[Ex-Chef] Alter Ego

257 29 10
                                    

Author: Aray_TRyu (Ex-Member)

Title: Alter Ego

Cast: Lee Taeyong NCT, Lee Jeno NCT

Rating: PG-15

Length: Ficlet

Genre: Sad, Tragedy, Psycho

.

Setiap kali pulang ke rumah disambut dengan sambutan hangat sosok Ibu dan aroma masakannya yang menggugah selera. Menunggu seorang Ayah yang setelah seharian bekerja untuk makan malam bersama sekaligus berbagi cerita tentang pengalaman sederhana di hari itu. Siapa yang tak menginginkan kehidupan tak jauh dari kata sempurna seperti itu?

Dulunya ... kupikir Aku akan terus memiliki hidup sempurna itu tanpa harus mengetahui kenyataan yang sekejap membuat semuanya menjadi berbanding terbalik dalam presepsiku. Kabur, semuanya tercampur bersatu antara kebenaran yang tipis nan rapuh ditutupi kepalsuan yang terlalu besar, membatasi langkah pencarianku. Tak tahu mana yang harus dipecayai, membuatku terpenjara dalam keyakinan yang ambang. Kini tinggal ketakutan yang memperdayaiku, melihat kebenaran bagai monster yang siap menghabisiku kapan saja.

***

"Aku pulang ...."

Suara yang sama dan aroma yang juga masih sama menyambutku dengan hangat. "Taeyong, kau tampak lelah. Ganti baju dan beristrahatlah dulu." Aku hanya mengangguk dan segera melangkah menuju kamar sebelum tangan sampai untuk mengusap rambutku yang sedikit berantakan. "Turunlah saat makan malam," lanjutnya seakan tidak ada apa-apa padahal jelas sekali ia pasti sudah menyadari kalau aku menghindarinya.

Sebelum masuk ke kamarku, Aku terlebih dahulu membelokan langkahku pada kamar lainnya yang juga berada di lantai dua yang sama denganku. Aku mengetuk pintu kamar itu dan bertanya sepelan mungkin "Jeno, kau sudah pulang?"

Terlihat ganggang pintu yang diputar dan kemudian dari dalam seorang anak laki-laki yang berbeda lima tahun dariku memunculkan dirinya. "Ada apa, Hyung?" Aku tersenyum dan menggeleng pelan, "tidak ada apa-apa, beristrahatlah." Ia hanya ber-oh dan kembali masuk dalam kamarnya. Jeno adalah adikku satu-satunya yang sangat kusayangi. Tak pernah kulewatkan seharipun mengecek keadaannya untuk memuaskan rasa khawatirku akan dirinya.

Malam itu kami makan malam bersama seperti biasanya. Hanya saja kini suasana ceria sudah tidak pernah lagi melengkapi meja makan kami. Sudah setahun sejak ayahku kembali pada Sang Pencipta, sinar kebahagiaan di antara kami juga turut berangsur memudar menyisakan keredupan dan kesedihan.

"Jika sudah selesai makan, lekas kembali ke kamar dan segera tidur." Wanita di hadapanku berujar datar sembari menyantap makanan di piringnya tanpa selera.

"Aku sudah selesai." Aku segera berdiri dari kursiku namun sebelum sampai ke tangga Aku menyempatkan berbalik sesaat untuk mengingatkan Jeno. "Jeno, kau juga sudah selesai 'bukan?" Ia mengangguk dan langsung mengikuti langkahku.

Entah mengapa wanita itu—Ibuku—menurutku, ia selalu tampak berbeda saat pagi, siang dan malam. Pada siang hari ia akan seperti tadi, layaknya seorang sosok Ibu yang hangat sama seperti dahulu. Namun saat malam tiba ia akan terlihat diam dan tegang seperti sedang bersiap menghadapi atau mungkin melakukan sesuatu. Sampai paginya ia akan terlihat lelah seperti tidak tidur semalaman. Ia mungkin menggunakan waktu saat kami pergi ke sekolah untuk beristrahat. Tapi untuk apa itu semua? Itu sangat mengganggu dan jujur saja terkadang membuatku merasa ngeri untuk sekedar terlelap di malam hari.

Awalnya Aku tidak begitu terpikirkan tentang perubahan pada Ibu sampai Aku menemukan hal yang tak pernah kusangka. Jika harus memilih, Aku ingin mata ini tidak pernah melihatnya. Setelah itu, Aku mulai berpikir dan menyadari keganjilan pada Ibu muncul beberapa bulan setelah Ayah meninggal. Ini membuatku hampir gila, pikiran ini selalu menghantui diriku dan sampai pada titik Aku takut pada Ibuku sendiri.

[DECEMBER] Regular MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang