Chapter 15

635 45 2
                                    

    Ia kemudian berjalan memasuki kabut itu dengan perlahan, tidak menghiraukan aura gelap yang ikut tertarik saat tiap kali dirinya melangkah. Dan dalam kegelapan yang asing, saat dirinya tidak bisa melihat apa-apa. Ada sesuatu yang menahan, menarik tangannya dengan tiba-tiba.

   Alice terhenyak ketika menyadari tangannya ditarik paksa keluar dari kabut yang pekat dan menyesatkan. Dirinya mendesah pelan, menyadari apa yang menghalangi kepenasaranya.

   "Aku sudah tahu, akan ada hal buruk yang terjadi," ucap Athens getir. "kubilang untuk jangan pergi kemana-mana. Dan kau tidak mendengarkan." Alice terkejut mendapati Athens berada di hadapannya sekarang, padahal ia tahu benar bahwa Athens sebelumnya masih di Tutendo.

   "Kenapa kau ada di sini?" tanya Alice gugup dan keheranan.  "Bukannya kau ada di Tutendo? Kapan kau kemari?" Athens memutar kedua bola matanya malas lalu kembali menatap gadis di hadapannya itu dengan tenang.

    "Sepertinya kau sudah lupa pacarmu ini bukan orang biasa." Alice mengangguk patah-patah, membuat Athens menyesali pertanyaannya. "Kau menghilang dari sambungan telepon, jadi aku cepat-cepat berleteportasi kemari dengan bantuan Leo." tutur Athens sambil menunjuk sosok Leo yang tak jauh berdiri dari mereka dengan unjung matanya. Mata emas nya kembali mengintimidasi Alice, berusaha membaca pikiran gadis kecil di depannya. "Kau pernah mendengar istilah rasa penasaran berlebih bisa membunumu?"

   Alice mengangguk patah-patah sekali lagi,"Aku akan jelaskan nanti." katanya lalu kembali fokus pada kabut tebal yang berubah menipis.

   "Tidak!---Jangan!, itu berbahaya!" Athens menggeram kasar. Kekasih kecil nya itu sudah hilang bersamaan dengan hilangya kabut itu. Athens berteriak nyaring. "Leo! Lakukan sesuatu!" Dirinya meninju-ninju keras pohon besar di sampingnya saat Leo berjalan ke arahnya.

   "Apa yang harus kita lakukan?" Suara Athens terdengar sangat marah. Tanah di bawah mereka terasa seperti bergetar.

   Leo menggigit bibir, berpikir keras. "Aku tahu kabut apa itu," Athens mendongak, menatap saudaranya itu penuh harap. "Aku pernah melihatnya saat pembelajaran sihir di istana."

   "Kau tahu kemana kabut itu akan membawa Alice?" Athens mencecar tanpa sabar. Yang terpenting sekarang ia harus tahu dimana Alice berada.

   Sesaat Athens mengutuk dirinya yang tidak bisa berbuat apapun. Berpikir bahwa dia adalah iblis terlemah yang pernah ada. Saat dia di usir dari dunia immortal dan seluruh kekuatan sihirnya disita, ia tak pernah terlalu memikirkan hal itu terlalu lama. Lagi pula tidak ada hal yang terlalu berbahaya di dunia normal. Tapi akhirnya situasi seperti ini datang juga--- situasi di mana, di dunia normal terjadi sesuatu yang tidak normal dan harus melibatkan kekuatan lain. Dan pada akhirnya dirinya hanya bisa bergantung pada adik kecil nya.

   Sedikit mengesalkan memikirkan hal itu. Athens adalah anak pertama, putra mahkota, dan suatu saat akan duduk di singgasana kerajaan menggantikan sang Ayah. Namun, adiknya ini jelas-jelas lebih berguna darinya. Leo bisa mengerjakan apapun---menggunakan mantra sihir, berpedang, teleportasi, cerdas dam cekatan. Leo sempurna. Jauh lebih sempurnya dari dirinya. Leo bukan lagi adik kecil nya.

   Leo berpikir sejenak, lalu menjentikkan jari. "Asap itu membawa seserorang ke dunia paralel!"

   "Apa itu dunia paralel?" Athens memejam dalam sejenak, membenci dirinya yang terlalu bodoh untuk tak mengetahui apapun.

   "Itu adalah dunia peralihan antara dunia normal dengan dunia immortal." Leo mengambil napas sebentar. "Beberapa makhluk immortal tidak bisa masuk ke dunia immortal, jadi mereka hanya bisa bertahan di dunia manusia dan dunia paralel.

DARK WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang