1

16 3 0
                                    

Fania duduk diatas bangkunya sambil memainkan gitar milik Zaky. kelasnya sekarang kosong lagi, karena guru mereka masih belum juga masuk. Fania begitu cepat berbaur dengan temannya. Dan ternyata semua temannya seru.

setelah bermain gitar dikelas, Rayna mengajak Fania untuk melihat tim basket kebanggaan SMA Bina Bangsa latihan. Itu berarti ia akan melihat Varo kakaknya latihan. Sebelumnya Fania hanya tau tentang kakaknya yang seorang kapten tim basket, tapi ia belum pernah melihatnya latihan.

Fania masih berdiri di balkon dan melihat kearah bawah. Setiap kali Varo melancarkan atraksinya, setiap cewek yang melihat langsung berteriak histeris. Membuat Fania mendengus. Sepopuler apa kakaknya itu di sekolah ini.

Sesaat sebuah pertanyaan terlintas di benak Fania. Dari dulu ia ingin bertanya pada kakaknya, tapi itu bukan hal terlalu penting. Dan sekarang mungkin penting.

"Ray!" ucap Fania sambil menepuk pundak Rayna. Rayna menatap Fania.

"Apa ada yang tau hubungan antara Alexa sama Varo?" Tanya Fania.

"Gak sih! mereka gak deket sama sekali malahan!" Jawab Rayna membuat Fania mengangguk.

Tidak salah jika diantara mereka tidak terjalin kedekatan. Varo sama sekali tidak suka dengan Alexa. Alexa selalu sombong dan hanya mementingkan diri sendiri, karna itulah ia tidak suka dengan Alexa.

Fania kembali menatap kearah lapangan. Sesekali ia tersenyum melihat kakaknya yang memasukkan bola ke dalam ring dan berhigh five dengan seorang cowok bernomor punggung 08 dan nama 'Raka' yang tertera di atas nomor.

"Emangnya Varo tuh siapa lo?" Tanya Rayna.

"Dia adik kandung Varo. Iya kan? Ghysta Fania!" Baru saja Fania akan menjawab, tapi suara dibelakangnya sudah menjawabnya.

Alexa. Alexa lah yang menjawab pertanyaan Rayna tadi. Di samping Alexa ada tiga cewek, pasti mereka dayang-dayang Alexa.

Siska, Tiara, dan Denia adalah pengikut setia dari Alexa. mereka ingin populer jika mereka dekat dengan Alexa yang notabenenya adalah seorang gadis cantik dan juga model busana yang selalu dapat tawaran dari banyak desainer. Jadi intinya mereka hanyalah fake bestfriend.

Fania berbalik menatap Alexa datar. Alexa sendiri menatap Fania tajam, lalu berucap "lo boleh lakuin apa pun yang lo mau di sini, kecuali Raka. Paham?"

"Oh! Jadi cinta yang tak terbalas gitu!?" Balas Fania dengan nada merendahkan.

Alexa begitu mudah tersulut emosi, sekarang mukanya sudah memerah. "Junior tapi udah kurang ajar" ucap Alexa.

Varo yang baru saja memasukkan bola ke dalam ring, beralih menatap balkon utama sekolah. Ia menyipitkan matanya berusaha melihat siapa yang ada di sana. Sontak matanya menangkap wajah Alexa dan orang yang berhadapan Alexa pasti Fania.

"Bro gue masih ada urusan bentar" ucapnya kepada Raka, lalu ia berlari kearah balkon.

Fania tersenyum samar, lalu ia menatap Alexa yang ada di depannya. "Kenapa Alexa? Lo gak mau kalau Raka suka sama gue? Tenang aja. Gue gak mungkin jatuh cinta, karena gue gak percaya sama yang namanya cinta"

"oh gitu! Sebenarnya gue gak takut, tapi yang gue takutin lo cuma bisa berkata omong kosong" kali ini Fania tersenyum getir.

"Jelas banget banget kalau lo tuh takut semua yang lo dapetin dengan susah payah hancur gitu aja saat gue ada disini, termasuk Raka."

"Jaga mulut lo! gue gak takut" ucap Alexa dengan menuding Fania.

Fania masih belum takut dengan Alexa. "Lo gak takut, tapi lo pengecut"

falling in love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang