TujuhBelas

883 33 0
                                    


"Lu kenapa sih kok bisa berantem ama dia?" Kesal Ara sambil memberikan air putih kepada Raihan.

"Masalah pribadi"

"Masalah pribadi? Sama dia?" Seketika Ara heran.

"Iyalah. Dia kembaran gua"

Deg

"Kembaran?"

"Iyah. Jadi gua kembar itu bertiga. Triplets. Tapi cuman dia yang gak mirip sama gua dan Rani"

"Revan?" Gumam Ara.

"Kok lu tau?" Raihan pun heran. Lalu, membetulkan posisi duduk nya ke arah Ara.

"Jelasin" ucap Raihan penasaran.

Ara melirik Raihan yang wajah nya sudah berubah menjadi serius. Pelan pelan dia menghembuskan napasnya.

"Dia masa lalu gua han. Masa lu gak tau sih. Emang nya Revan gak pernah cerita? Kan kalian bersaudara"

"Dulu iyah. Tapi sekarang enggak"

"Kok?"

"Kok jadi gua yang cerita? Elu atuu duluan"

"Gak mau lu duluan"

"Tapi gua mau nanya sesuatu dulu ama lu"

"Nanya paan?"

"Lu udah move on dari Revan?"

"Kepo"

"Gua srius"

"Gua gak tau sama perasaan gua sendiri" tatapan Ara pun berubah jadi sendu.

"Masih berharap?"

"Gua benci berharap. Karena, pada dasarnya sesuatu tidak selalu terjadi dengan apa yang kita harapkan" ucap Ara lagi. 

"Waktu kelas 6 SD. Gua jatuh cinta untuk pertama kalinya sama kaka kelas. Dia itu, orang yang paling famous di sekolah gua dulu. Ganteng, pinter, ketua OSIS pula. Pokoknya banyak banget deh yang suka sama dia. Tapi, dia udah punya gebetan dan akhirnya pacaran. Dia cinta mati sama pacarnya, mungkin sampai sekarang dia masih langgeng. Karena, mereka selalu terlihat romantis. Gua patah hati, nilai gua menurun, dan gua gak napsu makan. Sampe sampe sahabat dan ortu gua nangis nangis. Tapi, semua itu berubah sampai datangnya Revan. Dia kaka kelas gua juga. Saat itu, berawal dari chat BBM. Dia perhatian sama gua, dan akhirnya gua jatuh cinta untuk kedua kalinya. Seneng nya lagi perasaan gua terbalas sama dia. Akhirnya kita pacaran sampai gua lulus SD. Masih cilik cilik nya gua kenal cinta. Dia pergi ninggalin gua selama 3 tahun sampe sekarang. Putusnya itu saat ulang tahun gua ke 10. Dia ngasih gua ini..."  Ara menunjukkan kalung nya yang sampai sekarang masih ia pakai.

"Dia bilang, ada urusan yang harus ia selesaikan sampe sampe hubungan gua ama dia berakhir. Esoknya Rara ngasih tau gua, kalo Revan gabung ke organisasi hitam. Mafia terbesar di dunia. Gua syok, apa mungkin ini urusan yang Revan bilang. Tapi, tiba tiba Revan datang dan ngasih penjelasan. Gua gak percaya sama penjelasannya. Akhirnya dia pindah kemana entah gua gak tahu dan gak pengen tahu. Sampe sekarang ini, gua baru ketemu dia. Saat itu, gua takut jatuh cinta" jelas Ara sambil menghela napas panjang. Ara pun melirik Raihan yang sedari tadi diam mendengar penjelasannya. Ara pun tersenyum.

"Bantu gua untuk ngelupain dia yah" Ara memegang tangan Raihan yang ada di atas meja. Raihan pun menatap Ara heran.

"Kenapa harus gua bantu?"

"Ya gapapa bantu ajah. Emang nya lu gak mau bantu gua? Kalo gak mau yaudah. Daripada gak ikhlas" sewot Ara. Seketika Raihan pun cemberut. Baru tadi srius sriusan tapi sekarang gini lagi.

"Bawel-,-" cibir Raihan.

"Minum tuh airnya ampe abis. Udah gua bela belain beli buat lo tau gak!!"

"Iyeee Ya Allah. Sewot amat mba"
"Giliran lo yang cerita" ucap Ara sambil tangannya menopang dagu.

"Hmmm?" Raihan pun mengangkat satu alisnya.

Gubrak

"Waduuuh ni anak bedua. Dua duaan di kelas sepi kek gini. Ketiganya setan lo!!" Cibir Rara yang masuk dengan menggubrak pintu kelas.

"Ketiga nya setan? Elo dong" tunjuk Raihan.

"Hah? Iyayah?" Ucap Rara dengan polos. Rara pun mendekat ke arah Ara.

"Ra, Revan pengen ketemu lo" bisik Rara ke telinga Ara.

"Ngapain?" Ara pun heran.

"Gak tau. Samperin gih kasian"

"Gua gak mau. Setelah dia pergi 3 tahun, langsung ketemu gitu ajah. Gak!!" Kesal Ara berbisik.

"Woy ada gua disini. Jan di cuekin kek" cibir Raihan.

"Bentar ih!!" Ucap keduanya berbarengan membuat Raihan semakin cemberut.

"Please Ra" ucap Rara memohon.

"Kalo gua bilanh gak mau yaudah...." ucapan Ara terpotong dengan gubrakan pintu. Duuh seneng banget gubrak pintu sih.

"Ara" ucap Revan yang datang dengan wajah babak belur.

"Woaah woaah. Gak ada kapoknya yah lo!! Gua udah tau semua tentang kalian berdua. Ternyata, selain munafik lu juga pengecut yah!!" Sewot Raihan ingin mendekati Revan tetapi di tahan oleh Ara.

"Gua pengen ngomong sama Ara" ucap Revan menahan sakit di sekujur wajahnya.

"Ara sekarang milik gua!! Gua juga bisa kali merebut semua apa yang lo milikin. Seperti apa yang lo lakuin ke gua"

"Gua gak pernah ngerebut semua milik lo Han"

"Gak pernah? Woaaah amnesia nih ceritanya. Hebat yah lo!!"

"Itu bukan kemauan gua han. Gua gak pernah mau ngelakuin itu"

"Trus kemauan siapa? Bokap? Nyokap? Siapa hah!!"

"Nyokap meninggal" keadaan sempat hening tapi, tak begitu lama ketika Raihan lagi lagi mengobarkan bendera perang.

"Trus gua peduli?" Ucap Raihan sakartis.

"Raihan!!" Bentak Ara.

"Dia ibu lo han!!" Kini suaranya menjadi kencang.

"Ibu gua? Iyah ibu gua. Tapi, sampe umur gua 13 tahun. Cuman 13 tahun gua pernah ngerasain kasih sayang ibu!!" Bentak Raihan dengan alis mata sudah tersambung seperti tiang listrik. Tiang listrik nyambung gk sih?

"Urusan kita nanti ajah selesainnya. Sekarang gua mau ngomong dulu sama Ara"

"Gak!!"

"Yaudah" ucapan Ara yang membuat Rara dan Raihan menoleh ke arahnya.

"Ara!!" Bentak Raihan.

"Gua gak mau ada keributan lagi dari kalian" ucap Ara tersenyum kepada Raihan. Kini Ara mendekat ke Revan.

"Gua tunggu di taman belakang sekolah" bisik Ara tepat di telinga Revan dan Revan pun mengangguk. Revan keluar menyusul Ara yang sudah pergi mendahuluinya.

"Gua gak akan biarin Ara jadi milik lo lagi van" desis Raihan dengan tangan yang sudah mengepal erat.

*******

Konflik udah di mulai guys. Author harap, kalian suka sama konflik nya.

Jangan lupa Vote and Coment nya yaaah.

MoodBoosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang