14

6 0 0
                                    

Suasana kelas yang ribut bagai pasar. Ditambah dengan kejailan yang dibuat oleh Harris dkk.

Yasya menghidupkan musik dari speaker milik Harris dengan kencang sambil berjoget ria. Yang lainnya juga ikut membuat Rayna menggeleng dan mengusap dadanya berusaha tabah.

"Yang sabar ya Ray. Orang sabar disayang tuhan" ucap Galih, lalu melanjutkan acara joget mereka.

"Untung aja gue sabar dunia akhirat. kalau gue cuma sabar akhirat, Pasti kalian cuma tinggal nama" balas Rayna.

"Sadis amat mbanya. Nanti bebeb Shyla kangen sama bang Harris kalau bang Harris udah gak ada" Harris melanjutkan jogetnya, sedangkan Shyla hanya bergidik jijik.

Rayna menggeleng kepalanya saat melihat anak buahnya. "Punya anak buah pada sengkleh otaknya, untung gue kagak ikut sengkleh. Amit-amit dah"

"Yang sabar ya!" seru Wahyu sambil menepuk pundak Rayna. "WOY! DI MENTEBIN LAGI BRO" teriaknya sambil bergoyang.

"Aw! ih Bobby jahat deh. Gemezz jadinya" mendengar kata yang dilontarkan Gio, Bobby hanya bergidik.

"ANJIR GILA." teriak Gio saat melihat ponselnya.

"Kenapa sih nih anak?" Tanya Rexa pada Fania. Fania hanya mengangkat tidak tau.

Gio masih menatap ponselnya tak percaya. "Si iblis cantik posting foto berdua sama—" ucapan Gio tergantung saat melihat Fania yang menatapnya bingung.

"Dasar curut cepetan napa bikin kepo orang aja" kali ini Wahyu melemparkan sebuah penghapus kearah Gio.

"Goblok lo. Liat situasi dulu" Ucap Harris setelah melihat akun instagram milik Alexa.

Fania hanya menggeleng, dan ia hanya memaklumi. Dari awal sudah tidak benar hubungan diantara mereka. Dan sekarang makin gak jelas.

"Gue udahan" dua kata yang Fania lontarkan membuat semua yang sedang sibuk dengan ponsel mereka dan bicara ini itu menjadi menatap Fania. Yang ditatap hanya memasang muka datarnya.

"SERIUS?!" tanya mereka semua bersamaan. kompak banget semua terkejut dan mengucapkan kata yang sama secara bersamaan kecuali Fania.

Fania hanya memutar bola matanya malas, dan kembali ke posisi awalnya, yaitu berhadapan dengan ketiga temannya.

"Gue gak percaya"

"Lo gak gila kan?"

"Gimana bisa?"

"Sayang dong!"

"Yaudah deh yayang Fania sama ayang Gio aja. Ayang siap jagain yayang Fania, kalau bisa jadi imam pun gakpapa" sahut Gio kepada Fania, membuat Fania menatap temannya jijik.

"jijik gue dengernya" Fania melemparkan potongan penghapus kearah Gio.

Fania menghela nafas pelan, dan menjawab semua prrtanyaan mereka. "Gtw lah. Gue cuma ngomong udahan doang, kagak tau tuh cowok setuju atau kagak, gak jelas orangnya"

Semua mengangguk paham dan melanjutkan aktifitas mereka. Fania lalu berjalan menuju perpustakaan dengan langkah berat. Sebenarnya anti banget dengan perpustakaan. Fania hanya gadis yang kebetulan pandai. Kebetulan, karna ia tidak pernah belajar. Kalau moodnya bagus buat belajar dia akan belajar, tapi kalau enggak dia enggan untuk memegang buku pelajaran bahkan mengerjakan pr. Begitulah Fania, yang pintar cuma karna kebetulan semata.

Ia masuk ke dalam ruangan senyap dengan beribu buku itu dan mencari sebuah buku yang sudah menjadi alasannya untuk kemari.

Tangannya terjulur mengambil sebuah buku fiksi yang akan ia gunakan untuk mengerjakan makalah. "Dapat!" Pekiknya pelan saat sudah menemukan buku bergenre fantasi tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

falling in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang