3

2 2 0
                                    

Varo mengguncang tubuh Fania kencang, berharap mendapat respon dari adiknya itu. Tapi pada kenyataannya adiknya kebo.

Mentang-mentang sekarang hari libur, lo bisa males-malesan gitu? Liat aja.

Senyum jail tercetak di bibir Varo. Ia langsung berjalan kearah kamar mandi dan mengambil segayung air. Dicipratkan air itu ke muka Fania, dan alhasil Fania merengutkan dahinya saat merasakan air terciprat ke mukanya.

"Bang Varo. Lo gila kale ini dingin tau bang!" Teriak Fania.

"Dasar lo tuh ya toa banget, liat tuh cepet bantuin mama sono di dapur!" Balas Varo.

"emang lo siapa sok suruh gue?" ucap Fania malas.

"Berangkat atau gue siram pake sower" ancam Varo. membuat Fania bergidik ngeri.

"iya gue berangkat" balas Fania, lalu berjalan keluar kamarnya.

Fania menuruni tangga menuju dapur untuk membantu mamanya. sebelum itu, ia pergi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah dirasa cukup untuk membersihkan diri, lalu ia berjalan menuju dapur.

Dapur masih rapi, dan mamanya sedang sibuk memasak. Beberapa hari terakhir ini, mamanya mulai lebih sering dirumah dan lebih sering memasak, bahkan bi Ayi sebagai pembantu tidak bisa masak karena mamanya yang selalu meminta masak.

Fania mulai sibuk membantu mamanya. sebisanya, atau mungkin ia hanya melihat saja.

"Fania, kamu taruh ini di meja makan, dan tata rapi ya. Eh jangan lupa kalau sudah selesai, buatin papa kopi" erintah mamanya, Fania langsung beranjak untuk membereskan meja makan.

Ia menata sendok, garpu, piring, gelas, dan membersihkannya. Menata semua menu makanan tidak lupa untuk minumannya juga.

Setelah itu, ia membuatkan kopi untuk papanya. Membuatkan kopi adalah keahliannya. Ia tidak pernah lupa untuk membuatkan papanya kopi. Fania berjalan menuju ruang tamu untuk memberikan kopi kepada papanya.

Fania berjalan kembali ke kamarnya untuk mandi, tapi langkahnya terhenti saat seseorang tiba-tiba menyapanya.

"Hai cantik!" Sapa seseorang.

Entah sejak kapan Raka sudah duduk manis di sofa ruang tengah bersama Varo. Raka memasang senyum miringnya dan menatap Fania yang masih kebingungan. Fania langsung menutupi mukanya, karena mungkin sudah jelas terlihat kalau ia belum mandi. Fania melemparkan sebuah bantal kearah Raka, tapi dengan gerak cepat Raka menangkap bantal yang dilemparkan oleh Fania.

"Ngapain sih lo disini?" Tanya Fania dengan nada kesal.

"Gue mau ketemu sama bidadari!" Goda Raka, membuat Fania bergidik.

"Ih orang nyebelin kayak lo tuh enaknya di hempas jauh-jauh ke laut biar dimakan sama hiu atau kalau perlu gue panggilin dewa Neptunus buat nyihir lo pake tongkat sihirnya" cerocos Fania.

"emang bisa?" Tanya Raka polos.

"Ya gak bisa sih! Arrgh lupain, sekarang mendingan lo pergi deh, kalau mau ketemu sama abang gue mendingan ketemu di lapangan belakang, jangan ganggu pagi gue" fania langsung berjalan meninggalkan Raka yang tersenyum melihat muka Fania yang sedang kesal.

Fania menaiki tangga menuju rumahnya, dan dia bertemu dengan kakak tersayang Alexa. Wow! tersayang? Mungkin lebih tepatnya terjahat. Alexa menatap Fania dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Kalau lo gak mau Raka tau kalau lo tuh kakak gue, mendingan lo gausah turun dulu" ucap Fania datar.

"emangnya lo tuh siapa?" Balas Alexa ketus.

falling in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang