik abu."
Kayla tiba-tiba menaruh remot dan berdiri. "Aku tidak akan menonton televisi di sini lagi. Kamu menyebalkan, Ren!"
Aku hanya tertawa sambil menatap punggungnya yang berjalan ke kamar Ken. Dia meninggalkan susu coklatnya yang sisa separuh. Aku menyeruputnya hingga tandas. Setidaknya ada bekas kecup bibirnya di sana.
Tidak perlu khawatir bahwa dia benar-benar marah. Gadis pecandu susu coklat itu tidak pernah marah. Jika dia kesal, dia akan tersenyum lagi lima menit, atau paling lama setengah jam kemudian. Aku tidak mengerti kenapa dia tidak memiliki emosi jenis itu. Dia selalu tersenyum, tertawa, sabar, dan lapang. Dia bisa membuat segala sesuatu terasa ringan.
Satu-satunya emosi negatif yang pernah kulihat adalah raut sedih yang berusaha keras ia tutup-tutupi. Aku sering melihatnya menangis diam-diam. Kurasa dia memang pandai menyembunyikan perasaan buruk dalam dirinya.
Dan aku semakin jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAD WIND [completed]
RomanceAku membuka mataku pelan-pelan. Kutemukan sepasang manik hazel mensejajari manik coklat gelapku. Pelan-pelan ia tersenyum. Matanya masih menatapku sedangkan aku sudah mengerjap beberapa kali. "Apa kamu bahagia?" tanyanya setengah berbisik. Pert...