Fania duduk di pinggiran kolam di rumahnya. Ia tengah memikirkan seseorang, yang tak lain adalah Raka. Entah apa yang tengah mengganggunya sekarang. Di dalam pikirannya hanya ada Raka.
Jika hubungan antara ia dengan Raka menjadi lebih dekat, tapi kebenaran membalikkan fakta tersebut. Tak selamanya seseorang yang menunggu dalam ketidakpastian akan bertahan. Adakalanya mereka akan menyerah dan berpihak pada yang lainnya. Itulah yang sekarang melanda pikiran Fania. Raka jauh lebih dekat dengan Alexa.
Fania tau, bahwa Raka mungkin akan menyerah dalam penantian ini. Karna itu, ia mungkin harus menghindari Raka sebisa mungkin.
Kenapa saat gue lihat lo sama Alexa, rasanya sakit banget. Fania beralih ke ponselnya dan meletakkannya kembali.
Varo yang menyadari bahwa Raka yang dulu sering menganggu Fania, sekarang menghindari Fania pun bingung. Fania sendiri juga hanya diam. Mereka jauh lebih tenang, tapi itu mengganggu Varo. Ia lebih merasa tenang saat melihat mereka berdua ribut. Katakanlah bahwa Varo sangatlah jahat, tapi itu nyata adanya. Baginya hubungan mereka yang tidak pernah akur serasa nyaman jika dilihat ketimbang hubungan yang saling diam seperti sekarang.
Varo menghampiri adiknya dan duduk di sebelahnya.
"Lo suka sama Raka?" Tanya Varo pelan agar adiknya tidak tersinggung.
"Nggak. Cuman, gue ngerasa aneh saat kita saling diem kayak gini" jawab Fania pelan.
"Gue juga ngerasa gitu. Kenapa lo gak jujur aja, daripada lo makin ngerasa sakit." Ucap Varo. Ia tau bahwa Fania kecewa dengan Raka yang makin menjauhinya. Fania hanya membalas dengan gelengan pelan.
"Kadang lo pernah janji, gak akan jatuh cinta. Nyatanya sekarang lo suka sama Raka. Fan cinta tuh gak bisa dihindari dan dia bisa dateng kapan aja tanpa liat siapa orangnya" jelas Varo. Semua yang dikatakannya benar adanya.
"Biar hanya lo yang tau perasaan gue. Biarin gue menyimpannya dalam-dalam, sampai dia benar-benat bisa jadi milik gue." Balas Fania lalu tersenyum.
"Gue bakal dukung lo sebagai abang" seru Varo sambil mengacungkan jari kelingkingnya, lalu fania mengaitkan jari kelingkingnya ke Varo.
"Makasih. Lo emang abang gue" ucap Fania, lalu di balas jitakan pelan oleh Varo.
"Dari dulu kali gue abang lo." Alas Varo.
"iya iya".
***
Alexa tengah berbincang dengan seseorang dari telepon. Ada hal yang harus ia lakukan pada Fania. Ia akan membuat Fania menangis di sebuah tempat yang tidak akan ia sangka-sangka. Tempat dimana ia tidak bisa meminta pertolongan pada siapapun termasuk Varo.
"Lakukan sesuai rencana. Lakukan dengan bener, jangan sampai ada kesalahan." Alexa mematikan sambungannya dan berjalan kearah balkon kamarnya.
Dalam hatinya, ia berdoa agar semua yang ia rencanakan berjalan dengan Lancar. Teror? Itu bukanlah masalah, dan bagi Alexa sangatlah mudah untuk menghancurkan Fania.
Ia berjalan menuju mobilnya dan pergi ke sebuah tempat yang sepi, jarang dikunjungi seseorang. Akan ada sebuah pesta nantinya, saat semua berjalan sesuai apa yang ia inginkan.
Alexa yang seperti biasanya, sekarang akan berubah. Bukan Alexa yang dulu. Alexa membuka pintu rumah kayu yang ada di depannya itu. Sedikit kusam, dan sepertinya tidak terawat.
"Permisi" ucap Alexa mencari orang yang akan membantunya.
"Iya sebentar" balas seseorang dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
falling in love?
JugendliteraturGhysta Fania Adela Kleyson hanya percaya bahwa takdir baik memihaknya. Ia tidak selalu menjadi gadis yang lemah, ada masanya jika pada nantinya ia akan berubah. Fania yang polos kini tidak ada lagi. Tentang cinta. Fania tidak begitu percaya dengan h...