8

742 80 63
                                    

Zach POV

Aku sangat menginginkan adik perempuan. Dulu aku pernah menonton video balita perempuan yang dikerjai kakak laki-lakinya. Si kakak menyuruh agar adiknya menjilat irisan lemon. Si adik dengan polosnya menuruti perintah kakaknya, dan Brrrtttt... Ekspresi si adik benar-benar menggemaskan dan membuatku menginginkan adik perempuan.

Mama sangat tahu jika aku menginginkan adik perempuan hingga mama berniat menitipkanku sementara di rumah temannya, Tante Lita. Tante Lita mempunyai anak perempuan.

Tetapi alasan mama yang seutuhnya bukan itu. Sebenarnya mama akan pergi ke luar negeri, jadi, mama menitipkanku di rumah temannya agar ada yang menjagaku, tapi tidak dijaga pun tidak apa, toh aku sudah besar. Yaa, begitulah mama, beliau amat mengkhawatirkan anak laki-lakinya yang tampan ini akan tergores benda tajam yang akan membuat lecet.

Tadinya, aku ingin menolak ajakan mama untuk singgah di rumah Tante Lita, tapi, setelah aku melihat anak Tante Lita, aku mengurungkan niat untuk menolak ajakan dari mama.

Anak Tante Lita namanya Alyssa Fredella, biasa dipanggil Als, tetapi kadang aku memanggilnya Alyssa. Usianya sekitar 15 tahun, selisih 2 tahun denganku. Matanya bulat dan berwarna hitam pekat. Bibirnya sungguh mungil dan tipis, sangat menggiurkan. Rambutnya hitam pekat dengan panjang sepunggung. Hidungnya mancung. Wajahnya sangat mulus, hampir tidak ada noda yang menempel. Tubuhnya putih sekali. Dia benar-benar perfect, seperti barbie.

Alyssa memang sosok wanita yang begitu sempurna, tapi....perlu digaris bawahi, aku hanya menganggapnya sebagai adik, tidak ada perasaan spesial untuknya. Aku masih cukup trauma untuk mengenal cinta, lagi. Ahh... Aku tidak akan membahas tentang cinta traumaku itu.

Intinya, untuk saat ini, aku benar-benar ingin menyendiri tanpa mengenal cinta.

Aku tinggal di rumah Tante Lita sudah hampir 4 bulan.

Dari awal aku masuk ke dalam keluarga Tante Lita, anaknya yang bernama Alyssa itu sama sekali tidak menghargai kehadiranku, bahkan sikapnya sangat judes kepadaku. Tetapi, sikapnya yang judes itu justru ku anggap sebagai tantangan untukku.

Alyssa masih terbilang anak bau kencur. Dia baru masuk SMA, tetapi, dia sangat jago dalam hal berpacaran. Dia berpacaran dengan teman sekelasku, namanya Farel.

Setiap malam, Farel datang ke rumah Alyssa untuk mengapeli Alyssa.

Sungguh aku melihatnya saja sangat jijik.

Aku tahu betul sifat Farel. Ingin rasanya aku memberi tahu Alyssa jika Farel bukanlah sosok lelaki baik. Tetapi, rasanya tidak efisien jika aku tiba-tiba mengatakan kepada Alyssa mengenai sifat asli Farel.

Belum sempat aku mengatakan kepada Alyssa jika Farel lelaki bejat, sudah terlebih dahulu Farel menampakkan kebejatannya pada Alyssa.

Malam itu, hari ulang tahun Alyssa. Farel datang tepat tengah malam untuk memberi kejutan kepada Alyssa.

Setelahnya, lelaki pecundang itu meninggalkan Alyssa tanpa dosa.

Sungguh ingin ku patahkan leher lelaki bejat itu!

Karena ulahnya, Alyssa benar-benar frustrasi. Alyssa mengurung diri di kamar selama 2 minggu dan dia tidak makan apapun, bahkan, dia mengancam akan bunuh diri jika ada yang mengganggunya, tidak terkecuali mama dan papanya sekalipun.

Hingga akhirnya Alyssa sadar akan perbuatan bodohnya dan dia pun beranjak dari kamarnya.

Kondisinya benar-benar mengenaskan. Sudah seperti orang yang habis dibekap oleh penjahat.

Beruntung, Tuhan masih sayang pada Alyssa. Bahkan Dokter mengatakan jika kondisi Alyssa baik-baik saja hanya perlu sedikit pemulihan.

Yaa, orang yang sedang sakit hati tidak makan selama 2 minggu ternyata masih kuat untuk menjalani hidupnya. Tetapi, itu sangat kedengaran konyol bagiku.

Sejak peristiwa itu, perlahan Alyssa mulai mengakui kehadiranku. Perlahan dia bertingkah sopan padaku.

Aku semakin betah tinggal di rumah Tante Lita. Apalagi dengan Alyssa yang semakin hari semakin cantik. Eh.. Tapi perlu kuingatkan lagi, aku menganggap Alyssa hanya sekedar adik.

Eh...Sampai lupa menceritakan kondisiku sekarang. Yaa, hari ini kelasku mendapat jam kosong. Semua teman kelas sudah berlalu menuju kantin. Tetapi, aku masih menyibukkan diri membaca buku biologi materi pembelahan sel. Jabatanku di kelas sebagai ketua, sehingga aku berusaha memberi contoh yang baik untuk semua anggota di kelasku. Ceileh.

Entah kenapa tiba-tiba aku teringat Alyssa. Tingkahnya tadi di dalam mobil sungguh menggemaskan. Coba bayangkan, aku sedang fokus menyetir eh dia malah menyetel lagu kenceng banget. Sontak, aku marahin dia dan mematikan lagunya. Raut wajahnya langsung memberengut kayak anak kecil. Imut dan lucu sekali, tetapi aku menahan tawaku saat itu.

Nah, setelah itu aku tidak bisa menangkal tawaku. Tawaku benar-benar meledak. Alyssa menyetel lagu lagi, lagunya lirih banget kayak lagi ngebisikin orang dan Alyssa memajukan telinganya tepat di depan rekaman lagu tersebut, wajahnya begitu menghayati lagu.

Bagaimana aku bisa menahan tawa? Dia saja memamerkan wajah menggemaskannya, ingin rasanya ku cubit pipinya, tadi. Tapi, kurasa Alyssa salah paham, dia pikir aku menertawainya atas perilaku bodohnya, padahal aku tertawa karena aku sangat tidak tahan dengan wajah imutnya yang begitu menggemaskan.

Yaa, kurasa Alyssa salah paham dan sekarang pasti sedang merajuk kepadaku.

Membayangkan wajah Alyssa yang sedang ngambek membuatku senyam-senyum sendiri. Eh, tapi perlu kuberi tahu lagi, aku hanya menganggap Alyssa sebagai adikku, tidak lebih dari itu. Yaa, dari awal sudah ku katakan jika aku sangat menginginkan adik perempuan. Nah, setelah aku berkesempatan memilikinya sekarang, maka aku akan sangat menjaganya.

Aku akan ke kelas Alyssa untuk merayunya agar dia tidak lagi ngambek padaku, jangan salah, aku sangat pandai merayu. Yaa, aku akan kesana mumpung memang sudah waktu istirahat.

"Kak Zach..."

"Kak Zach.."
Sorak semua teman Alyssa dan langsung berderap menujuku. Ada yang memeluk manja lenganku, mengacak-acak rambutku, mengelus-elus dadaku. Ahh.. Pokoknya aku sudah seperti barang obralan. Yayaya, aku seperti barang murah yang dijual besar-besaran dan semua orang sontak langsung berlarian menyerbuku.
Sungguh risih.

"Maaf, maaf.. Aku cari Alyssa. Tolong panggilin ya." ujarku memberhentikan semua perlakuan konyol teman-teman Alyssa.

Mereka sedikit bingung karena aku mencari Alyssa. Aku berderap masuk ke kelas Alyssa untuk menemuinya langsung. Tidak ku dapati Alyssa di dalamnya.

"Ran.." panggilku pada Rani. Aku tahu jika Rani teman sebangku Alyssa, jadi, siapa tahu Rani mengetahui keberadaan Alyssa.

"Ya, Kak." sahut Rani.

"Alyssa mana, yah?" tanyaku.

"Oh.. Als tadi bilang mau ke kantin, Kak." sahut Rani. Aku mengangguk dan buru-buru berderap menuju kantin.

Aku sudah sampai di depan pintu kantin. Aku merapikan rambut dan dasiku, entah mengapa aku merasa seperti akan bertemu orang yang sangat spesial.

Cklek...

Apakah itu Alyssa?

Yaa, itu Alyssa.

Tidak percaya sungguh tidak percaya.

Als.......

Siapa yang sedang bersamanya?

Siapa yang memeluk Alyssa?

Entah mengapa, hatiku terasa benar-benar sakit.

Hei, aku bukan siapa-siapanya Alyssa. Kenapa aku harus merasakan sakit?

Lagipula aku memang tidak menyukai Alyssa, aku hanya menganggapnya adik, tapi, kenapa nafasku tiba-tiba terasa sesak?

To Be Continue

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang