17

396 45 31
                                    

Klik ★ di pojok kiri sebelum membaca. Semangatin authornya!!😭

Zach POV

Menang. Ya.. Aku menang. Hari ini, detik ini, aku berhasil membalaskan dendamku pada Farel walaupun belum sepenuhnya terbalaskan. Masih tersimpan banyak daftar dendam yang harus kubalaskan. Mungkin aku terdengar begitu kejam. Tapi, jika kalian mengalami nasib sama sepertiku, sudah pasti kalian akan melakukan hal sama denganku.

Hari ini aku berhasil membuat Farel merasakan sakitnya ditusuk oleh kawannya sendiri.

Cara Farel menatap Alyssa memang sudah bisa ditebak jika Farel masih mencintai gadis polos itu.

Dan aku? Aku menang hari ini.

Farel membanting gitarnya sebagai bukti kecemburuannya padaku.

Jahatnya aku untuk hal ini bukan karena balas dendamku pada Farel. Tapi, aku menjadikan Alyssa sebagai alat bantu dalam melancarkan aksi balasku pada Farel. Aku seolah hanya mempermainkan perasaan Alyssa. Aku begitu jahat. Tapi, untuk hal ini memang aku sangat membutuhkan peran Alyssa.

"Aku ke belakang dulu, Als. Nanti pulangnya kamu nunggu aku di parkir." ujarku pada Alyssa setelah Farel membanting gitar dan keluar dari panggung dengan begitu frontal.

"Kak.. Apa maksudnya mawar ini?"

"Aku jelaskan nanti di mobil." sahutku dan langsung berderap meninggalkan Alyssa dan juga meninggalkan panggung.

Sampai di belakang panggung pun aku tak bisa menemukan keberadaan Farel. Kemana anak sialan itu?

Seseorang menepuk pundakku dari belakang, "Man. Ada apaan sih? Kok tadi Farel aneh banget kayak gitu." ujar Doni setelah aku menolehnya.

"Dia kumat." sahutku.

"Bener tuh. Dia emang suka marah-marah nggak jelas." sambung Aldi.

"Dia cemburu sama lo mungkin, man.." celetuk Rio padaku.

Aku hampir lupa. Semua temen-temenku ini sama sekali tak tahu jika Farel dan Alyssa dulu pernah menjalin hubungan.

Doni memiting keras kepala Rio, "Lo bodoh amat sih. Harusnya Zach yang cemburu sama Farel. Nabila kan direbut Farel."

Kini Aldi yang memiting kepala Doni, "Lo lebih bodoh. Lo lupa kalo kita semua udah janji nggak bakal ngungkit-ngungkit soal Nabila."

"Kalian mau bahas soal Nabila juga nggak papa. Nggak ngaruh sama sekali buat gue." kali ini aku yang bersuara.

"Siip, man. Cewek kayak Nabila emang kudu dilupain. Dikubur jauh-jauh dari pikiran kita." celetuk Aldi.

Doni sengaja menyenggol lenganku dengan sikutnya, "Lo suka sama cewek yang lo anggep adik itu?"

Aku menggeleng antusias, "No! Mana mungkin. Tadi nggak sengaja aja gue ngeliat dia di barisan paling depan. Jadi gue kasih bunga ke dia."

Rio mengepalkan tangannya ke udara, "Yeay! Berarti gue masih ada kesempatan buat jadi calon adik ipar lo, man."

Kupiting dengan geram kepala Rio, "Jijik gue punya adik ipar model kayak lo. Lagian dia bukan adik kandung gue."

Doni dan Aldi tertawa terbahak-bahak sambil berebut memiting kepala Rio. Asli. Rio bernasib sangat malang. Kepalanya mungkin minggu depan udah peyang.

"Gue mau cari Farel dulu." ujarku dengan balasan anggukan dari mereka semua.

"Ngapain lo di sini?" celetukku setelah mendapati Farel yang tengah menyenderkan tubuhnya di tembok bata belakang sekolah.

Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang