Klik ★ di pojok kiri sebelum membaca.
Farel masih terpatung di depan pintu tanpa merespon lambaian tangan Kak Zach.
"Woy, sini masuk, man." Kak Zach memanggil Farel kembali.
Farel mengangguk pelan dan berderap menuju Kak Zach.
Kak Zach menepuk pundak kanan Farel, "Lo lemes banget, man." celetuk Kak Zach dengan mengangkat satu alisnya.
Farel menatap wajah Kak Zach sekilas, "Gue semalem begadang."
"Ya ampun. Tobat, man. Gue aja udah pensiun nonton gituan." celetuk teman Kak Zach berkemeja putih.
Teman Kak Zach berkaos hijau memiting kepala pria berkemeja putih itu, "Husst. Sensor. Di sini ada cewek, man."
Oke, cewek yang dimaksud dalam perkataan itu adalah aku. Tapi, aku sama sekali nggak ngerti apa yang sedang mereka obrolkan.
"Siapa juga yang nonton gituan." ujar Farel dengan tatapan sinis.
"Udah udah.. Kita semua kan saudara, jangan ribut gitu dong. Malu sama burung." celetuk Kak Zach menghancurkan suasana ruwet itu.
Semua teman Kak Zach tertawa terbahak-bahak sambil saling memiting kepala satu sama lain. Hanya satu yang sama sekali tidak bereaksi, Farel.
"Gue mau mandi dulu." celetuk Kak Zach kemudian menoleh ke arahku, "Layanin temen-temenku ya." tambahnya.
"Iya. Yuk layanin aku. Udah nggak tahan nih." celetuk pria berkemeja putih.
Aku menatap bingung pria berkemeja putih itu.
"Jangan macem-macem. Nih bocil adek gue!" bentak Kak Zach.
Pria berkemeja putih itu mengangkat kedua tangannya, "Tenang, man. Gue cuma bercanda. Gue udah jinak kok."
Kak Zach memutar bola mata karena perkataan temannya itu dan kemudian berderap masuk ke kamarnya.
Setelah Kak Zach sudah benar-benar masuk ke dalam kamarnya, aku melirik ke arah Farel sekilas hingga akhirnya mataku dan mata Farel bertemu.
Aku rindu. Aku rindu tatapan itu. Aku rindu mata hazel itu.
Tapi, semua yang kurindukan itu hanya sebatas rindu yang tak kuketahui kapan datang juga berlalunya.
Kualihkan pandanganku dari sosok Farel hingga kemudian seseorang menarik tanganku membawaku terduduk di sofa.
Seseorang yang terduduk di sebelahku mengulurkan tangannya, "Tadi kita belum sempet kenalan." ujar pria berkemeja putih.
Aku tersenyum tipis, "Namaku Alyssa. Kakak bisa panggil aku Als."
Pria kemeja putih itu manggut-manggut, "Nama yang cantik seperti wajahnya." celetuknya dengan mengerlingkan mata. "Aku Rio." tambahnya.
"Gue Doni." celetuk pria berkaos hijau.
"Gue Renaldi. Panggil aja Aldi." celetuk pria berkaos biru tua.
"Kalian semua bisa sopan dikit nggak sih? Ngomongnya pake 'aku-kamu' jangan 'lo-gue'." ujar Kak Rio.
Kak Doni dan Kak Aldi hanya memutar bola mata malas.
"Eh.. Lo kok matung di situ ajah. Nggak mau kenalan sama cewek cantik nih?" ujar Kak Rio pada Farel.
Farel tidak meresepon sama sekali ucapan Kak Rio tetapi justru malah mengambil handphone di sakunya dan kemudian memainkannya.
Kak Rio mendengus, "Dia emang gitu orangnya, Als. Sok sibuk, sok cool, sok hot, sok--
KAMU SEDANG MEMBACA
Need You
RomanceKeputusan yang paling sulit dalam cinta adalah ketika harus memilih antara tetap bertahan atau harus melepaskan.