7

438 99 68
                                    

Masih sama seperti hari-hari kemarin. Setiap kali Kak Zach mengendarai mobil, selalu mendiamiku, seolah dia sangat fokus dengan arah jalan. Seolah seperti takut akan menabrak kucing, yang konon jika menabrak kucing maka hidup kita akan ketiban sial, kecuali, kita bertanggung jawab atas kematian si kucing.

Aku menyalakan lagu di mobil Kak Zach tanpa meminta izinnya terlebih dulu. Ahh ayolah.. Aku hanya ingin have fun hari ini, begitu juga nanti saat sudah tiba di sekolah.

"Kamu gila!" bentak Kak Zach dengan mematikan lagu yang baru saja kuputar.
Serius, belum melewati detik ke-5 lagunya sudah dimatikan.

What the hell? Aku hanya ingin bergembira untuk hari ini, aku ingin mengenyahkan Farel di otakku yang masih terus saja berlalu lalang di dalamnya.

Pikiranku suntuk jika sepanjang jalan didiamkan oleh Kak Zach, makanya aku memutar lagu. Memang salah? Jika terbiarkan suntuk, aku yakin, lagi-lagi Farel akan masuk ke dalam pikiranku.

"Hei! Aku hanya ingin sedikit terhibur!" pelototku geram kepada Kak Zach.

"Tapi kamu bisa menyetel dengan volume rendah, kan? Tadi hampir volume penuh! Aku terganggu! Tidak fokus menyetir! Kamu ingin kita mati, ha?" pelototnya juga padaku.

Aku mendengus kesal. Sepertinya dia terlalu berlebihan deh. Yaa, memang sih aku menyetelnya hampir volume penuh hanya kurang 1 volume lagi maka akan benar-benar volume penuh.

"Oke. Aku akan menyetelnya lirih." ujarku berusaha menyetel lagu lagi.

Kak Zach terkekeh, "Tidak selirih itu juga kali." ujarnya.

Aku memincingkan mata padanya, "Bukannya tadi disuruh lirih?"

"Tapi sekarang lagu itu terdengar seperti sedang berbisik." ujarnya lagi masih dengan tertawa keras.

Sungguh melihatnya menertawakanku membuatku sangat geram. Ingin ku jahit saja mulutnya agar tidak bisa terbuka. Mungkin akan terlihat lebih baik.

Kumatikan lagunya. Tidak ingin terlalu banyak mendengarkan komentar dari orang yang memiliki kepribadian ganda ini.

Coba bayangkan. Sikapnya sekarang berbalik 180°. Bukankah semalam dia bersikap manis padaku? Kenapa sekarang sikapnya menyebalkan lagi? Berarti dia memang mempunyai kepribadian ganda, bukan? Sikapnya mudah sekali berubah.

"Nah sudah sampai." ujar Kak Zach dengan menarik nafas panjang saat mobil sudah terparkirkan.

Aku tidak bereaksi apapun saat sudah sampai. Rasanya, aku sangat enggan untuk turun dari mobil. Aku membanting kepala ke jok mobil.

"Hei, kamu sedang apa itu? Mau tidur?" ujar Kak Zach yang masih terduduk di sampingku.

"Kakak turun saja dulu." sahutku tanpa menoleh padanya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu." ujarnya.

Aku melotot bingung.

"Eh...maksudku, aku harus mengantarkanmu sampai kelas. Itu pesan dari mamamu." ujarnya.

Aku memutar bola mata.
Mamaa!! Kenapa memasrahkan anaknya kepada pria menyebalkan ini!

"Kau ini pemalas." Kak Zach memajukan tubuhnya ke arahku. Aku siaga 1. Mau apa dia? Wajahku dan wajahnya kini sangat dekat. Dia menatapku begitu intens.

Cklek...
Ternyata dia membuka pintu mobilku. Tingkahnya sudah membuat jantungku benar-benar hampir copot. Coba jika benar-benar copot, mungkin akan diganti dengan jantung pisang.

"Cepat keluar!" perintahnya dengan setengah membentak.

Aku mendengus, namun akhirnya aku menurutinya.

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang