Alice's pov
Aku menatap was-was ke seluruh ruangan persegi bercat oranye itu, menutupi sebagian besar wajah dengan rambut dan mengintip keadaan dari sudut mataku. Aku mencoba menghindari pandangan setiap orang.
"Jangan takut, mereka tidak akan menganggumu lagi" Zara tiba-tiba menepuk pundakku dari belakang, membuatku terlonjak kaget hingga menatapnya seduktif. Ia satu- satunya orang yang mengenaliku rupanya.
"Tidak. Siapa bilang aku takut? Aku tidak takut sama sekali!" elakku padanya yang dibalas gelak tawa darinya.
"Wahh.. Alice Smith kau orang yang tidak pintar dalam berbohong ya haha!" ejeknya senang. Aku melanjutkan langkah, berjalan cepat cepat, mencoba tak memperdulikannya.
"Jadi kau mau makan dengan mulut atau rambutmu heh?" ejeknya lagi tiba-tiba dari belakang saat aku baru selesai mengambil makanan. Aku menghela napas lalu membenarkan rambutku kembali. Ia terkekeh lagi, "Nah, begitu!" tukasnya senang karena ejekkan berhasil mempengaruhi ku.
Aku berbalik dan duduk di bangku kosong paling ujung, ia cepat-cepat mengisi wadah makannya dan mengikuti ku duduk. Ia menatapku sesaat sebelum menyulumkan makannya kemulut.
Aku terus terusan mengangkat wajah, melihat ke seluruh ruangan dan menunduk lagi. Zara melihatku bingung, "Apa yang sedang kau lakukan?"
"Entahlah," jawabku dingin.
Aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan, atau aku sebenarnya tahu tapi tak mau mengakuinya. Aku mencari Athen--laki-laki dengan wajah kaku dan tatapan dingin yang kemarin menabrakku. Entahlah, sejak malam tadi pikiranku selalu dipenuhi olehnya. Mataku mencari-cari sosok nya hingga ke tiap sudut terkecil ruangan. Tapi, ia tak ada disana. Ia tak ada dimana mana, hingga waktu makan siang habis ia masih belum muncul juga.
Mulai jengah, akhirnya kuputuskan untuk bertanya pada Zara, "Apa Ath memang jarang makan di kantin?"
Ia langsung menghentikan aktifitas makannya dan memandangku sesaat kemudian mulai berbicara. "Aaa.. kau belum tahu ya? dia memang bersekolah disini, tapi dia tidak pernah datang untuk belajar"
"Hah? bagaimana bisa?" tanyaku mulai penasaran.
Ia mendekatkan wajahnya lebih dekat kearahku "Sebenarnya sekolah ini sudah lama dibangun dan tidak ada yang tahu siapa pendiri dan pemilik semua asetnya kecuali kepala sekolah dan penjaga gerbang. Ada rumor yang mengatakan kalau Ath adalah anak dari pendiri itu. Itulah alasannya kenapa ia bebas melakukan apapun di sekolah ini, termasuk lulus tanpa harus pergi ke sekolah sedikitpun" jawabnya panjang lebar dengan berbisik seolah olah ini rahasia besar. Padahal aku yakin semua penghuni sekolah ini pasti sudah tahu akan hal itu.
"Seberapa jarang dia datang ke sini?" tanyaku dengan ikut -ikutan berbisik juga.
"Sebenarnya yang kemarin itu pertama kalinya aku melihatnya. Yah, bisa kau bayangkan sendiri" jawabnya sedikit memutar bola mata. Berpikir
Aku berpikir lama. sebegitunya kah dia?
"Yang kemarin itu keajaiban Lice. Kau menabraknya. Wah! aku sering membaca novel dan Teenfiction yang menceritakan laki-laki dan perempuan bertemu karena tertabrak secara tak sengaja dan akhirnya mereka berhodoh. Jangan jangan kalian juga begitu!" tukasnya penuh semangat.
"Apa yang kau bicarakan? kita tidak sedang membahas itu" elakku malu.
Aku berjalan kembali menuju kelas sendirian, melewati lorong yang sunyi. Aish, dasar gadis itu datang dan pergi meninggalkanku sesuka hatinya saja. Akan kujitak kepalanya kalau sudah sampai di kelas.
Aku berhenti di depan sebuah ruangan yang bertuliskan Kelas Biologi, ini ruangan yang salah kumasuki semalam. Ketika melihat ruangan itu aku teringat pertemuanku dengan Ath. Saat itu ia berada dalam ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK WINGS
Fantasy[FANTASY-ROMANCE] Alice Smith mendapati seorang kekasih dan sahabatnya adalah makhluk abadi. Terlebih lagi dirinya mengetahui bahwa mereka makhluk abadi yang terkutuk. Dan takdir mereka bertiga terukir jauh ratusan puluh tahun sebelum mereka terl...