Bagi Sasuke tak ada yang lebih berarti dari membalaskan dendam akan kematian seluruh klannya. Ia takkan memperdulikan apapun yang terjadi di sekitarnya, dan siapa yang ada di sekitarnya. Namun tak selamanya anak Uchiah itu akan bersilap seperti itu. Seperti saat ini, ia tengah menatap sosok pirang di kejauhan sana yang tengah menyendiri di pinggir danau dekat distrik Uchiha. Ia kenal anak itu. Bagaimanapun itachi pernah mengajak anak itu datang kerumahnya dulu dan ibu serta ayahnya sangat menyayangi anak itu. 'dia anak yang baik. Kau sangat beruntung bila bisa berteman dengannya.' Itu yang ibunya katakan ketika menanyakan kenapa anak itu diijinkan sering main ke kediamannya. 'dia anak yang sangat manis, saking manisnya sampai-sampai aku harus melindunginya dari orang-orang jahat. Ku harap kaupun bisa melakukannya Sasuke.' Dan itu adalah jawan dari kakaknya ketika ia bertanya kenapa itachi selalu berada di samping anak itu.
Waktu itu Sasuke sangat membenci anak pirang itu. Keberadaannya merebut perhatian kakak dan orang tuanya, orang-orang di klan Uchiha juga tampak sangat menyayanginya. Oleh karena itu dulu dia selalu bersikap dingin dan membantu Menma mengerjai anak itu walau ia tak tahu apa hubungan anak pirang itu dengan sahabatnya.
Tapi tepat tiga hari setelah pembantaian keluarganya ia melihat kenyataan dari anak itu. Orang-orang yang awalnya hanya diam ketika melihat anak itu kini mulai mencaci maki dan melemparkan barang-barang padanya mulau dari batu, tomat busuk hingga ke kunai ataupun shuriken. Tak jarang ia mendengar isu mengenai kutukan rubah berekor sembilan yang melekat pada anak itu. 'anak itu pembawa sial. Siapapun yang ada di dekatnya pasti akan mati. Itu kata salah satu warga yang tak sengaja ia dengar.
Saat itu Sasuke berpikir bahwa anak itulah yang menyebabkan kesialan terjadi pada klannya. Pasti anak itu yang menghasut itachi untuk membantai klannya. Dan saat itu pula Sasuke mulai membenci Naruto.
Kingitsune
†††
By : Ayuni Yukinojo
†††
Naruto © Masashi Kishimoto
†††
Pair : ?/Naruto
Warning :
Typo, OOC, EYD berantakan, menjurus Shonen-ai,
Pagi hari di desa Konoha yang damai, burung-burung berkicau menyuarakan semangar pagi ayam-ayam berkokok membangunkan para warga. Disebuah apartemen sederhana di kawasan pemukiman warga sipil tampak sesosok pemuda bersurai pirang tengah bergelung dalam selimut hangatnya yang tebal, seekor rubah orange besar turut bergelug di bagian kaki tempat tidur menghangatkan kaki yang tak tertutup selimut itu. Jam weker di samping tempat tidur berbunyi membuat rubah orange besar di kaki tempat tidur mengernyit. Dengan gerakan yang malas rubah itu bangun dan menyuap, ia menggosok kepalanya yang gatal dengan kaki depan kirinya. Merasa bahawa kesadarannya sudah pulih kembali rubah itu lalu dengan perlahan berjalan menuju bocah pirang yang masih tertidur itu. Dengan kaki depannya rubah itu menepuk-nepuk kepala si anak dengan pelan.
"Uuhh~ 5 menit lagi nii-chan~" gumam anak itu dan menutupi seluruh kepalanya dengan selimut. Merasa kesal rubah itu turun dari tempat tidur, rahangnya menggit ujung selimut dan menyentakkannya dengan kuat membuat selimut itu tertarik dan sosok yang tergulung di dalamnnya terjatuh ke lantai. " Ukh. I-tai~" pemuda pirang itu menggosok-gosok dahinya yang memarah karena terbentur lantai.
'BANGUN GAKI. KAU ADA LATIHAN HARI INI KAN.' Rubah orange itu menepuk-nepuk surai pirang Naruto dengan pelan sesekali mengusapnya hendak menghilangkan rasa sakit.
"Pasti sensei itu telat nii-chan. Nii-chan ingat cerita 'Tachi-nii tentang seniornya yang sering telat itu kan." Menguap pelan Naruto mulai bangkit dan meletakkan selimutnya kembali ke tempat tidur. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju arah kamar mandi sedangkan rubah orange itu telah lenyap keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KinGitsune
Fiksi PenggemarDia yang ditinggalkan, dia yang di kucilkan, dia yang dicampakan, dia juga yang dibuang. Melenyapkan monster yang bersemayam dalam tubuh, melenyapkan iblis yang mencemaskan kehidupan. "Aku tak pernah ingin tubuhku dijadikan wadah untuk moster rubah...