Chapter 17

783 65 3
                                    

"Sekali saja kau mencoba untuk menyentuh Alice, maka kau akan tahu akibatnya!" Athens melayangkan serangan dengan tangan kosong kepada August bertubi-tubi.

"Kau salah!" August memberontak. "Aku bersumpah sama sekali tidak berniat untuk menyakitinya!"

"Diam kau! Akan ku habisi dirimu sekarang juga!"


- - - -

Athens kembali menerjang tubuh August dengan keras, membuat kedua laki-laki itu sama-sama terguling ke tanah. Athens mencoba melayangkan satu pukulan namun berhasil di hadang oleh August.

Sudah puluhan kali mereka melakukan itu--Athens yang menyerang tanpa henti dan August yang hanya menghalau serangan dari Athens, tanpa pernah berniat untuk membalas.

"Ku sarankan agar kau tidak mengambil resiko dengan cara melawanku." ucap August dengan masih mengawasi pergerakan Athens.

Athens mendecih. "Apa kau berpikir aku akan kalah darimu? Ck. Kau bahkan tidak bisa membalas seranganku." Athens menyeringai sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi, ia menatap lawannya itu dari bawah matanya. Membuat lawannya itu terlihat kecil dari atas.

Satu pukulan kembali di layangkan Athens dan dengan santai Athens menahan serangan itu dengan satu tangannya. "Dan kau sendiri bahkan tidak bisa mengenai wajahku." ucap August datar.

Athens menggeram. "Kau tidak tahu siapa aku!" erangnya penuh amarah. "Kau akan segera menyesal!"

"Tidak," sergah August. "Aku tahu siapa dirimu." katanya lagi. Ia kemudian berdiri dengan mudahnya, seolah-olah terjangan dan serangan Athens tadi tak ada apa-apanya dan tidak menguras tenaganya sama sekali. "Kau adalah putra mahkota Zeusta yang telah di asingkan ke bumi dan tidak memiliki kekuatan sama sekali."

Athens membelalak dan matanya memerah, sarat akan kemarahan. Ia menggenggam jari kuat-kuat lalu kembali melayangkan pukulan dan kali ini berhasil mengenai pangkal hidung August.

Athens menyeringai, namun seringaiannya hilang begitu saja. Kepalan tangannya sakit dan berdenyut. Seolah habis menampar beton besi, tangannya memerah. Tidak masuk akal.

August sendiri bahkan tidak bergeming sama sekali. Padahal ia yakin pukulannya benar-benar keras. Namun nyatanya hidung lawan di hadapannya itu tidak patah ataupun berdarah.

"Aku sudah sangat baik menahan pukulanmu agar kau tidak sakit saat memukulku." August menghela napas lalu menggeleng-geleng kecil. "Tapi kau tidak memberikanku pilihan." sambungnya dengan nada seolah-olah sedih.

Harga diri Athens seolah terinjak-injak tapi tidak ada gunanya ia melakukan hal apapun. Sia-sia. Dirinya terlalu lemah. Dalam ia ingin berteriak namun terlalu malu untuk lebih membuat harga dirinya jatuh ke jurang paling terdalam.

Sementara di sisi lain. Arabella dan Leo saling memandang tajam satu sama lain. Sulur-sulur hitam menjalar cepat ke arah Leo, hampir menarik kakinya. Namun hal itu tidak terjadi setelah tanah hijau di bawah kakinya bergerak bergelombang membuat sulur-sulur hitam itu hilang terpental.

Sihir melawan sihir.

Tanah hijau di bawah kaki Leo kembali bergerak menggelombang bagai air. Gelombang itu menuju Arabella dan ketika hampir mencapainya gelombang itu semakin cepat dan tinggi hingga membuat Arabella terlempar keras ke belakang. Arabella menyeka ujung bibirnya yang hampir sobek karena tergesek ranting tajam.

DARK WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang