10

485 44 23
                                    

Klik ⭐di pojok kiri sebelum membaca.

Aku terkesiap.
Farel? Farel perusak hubungan Kak Zach? Eh, tapi, Farel siapa? Apa benar Farel si pria brengsek itu?

"Bang Farel siapa?" tanyaku memastikan.

"Ya, Bang Farel temen kelasnya Bang Zach." sahut Kak Lucky yang kemudian menyeruput minuman yang sudah ku sajikan sekitar 10 menit lalu untuknya.

Aku tersentak.
Deg.
Temen kelasnya Kak Zach?
Berarti benar.
Farel pria brengsek itu.
Ya, Farel pria brengsek itu kan temen kelasnya Kak Zach.

"Berarti sekarang Farel pacaran sama mantannya Kak Zach?" tanyaku dengan menampakkan wajah penuh sejuta keingin tahuan.

"Ya." sahut Kak Lucky singkat dan santai dengan menaruh minumannya di meja yang sudah ia seruput setengahnya.

"Eh, Bang Farel itu senior kita loh. Jadi, kamu harusnya panggil 'Bang Farel' atau 'Kak Farel' jangan cuma 'Farel'." ujar Kak Lucky yang terlihat setengah menasehati.

Aku mendecih, "Dia tidak pantas untuk ku hormati." sahutku enteng.

Kak Lucky tersedak setelah baru saja meneguk minumnya lagi, "Kok gitu?" tanyanya dengan raut wajah bingung.

"Dia--,"

"Tante.. Aku pulang." ujar Kak Zach tiba-tiba, memotong kalimatku.

Kak Zach menapakkan kakinya sampai memasuki ruang tengah. Aku dapat melihat jelas sosoknya yang berlumuran keringat hingga kaos futsalnya yang berwarna biru langit terlihat sehabis diguyur hujan.

Entah kenapa, sosok Kak Zach terlihat begitu tampan dan hot saat berkeringat dengan kaos futsal dan celana pendeknya yang super ketat. Wajahnya terlihat kelelahan, namun, menurutku itu sungguh menggoda.

Ahh... Aku menggeleng-gelengkan kepala, mengenyahkan pikiran konyol yang sekarang menyelimuti otakku.

"Bang Zach.." sapa Kak Lucky pada Kak Zach.

"Duduk dulu sini, Bang." ajak Kak Lucky.

Kak Zach mendecih keras dengan menampakkan wajah songongnya, "Nggak usah sok kenal." celetuk Kak Zach pelan namun penuh penekanan.

Aku mendengus kesal, "Bisa sedikit sopan nggak sih? Kak Lucky di sini tamu, lagian juga Kak Lucky kan sopan." ujarku tidak terima atas perlakuan songong Kak Zach pada Kak Lucky.

"Oh Als.. Ayolah.. Aku sangat capek. Kamu tahu kalau aku habis futsal, kan?" ujar Kak Zach dengan menatapku dengan tatapan yang begitu dalam, aku tidak bisa mengartikan tatapannya.

Kak Zach menyeka keringat di wajahnya dengan satu kali sapuan telapak tangannya, begitu cool.

"Aku ke kamar dulu, cantik." ujar Kak Zach yang masih menatapku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan sambil mengerlingakan mata dan tersenyum menyeringai serta menggigit bibir bawahnya hingga kemudian berlalu dari hadapanku.

Aku menelan ludah susah payah. Tingkah Kak Zach benar-benar membuatku terdiam kikuk. Kak Zach tadi menggodaku.

Kak Lucky berdeham, "Ehm... Kayaknya Bang Zach suka sama kamu, Als." ujar Kak Lucky.

Aku terkesiap dan dengan cepat menggelengkan kepala, "Ahh.. Nggak.. Kak Zach emang gitu orangnya, dia suka mengerjaiku. Yaa, tadi dia hanya mengerjaiku." ujarku.

Kak Lucky tersenyum, "Tadi bukan mengerjai namanya. Tadi Bang Zach menggodamu dan memang terlihat tertarik padamu, Als. Bukan sekedar menggoda. Buktinya, Bang Zach bersikap dingin padaku, namun bersikap lembut padamu, Als." ujar Kak Lucky.

Aku terdiam tidak merespon.

"Aku pamit dulu ya, Als." celetuk Kak Lucky dengan beranjak dari duduknya.

Aku mengangguk dan mengantarkan Kak Lucky sampai ke motornya.

