Setelah mungkin Fania pulih dari keadaannya, Raka mengantarnya pulang dan membiarkan Fania beristirahat. Raka masih berbincang-bincang dengan Tyo tanpa menyangkut tentang kejadian semalam.
Fania menuruni tangga untuk pergi sarapan. Varo dan Alexa belum keliatan sejak Fania datang.
"Ma! Abang kemana?" Tanya Fania pada Lia. Hari sudah mulai siang, tapi Varo dan Alexa belum juga datang, membuat Fania menjadi bingung.
"Dia bilang sedang di hotel sama Alexa. Katanya sih Alexa semalem hang over. Kamu kok kerumah Raka?" Ucap Lia.
"Seinget Fania sih, Fania pingsan dan bangun udah di kamarnya kak Raka" balas Fania. Ia menyantap sarapannya. Fania tidak mengatakan sejujurnya, karena pesan Raka tadi.
Fania menghampiri Raka yang duduk di sofa ruang tamu. Ia duduk di sebelah Raka yang sedang memainkan ponselnya.
"Gue mau lo nanti malem ke halaman belakang rumah lo. Gue tunggu ya!" Raka langsung berlari keluar sambil melambaikan tangan pada Fania.
Ada apa ya?. Fania menatap mobil Raka yang menjauh dari tempatnya.
***
Fania sudah Rapi dengan dress lima centi diatas lutut berwarna peach dan flat shoes putih miliknya. Kenapa Fania harus seribet ini?, padahal hanya berjalan sebentar ke halaman belakang rumahnya.
Raka menatap arloji yang bertengger di pergelangan tangan kirinya dan menatap hasil kerjanya puas. Tinggal menunggu Fania keluar.
Pukul enam tepat, Fania langsung turun dan berjalan kearah lapangan basket belakang rumahnya. Fania melihat Raka sudah berdiri di tengah lapangan. Ia berjalan menghampiri Raka dan tersenyum padanya.
Oh my good. Ini kenapa kok jadi deg deg an kayak begini.
Raka merutuki dirinya yang tidak bisa menjaga kesehatan jantungnya. semoga Fania tidak mendengarnya, semoga saja.
Satu, dua, tiga.
Hitung Raka dalam hati. Tepat saat Raka selesai mengucapkan hitungan terakhirnya, lampu LED yang ada di sekitar mereka menyala menunjukkan warna mereka.
Rumah pohon yang menghadap kearah mereka menjadi terang. Lampu-lampu yang ditata rapi menjadi satu kesatuan yang cantik. Fania menatap sekelilingnya takjub. Mungkinkah Raka yang telah menyiapkan semua ini?.
Raka menata semuanya secara detail. Beberapa huruf tersusun menjadi sebuah nama 'FANIA' dan di sebelahnya lagi juga terdapat kata 'happy birth day'. Warna-warni menghiasinya. Disekeliling Fania hanya penuh dengan lampu-lampu kecil yang menghiasi lapangan dan rumah pohonnya.
Indah sekali. Fania sendiri sampai lupa bahwa sekarang ulang tahunnya, tapi Raka sudah mengingatkannya akan hari special itu.
Segerombolan balon berwarna-warni berisi helium terbang dari belakang rumah pohonnya. Banyak sekali, meninggalkan kesan cantik, walau hari sudah malam. Raka tersenyum melihat hasil kerjanya dan juga bantuan dari ketiga temannya.
Fania berjalan masuk ke dalam rumah pohonnya dengan diikuti Raka dibelakangnya. Ia membuka pintunya perlahan, dan melihat bagian dalam rumah mungil itu. Hanya saja kesan yang ada disana sangat berbeda dari sebelumnya. Hangat, dan menarik. Beberapa foto Fania dari ia kecil sampai sekarang tersusun berjajar seperti halnya sebuah gallery photography. cahaya lampu yang tidak terlalu terang menambah kesan cantik pada serangkaian foto tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
falling in love?
Fiksi RemajaGhysta Fania Adela Kleyson hanya percaya bahwa takdir baik memihaknya. Ia tidak selalu menjadi gadis yang lemah, ada masanya jika pada nantinya ia akan berubah. Fania yang polos kini tidak ada lagi. Tentang cinta. Fania tidak begitu percaya dengan h...