3

558 152 96
                                    

"Morning, Pa." sapaku pada papa setelah aku memasuki ruang Kepsek.

"Morning." sahut papa, namun, tidak menoleh ke arahku.

"Pa.. Aku kelas apa?" tanyaku. Papa akhirnya menoleh kepadaku.

Papa mengernyitkan dahi, "Loh? Papa kan udah kasih tau ke Zach." ujar papa.

Apaa?? Kenapa kakak palsuku pura-pura nggak tahu tadi!
Sial! Aku dikerjai lagi.

Aku langsung mencari kaka palsuku di luar ruangan papa, setelah papa memberi tahu kelasku. Aku geram sekali dibuatnya!

Dimana kakak palsuku? Dia sudah tidak ada di depan ruangan papa. Padahal aku suruh agar dia menungguku, duuhh, sudah pasti dia buru-buru kabur sebelum aku mencincangnya. Licik sekali otaknya.

Dengan menahan amarahku, aku berjalan melewati koridor kelas yang sudah sepi, aku sempat mendengar bel masuk, tadi. Aku harus mencari keberadaan kelasku, X Ipa 1, sungguh menyebalkan.

Aku melewati Ipa 5, Ipa 4, Ipa 3, Ipa 2.

Ya Tuhan.. Aneh sekali, seharusnya sebelahnya X Ipa 1 kan pasti Ipa 2, eh setelah Ipa 2 sudah tidak ada kelas lagi. Ipa 2 sudah paling ujung dan sebelahnya Ipa 3. Dimana gerangan kelasku? Apa mungkin kelasku gaib? Tidak terlihat?

Seharusnya tadi aku minta dianterin papa, atau minimal aku tanya dimana letak kelasku, tapi.... gara-gara kelakuan kakak palsuku tadi, aku jadi tidak bisa berfikir jernih, emosiku memuncak.

Oh Tuhan, bagaimana ini? Semakin sepi, bahkan tidak terlihat orang berlalu lalang lagi. Hubungin papa juga tidak bisa. Semenjak Farel pergi, aku bahkan tidak pernah memainkan handphone-ku, kini kartuku sudah masuk masa tenggang.

Papa... Tolong anakmu ini. Rasanya aku ingin menjerit sangat keras, tapi, tidak mungkin, semua siswa pasti bakal ngira jika aku sinting.

Phhuukk...
Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Kini nafasku naik turun tidak karuan. Perasaan dari tadi sudah tidak ada orang yang berlalu lalang, lantas, siapa ini? Keringat dingin muncul dari dalam pori-poriku. Aku ketakutan.

Tapi... jika dipikir-pikir, sekarang masih pagi. Memang ada hantu pagi bolong? Eh bentar, aku ngomongnya bener atau salah sih? Sekarang kan pagi, berarti pagi bolong, kalau siang, baru siang bolong? Benarkan??

Ahh.. Kenapa aku harus memikirkannya juga, tidak penting.

Aku menoleh perlahan ke arah seseorang yang menepuk pundakku.

Ya Tuhan.. Tampan sekali pria ini, matanya begitu indah, bibirnya terlihat tipis, alisnya hitam menawan, warna kulitnya tergolong putih untuk kalangan pria pada umumnya, tingginya mungkin mencapai 180 cm. Dan yang terpenting, dia tersenyum manis kepadaku.

"Kamu ngapain masih di luar kelas?" tanyanya membangunkan lamunanku.

"Aku masih mencari kelasku. Dan kamu kenapa juga masih di luar kelas?" tanyaku balik, basa-basi sama cogan.

"Kamu baru ya?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Kalau aku habis dari kamar mandi." lanjutnya sambil menarik resleting celananya. Aku menelan ludah melihatnya.

Dia tahu jika aku melihatnya,

"Upss, sorry, aku lupa membenarkannya." ujarnya dengan cengengesan tidak jelas.

Ya ampun, pria ini benar-benar membuatku kikuk sekikuk-kikuknya.

"Kelas apa memang?" tanyanya.

"X Ipa 1." sahutku.

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang