18

336 31 17
                                    

Ayeah..
Gw hadir lagi..
Moga lu senang dan gw pun senang🌹

Author POV

Satu minggu berlalu. Keadaan berubah secepat laju petir. Kini seakan diberi jarak sejauh sabang sampai merauke. Tidak. Tentu tidak benar. Jaraknya hanyalah sebatas pintu kamar yang saling berhadapan, sebatas dua kursi yang saling berhadapan di meja makan, sebatas jok mobil pengendara dan penumpang. Tidak jauh bukan? Sangat dekat namun terasa sejauh sabang sampai merauke.

Kesalah pahaman dan kemarahan Alyssa seperti kalimat majemuk yang tak pernah diberi titik -tak pernah ada habisnya-

Kenapa terbilang kesalah pahaman?

Faktanya, Zach mengatakan 'semua mantan Farel sangatlah menjijikan' hanya khusus untuk Nabila, tidak termasuk Alyssa.

Hati wanita memang sangatlah sensitif. Menonton sinetron saja sudah harus siap tisu. Bukankah sinetron hanyalah akting belaka yang tidak terbukti kebenarannya? Apalagi kalau dikata-katain secara langsung? Tisu di toko diborong habis.

Tapi sungguh, yang Zach katakan khusus teruntuk Nabila. Tapi kenyataannya, Alyssa merasa jika perkataan itu tertuju untuknya.

Yaa, Alyssa memang tidak salah. Wajar jika Alyssa merasa tersindir dan kini sangat membenci Zach karena dirinyapun termasuk mantan Farel.

---

"Alss.. Bicaralah.. Kamu selalu seperti itu. Selalu seakan mendadak membisu." ujar Zach seusai Mama dan Papanya Alyssa berlalu dari meja makan.

"Als.. Kumohon.. Berhentilah menganggapku seolah aku tak pernah ada."

"Als..."

"Kak Zach liat sendiri kalau aku lagi ngapain, kan? Aku sedang makan. Dan jika Kak Zach terus-terusan mengajakku bicara maka aku akan tersedak."

"Oke.. Selesai makan, kita butuh bicara."

"Sayang sekali. Aku sudah cukup kenyang. Makananku tak sanggup kuhabiskan, itu berarti makanku tidak selesai dan kita tak perlu bicara." Alyssa beranjak dari meja makan tanpa peduli dengan Zach yang terus-terusan memanggil namanya.

Zach POV

Entah sampai kapan kemarahanmu mereda. Aku sangat merindukanmu, Als..

Bosan. Aku sungguh bosan.
Hidup seperti tidak hidup.
Makan seperti tidak makan.
Membujuk Alyssa untuk memaafkanku lebih lelah dari lari maraton.
Energiku seakan terkuras habis dan aku sungguh tak bergairah untuk menjalani hidupku.

Sosok yang kuanggap sebagai penyemangat kini telah sirna seketika.
Memang akulah yang salah.
Tapi apakah kesalahanku sama sekali tidak bisa termaafkan?

---

Kukancing satu persatu kancing kemeja putihku.

"Zach.."

"Iya Tante?" Tante Litta -Mamanya Alyssa- sungguh sangat membuatku terkejut.
Bagaimana bisa Tante Litta masuk ke kamarku?

"Duh calon mantu Tante ganteng banget. Pake kemeja putih jadi tambah kinclong putih bersih bersinar."

"Busett, mirip sabun sunlight dong. Tante bisa aja ah."

"Faktanya emang gitu, Zach. Kamu tampan luar dalem."

"Amin." kusunggingkan senyuman untuk Tante Litta.

"Rapi kayak gini mau pergi yah?"

"Ya, Tante.."

"Mau pergi kemana?"

"Mau latihan band, Tan.."

"Wahh.. Kalo gitu si Als harus ikut." celetuk Tante Litta yang membuatku tercengang.

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang