Chapter 1

2.8K 272 188
                                    

Alice's pov

Kurasakan sebuah tangan kasar menyentuh wajahku, menariknya ke atas hingga aku tersedak dan hampir tidak bisa bernapas lagi. Aku menatap sinis ke kedua bola mata pria itu, hitam dan tajam.

"Katakan padaku dimana kau menaruh harta-harta yang ibumu berikan!" Ia meremang dan wajahnya semakin memerah.

"Untuk apa? Aku tidak akan memberikannya. Dasar bajingan!" Aku berbicara dengan susah payah karena ia masih mencengkram wajahku dengan tangan besar dan bau olkohol di mulutnya yang tepat di depan wajahku. Ia menyeringai miring lalu mempererat cengkramannya membuat wajahku semakin sakit dan membiru. Iblis ini tak akan berhenti begitu saja.

"Siapa yang kau sebut bajingan itu, bodoh? Aku ini ayahmu. orang yang membuatmu berada di dunia ini!" bentaknya dengan sangat keras. Dan rasanya rongga dadaku serasa akan pecah sedikit lagi, jika saja aku tidak mendorongnya sekuat tenaga.

"Kau bukan ayahku." kataku dingin.

"Benar-benar! Jadi ini yang diajarkan ibumu? Kau bahkan tidak mengakui ku sebagai ayahmu. SEBENARNYA KAU INI MANUSIA ATAU IBLIS HAH!?"

Aku terdiam. Sebenarnya hal seperti ini sudah biasa terjadi. Namun bedanya biasanya aku hanya diam menuruti apa kemauannya--tak pernah berani melawan.Tapi, sekarang aku putusakan untuk memberontak. Hal itu karena saat terakhir ibuku akan pergi ia memintaku untuk jangan menuruti kemauannya lagi; aku harus melawan, tak boleh berakhir sama dengannya.

lagi pula. hey siapa sebenarnya yang iblis? dasar keeparat bajingan yang tidak pernah menampakkan diri di cermin. Aku bahkan ragu kalau cermin saja sudi menunjukkan wajudnya.

Aku menatap ke guci di sampingku

"Kalau aku ini iblis memang kenapa?"

Aku meraihnya perlahan

"Kalau di perbolehkan memilih aku lebih memilih dilahirkan sebagai iblis daripada hidup dengan orang yang lebih terkutuk dari pada iblis dan harus kusebut ayah. Bahkan jika dikehidupan selanjutnya aku memang benar benar dilahirkan sebagai iblis aku akan bahagia meskipun aku tahu aku akan dilemparkan ke neraka.

Aku bersumpah akan meneror mu sepanjang hidupmu;sampai nafas terakhir mu"

Aku memberi tekanan pada kata kata terakhirku; sampai nafas terakhir mu membisikkannya secara perlahan tepat di telinganya seolah-olah aku benar benar bersumpah dan akan memegang sumpah itu sepanjang hidup.

Ia mengangkat tangan kanan nya; ingin menamparku. Namun belum sempat ia melakukannya

.

.

.

.

Brakkk!!!

.

.

.

.

Aku melemparkan guci yang sudah kuraih sejak tadi tepat di dahi nya, membuat dahinya meninggalkan sobekan yang kukira cukup dalam hingga darah segar jatuh dengan deras. Membuat psikopat gila itu mengerang kesakitan--menahan perih dan pusing yang sudah pasti memenuhi saraf reseptornya. Tidak ingin kehilangan kesempatan, aku langsung berlari--menuju kamarku di lantai atas secepat angin, lalu menguncinya. Aku meraih tas kemah besarku lalu mengumpulkan semua barang-barangku menjadi satu dalam tas kemah itu.

Aku menarik sprei di kasurku lalu menggulungnya searah vertikal. Kubuka jendela lebar-lebar lalu kuikatkan sprei tadi kuat-kuat pada ujung gagang besi ranjangku. Aku meluncur melompat dengan mulus lalu secepat yang kubisa berlari keluar.

DARK WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang