13

403 34 55
                                    

Klik ⭐ di pojok kiri sebelum membaca.

Alyssa POV

"Jangan sentuh-sentuh aku!" bentakku dengan menepis kasar tangan Kak Zach yang menyeka air mata di pipiku.

"Kenapa?" Kak Zach mengulangi lagi aksinya untuk menyeka air mataku.

Aku menepis tangannya lagi, "Kubilang jangan! Jangan berpura-pura kuat!" celetukku tidak bisa tertahan.

Kak Zach terlihat bingung. Dia mengangkat satu alisnya dan memajukan wajahnya ke wajahku juga memberi tatapan tajam, "Apa maksudmu?" tanyanya dengan semakin mendekatkan tubuhnya kepadaku.

Aku mendorong dada Kak Zach agar menjauh dariku. Tidak mungkin kubiarkan tubuhnya menempel tubuhku, "Kak Zach pandai bersandiwara!" pekikku.

Dengan satu hitungan detik, Kak Zach merengkuhku ke dalam dekapannya. Aku meronta-ronta meminta agar dilepaskan dengan memukul-mukul dadanya. Bukannya dilepaskan, Kak Zach justru semakin mengeratkan dekapannya hingga membuat tubuhku benar-benar terkunci karenanya.

"Kamu ini kenapa, Als?" tanyanya dengan mengelus lembut pundakku.

Kak Zach benar-benar pandai bersandiwara. Dia masih saja berpura-pura tidak tahu dengan maksud perkataanku.

Dengan sekuat tenaga, aku berhasil melepaskan diri dari dekapan Kak Zach.

"Kak Zach lebih tersakiti dariku! Selama ini Kak Zach membohongiku dengan berpura-pura kuat di depanku! Tidak sepantasnya Kak Zach merahasiakan semua tentang Farel kepadaku! Aku berhak tahu, Kak Zach! Aku terlibat di dalamnya! Aku terlibat di hubungan antara Kak Zach, Kak Nabila juga Farel! Aku bukan orang asing!" celetukku panjang lebar ditambah dengan menangis sejadi-jadinya. Kuluapkan semua dalam satu tarikan nafas dan hal berikutnya yaitu membuat perasaanku lega.

Kak Zach dengan sigap menyeka air mata yang membasahi pipiku, "Aku dari awal sudah tahu maksud dari perkataanmu.. Aku hanya tidak ingin membahasnya, Als. Kumohon jangan diungkit-ungkit lagi. Masa lalu biarlah berlalu. Kebahagiaan ada di depan, bukan di belakang, Als.." ujar Kak Zach membelai lembut pipiku dan tersenyum begitu menawannya.

Perkataan Kak Zach justru membuatku menangis semakin kencang dan lagi-lagi Kak Zach merengkuhku ke dalam dekapannya. Begitu hangat bagaikan datangnya musim semi.

"Aku ingin Kak Zach bercerita sedikit tentang Kak Nabila." ujarku di sela-sela tangisku.

"Tidak penting, Als. Nabila tidak penting untuk dibahas. Mending kita bahas sarimi isi dua, euummm. Nikmatz dan ntapz." Kak Zach malah ngomong apalah-apalah yang nggak penting. Asli. Nggak penting banget deh.

Kucubit lengan Kak Zach dengan geram, "Auww.." Kak Zach mengerang kesakitan, namun itu hanya akting belaka.

Seketika, tangisku berhenti dengan sendirinya seperti ada rambu-rambu lampu merah yang menghentikan pergerakan air mataku. Tingkah Kak Zach tadi memang benar-benar lucu dan menggemaskan hingga tidak terasa senyuman kecil terukir sendiri di bibirku.

Aku mendengus geli, "Kak Zach.. Jangan bercanda terus." erangku.

Kak Zach melepaskan dekapannya dan menatapku begitu intens lalu tersenyum begitu manis padaku.

"Aku senang melihatmu tersenyum kembali, sangat cantik." puji Kak Zach padaku sambil menyematkan rambutku yang tergerai di depan ke belakang telinga.

Mungkin sekarang pipiku merah merona. Ahh.. Selalu begitu.

"Tolong, Kak Zach... Ceritakan sedikit tentang Kak Nabila." rintihku lagi.

Kak Zach memegang kedua pundakku dengan kedua tangannya, "Oke, akan kuceritakan semuanya." ujar Kak Zach dengan menyentil manja hidungku.

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang