TO MOTHER
Ismisangeun Kumi95 || Jeon Jungkook, Choi Kumi (OC), With Their Mother || Family || PG-13 || Ficlet, 835word
Ismisangeun Storyline ©2017
Jeon Jungkook pemuda ini hanya berdiri di ambang pintu melihat percakapan seorang anak perempuan dengan sang ibu. Anak perempuan itu tak lain adalah kakak tirinya -Choi Kumi. Yang tengah membujuk sang ibu untuk berhenti bekerja. Air wajah Jungkook terlihat serius, ada sedikit emosi yang tergores disana.
"Sudahlah Eomma, biarkan Kumi yang bereskan semua ini. Eommaistirahat saja," pinta Kumi merebut piring dan gelas dari tangan ibunya. Gadis itu sedang membujuk wanita paruh baya di depannya itu untuk beristirahat. Mengapa? Karena kesehatannya kurang baik.
"Kau pulanglah dan urusi Jungkook."
"Dia sudah besar Eomma, jangan khawatirkan dia."
Pukulan ringan sebuah sendok melesat di dahi Kumi. "Aaa!" rintih Kumi.
"Awasi dia jangan biarkan dia tidur larut hanya karena sedang bermain games. Eomma takut dia tak akan lulus lagi tahun ini."
"Ah, Jeon Jungkook-" Kumi menggantungkan kalimatnya seperti menahan sebuah umpatan yang akan ingin ia lontarkan pada adik tirinya itu.
"Awasi juga pola makannya, dia maniak ramen dan makanan ringan. Beri dia lebih banyak sayur," lanjut sang ibu.
Kumi menyenderkan badannya pada pantry dan menatap sang ibu. "Tapi Eomma ,sedang sakit, istirahat saja kali ini saja ya?" bujuk Kumi.
"Apa maksudmu? Kalau kedai ini tutup kalian mau makan apa? Meski Eomma-mu ini sudah tua jangan diremehkan."
Bibir Kumi berbentuk kerucut tak tahu lagi harus bagaimana membujuk sang ibu. "Pulanglah dan jaga adikmu, meski kalian tidak berhubungan darah tapi kalian berdua adalah anak-anakku. Aku sama sekali tak membedakan kalian berdua," bijak sang ibu. Kumi tertegun mendengar hal ini.
Jungkook beranjak dari ambang pintu dapur menuju keluar. Pemuda itu kemudian membalik tanda 'open' menjadi 'close' di pintu depan. Kemudian beranjak pergi. Remaja dua puluh tahun ini sepertinya mendengar semua percakapan Kumi dan ibunya.
Kebaikan itu kejam,ya?Sampai hati pun menjadi bimbang. Akhirnya aku mengerti sekarang. Kebencian itu hanya kesalahpahaman bukan?
Kumi menghentikan langkahnya saat melihat Jungkook duduk di depan pintu rumah mereka. Gadis itu melangkan menghampiri sang adik dan duduk di sampingnya.
"Kenapa di luar?" tanya Kumi mengawali.
Diam. Jungkook tak mengeluarkan sepatah kata, pemuda itu hanya terus menundukkan kepalanya. Kumi justru mendongkrak pandangannya ke atas menatap bintang di malam yang cerah ini.
"Udaranya semakin dingin masuklah," lanjut Kumi. Tak lama indera Kumi menangkap suara isakan yang bersumber dari Jungkook. Kumi segera mengalihkan atensinya.
"Hey, mengapa kau menangis?" bingung Kumi menggoyangkan bahu Jungkook. Wajah Jungkook sudah memerah padam. Ternyata pemuda itu menangis dalam diam.
"Maafkan aku," ucap Jungkook. Kumi memeluk tubuh kekar sang adik lalu menepuk pelan punggung Jungkook. Bermaksud menyalurkan setiap kekuatan yang ia punya kepada sang adik tiri.
"Apa alasanmu meminta maaf?" tanya Kumi.
Akhirnya malam itu Jungkook mengatakan semua perasaannya terhadap sang ibu tiri. Sang ibu tiri yang telah membesarkan dirinya sejak berumur sepuluh tahun seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan Jungkook merasa selama ini sang ibu lebih menyayangi dirinya daripada anak kandungnya sendiri -Kumi. Jungkook juga merasa bersalah karena selama ini selalu menjadi seorang berandal di sekolah. Berandal yang selalu tidur saat pelajaran, jarang mengerjakan tugas bahkan ia selama ini menjawab ujian secara random.
Jungkook menyesal akan hal itu. Karena selama ini sang ibu selalu mendukung dirinya meski ia sangat merepotkan. Sang ibu yang selalu menunjukkan senyum dan dukungan pada dirinya.
"Kalau kau benar-benar merasa menyesal dan bersalah. Berubahlah dan tunjukkan keseriusanmu pada Eomma. Kau masih muda, masih banyak jalan di depan yang bisa kau ambil, Jungkook-ah." ucap Kumi.
Kebahagiaan itu seperti sihirtapi tidak bersinar.
Hari ini pun tiba. Hari dimana Jungkook mewujudkan pembuktian dirinya. Dengan tegap ia melangkah menuju podium sebagai 'siswa terbaik' di pesta kelulusan musim ini. Sebagai apresisasi gemilang yang telah ia wujudkan. Percayalah untuk orang-orang yang selalu berjuang. Tuhan tak akan pernah menuliskan kata kecewa sebagai balasan.
Hal ini setimpal dengan perjuangan Jungkook yang merangkak dari peringkat paling dasar hingga bisa bertengger di posisi puncak. Sudah tidak ada lagi Jeon Jungkook yang pemalas dan tukang tidur di kelas. Jungkook benar-benar merubah dirinya sebagai bentuk pembuktian diri pada sang ibu.
Jungkook sudah berada di atas podium untuk bersiap menyampaikan pidato kelulusan. Ia menghirup napasnya dalam sebelum ia hembuskan perlahan. Matanya menuju suatu sudut dimana sang Ibu dan Noona-nya berada.
"Eomma. Saranghamnida."
Itulah kalimat yang terucap dari mulut pemuda ini.
"Pertama aku ingin meminta maaf karena selama ini belum bisa menjadi seorang putra yang baik bagimu. Aku berjanji akan lebih berusaha keras lagi. Untuk itu tetaplah sehat hingga Eomma bisa melihatku menjadi seorang putra yang bisa kau banggakan. Tak peduli seburuk apa diriku dimasa lalu kau selalu mendukungku dan memberiku kasih sayang. Hal ini menampar diriku sendiri secara tidak langsung. Sejak saat itu aku bertekad untuk membuat Eomma bahagia. Mungkin ini langkah awal dari serangkaian rencana di jalan untuk membuat Eomma bahagia jadi. Eomma, tolong tunggu sedikit lagi, aku akan menunjukkan sikap yang lebih baik sebagai putramu. Dan terima kasih atas semua hal yang telah kau berikan selama ini.Sa-ranghae, Eomma."
Jungkook menutup kalimat 'Eomma, aku mencintaimu' di akhir pidato kelulusan. Di saat yang bersamaan bulir air mata lolos dari iris mata pemuda itu. Sang ibu di bangku penonton sudah banjir air mata haru karena bahagia.
"Aku bangga, karena kau menjadi putraku, Jungkook-ah."
/FIN\
Maaf absurd gini, Krisar-Juseyoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DECEMBER] Regular Menu
FanfictionPenghujung tahun telah tiba. Bulan keduabelasㅡbulan Desember akhirnya pun telah tiba. Setelah sekian lama memberikan kisah-kisah yang penuh warna kepada Tuan dan Nona, akhirnya kita semua telah sampai pada penghujung tahun 2016. Semoga apa yang tela...