Kak Zach benar-benar pria gila.
Apa maksudnya coba? Menggodaku di depan Kak Lucky? Sedangkan sebelumnya Kak Zach tidak pernah bersikap seperti itu padaku. Ya, Kak Zach tidak pernah bersikap terang-terangan layaknya pria penggoda. Tidak pernah. Mungkin tadi Kak Zach kerasukan jin gila.

"Haaaaa....." teriakku saat melihat Kak Zach yang kini berdiri di depanku hanya terbalut handuk yang menyelimuti dari pinggang sampai pahanya. Rambutnya terlihat basah namun masih banyak buih -busa- yang menempel seperti habis keramas namun belum dibilas.

"Ssssttt... Jangan berisik. Mati listrik nih. Aku belum selesai mandinya. Air di kamar mandi kamarku udah abis." ujar Kak Zach dengan nada pelan setengah berbisik dan wajahnya terlihat memerah -malu-.

Aku terkekeh, "Upss... Hahahaha..."
Aku tidak bisa membendung tawaku. Tawaku meledak. Kak Zach terlihat begitu menggemaskan.

"Alyssa!!" pekik Kak Zach yang tidak terima atas reaksiku.

"Numpang mandi di kamar mandimu ya.." bisik Kak Zach tepat di telingaku.

Aku tersentak. Numpang mandi di kamar mandiku?

"Mmmm... Di kamar mandi Papa aja." elakku.

"Ngaco kamu. Nggak sopan lah." Kak Zach mempelototiku.

"Kalau di kamar mandiku juga nggak sopan lah!" balasku melotot.

"Aahh.. Udah deh. Udah risih nih." ujar Kak Zach.

"Kak Zachh....." pekikku saat Kak Zach berderap masuk ke kamarku tanpa persetujuanku.

Oh Tuhan.. Di kamar mandiku ada barang pribadiku -CD- yang tergantung di hanger. Sengaja kusiapkan tadi sepulang sekolah untuk mandi sore ini. Bagaimana jika Kak Zach melihatnya?

Keringat bercucuran tidak henti-henti. Sungguh aku sangat panik. Aku sekarang terduduk di tepi kasur kamarku dengan perasaan yang tidak karuan, menunggu Kak Zach yang sedang mandi di kamar mandiku. Aku takut jika Kak Zach melihat barang pribadiku dan dia akan berpikir aneh-aneh atau bahkan menjadi mesum.

Suara pintu kamar mandi mendekrit -terbuka-, terlihat Kak Zach yang keluar dari kamar mandi dengan terbalut handuk yang menyelimuti dari pinggang sampai pahanya dan rambutnya masih basah.

"Seger banget udah mandi." ujar Kak Zach dengan mengerlingkan mata dan lagi-lagi menampakkan smirk -senyum menyeringai- di bibirnya. Yaa, Kak Zach sengaja menggodaku.

Aku menelan ludah dibuatnya. Sungguh makhluk yang satu ini benar-benar membuatku gila.

"Warna pink." ujar Kak Zach dengan menggigit bibir bawahnya, entah apa maksudnya.

Aku tersentak. Yaa, aku ingat, barang pribadiku yang tergantung di hanger itu warnanya pink... Oh Tuhan, Kak Zach melihatnya dan kini dia terlihat seperti ingin berbuat mesum padaku.

Kak Zach mendekatkan wajahnya ke wajahku. Hembusan nafas Kak Zach benar-benar terasa hangat menyentuh kulit wajahku.

Kak Zach mau apa?
Kak Zach tidak henti menatapku dan masih menampakkan smirk di bibirnya. Dan bodohnya, aku tidak mengelak sama sekali. Aku membeku di tempat. Tidak bisa berbuat apa-apa.

Tapi jujur, wajah Kak Zach sehabis mandi begitu terlihat tampan dan segar seperti buah yang sehabis dipetik dari pohonnya. Rasanya seperti ingin cepat-cepat untuk dinikmati.

Nah loh.. Malah aku yang jadi berpikiran kotor. Aku harus mengenyahkan pikiran ini.

"Makasih." celetuknya dengan tersenyum dan langsung berderap keluar dari kamarku.

Hanya ucapan makasih? Kenapa jika hanya berniat mengucapakan terimakasih harus dengan mendekatkan wajahnya ke wajahku? Benar-benar pria gila. Hampir membuatku mati membeku di tempat.

Ehh, kenapa seolah-olah kok jadi aku menginginkan lebih dari ucapan terimakasih yah?

Ahhh... Aku dibuat gila oleh pria gila.



To Be Continue

Tinggalkan vote & comment jika ingin cepat-cepat dilanjutkan. Thanks💋

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang