5

1.7K 223 2
                                    

Backsong : Red Velvet - Wish Tree
(Tinggal play video yang udah ada di multimedia, jadi kalian bisa baca sambil dengerin music^^)

Irene berjalan menyusuri kota Seoul sendirian. Cuaca dingin dan bersalju tak menjadi halangan baginya untuk menikmati keindahan kota Seoul walaupun sendirian.

Christmas sudah semakin dekat. Tinggal menghitung hari. Ya, perayaan Christmas kali ini sangat berbeda karena Irene akan merayakannya bersama Mino, tidak lagi bersama appa dan eomma-nya.

Seketika langkah Irene terhenti, saat melihat seorang namja yang sedang memilih atribut natal. Irene semakin yakin, itu adalah namja yang sangat ia kenal namun ia ragu untuk menyapanya.

Hingga akhirnya, Irene juga memasuki toko yang menjual atribut natal itu. Ia mencoba untuk melihat wajah namja itu. Sedikit demi sedikit, Irene mulai mendekati namja itu. Dan...

"Annyeong Dowon-ah" sapa Irene sambil menepuk pelan pundak namja yang bernama Dowon. Dowon itupun berbalik menghadap Irene.

"Eh?Irene-ah!" Sapanya balik, dengan wajah yang terlihat senang.

"Kau sedang apa disini?" Sambung Dowon bertanya kepada Irene.

"Ah aku hanya sedang berjalan-jalan saja, kalau kau?" Balas Irene bertanya.

"Aku hanya ingin membeli kartu ucapan untuk eomma-ku" balas Dowon.

Irene dan Dowon pun memutuskan untuk pergi ke sebuah kedai yang tidak jauh dari toko atribut natal tadi, hanya berjarak dua toko. Mereka berbincang-bincang dengan asik, bercanda bersama. Sampai-sampai Irene lupa akan waktu.

"Irene-ah, kau ingat tidak saat kau sekolah dulu kau itu sangatlah culun" kekeh Dowon saat mengingat masa sekolah dulu.

"Ya!kau juga Dowon-ah, kau selalu mengikutiku kemana aku akan pergi" balas Irene dengan penuh tawa. Tiba-tiba saja, Irene teringat bahwa Mino akan pulang cepat hari ini.

"Ah mianhae Dowon-ah, aku harus pulang sekarang" pamit Irene dengan wajah yang terlihat sangat khawatir.

"Eh?cepat sekali, memangnya kau ada urusan yang mendadak?" Tanya Dowon mencoba menahan Irene agar tidak pulang.

"Aniyo, hanya saja Mino pulang cepat hari ini jadi aku harus memasak makanan untuknya" jelas Irene.

"Mino?siapa dia?" Tanya Dowon penasaran.

"Suamiku, yasudahlah ceritanya nanti saja aku harus pulang sekarang" pamit Irene.

Dowon masih memandangi punggung Irene yang sedikit demi sedikit menjauh dari hadapannya, yeoja itu, yang ia sukai saat masa SMA, ternyata sekarang sudah milik orang lain.

"Aku terlambat" gumam Dowon sambil tersenyum tipis.

- - -

Irene berlari dari kedai menuju rumah, ia sudah tak ada waktu lagi untuk menunggu bus tiba jadi Irene memutuskan untuk berlari menuju rumah.

Beberapa saat kemudian, Irene tiba dirumah. Ia melihat mobil Mino yang sudah terparkir didepan rumah. Irene mulai membuka pagar rumahnya, lalu berjalan memasuki rumah dengan wajah yang sedikit khwatir kalau Mino akan memarahinya karena ia pergi tanpa memberitahu Mino.

Saat Irene berjalan menuju ruang tv, ia mendapati Mino yang sedang tertidur di sofa dengan tv yang masih dalam keadaan menyala. Irene berjalan menghampiri Mino, lelaki itu terlihat sangat pucat, entah karena hari dingin atau...

Irene langsung sergab, melemparkan tasnya lalu memegang dahi Mino untuk memeriksa keadaan suaminya itu. Dan bukan main, ternyata Mino terkena demam.

"Aigoo, suhu badannya tinggi sekali" gumam Irene.

Irene mulai menjalankan perannya sebagai istri. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air hangat, lalu mengambil handuk berukuran kecil.

Irene mulai mengompres dahi Mino dengan hati-hati, lalu menyelimuti Mino dengan selimut yang tebal. Saat Irene ingin menyelimuti Mino, tiba-tiba saja ia terpegang baju Mino yang basah. Mungkin saja, Mino demam gara-gara mengenakan baju yang basah.

"Aish jinjja, namja ini selalu saja membuatku sulit" keluh Irene.

- - -

Waktu berjalan begitu cepat, sekarang sudah menunjukkan tepat pukul 12 malam, namun Irene masih saja tersandar disamping sofa untuk menunggu Mino kalau terjadi apa-apa.

Irene terus mengompres kening Mino agar demam nya turun. Sesekali Irene juga memijat tangan Mino. Dan beberapa saat, Irene tertidur disamping Mino dengan keadaan masih tersandar di tepi sofa.

Hari semakin larut, Mino mulai membuka matanya perlahan. Mencoba untuk melirik ke sekeliling rumahnya, ia melihat Irene yang tertidur disampingnya.

"Ah...pasti dia yang melakukan semua ini" gumam Mino sambil melepaskan kompres di keningnya.

Mino mulai beranjak dari sofa, lalu berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya setelah itu ia kembali ke ruang tv.

Sekarang jam sudah menunjukkan tepat pukul 1 pagi, sejujurnya ia tidak tega untuk meninggalkan Irene sendirian disini. Tidak ada pilihan lain, Mino memopong tubuh Irene menuju kamar, menaiki tangga satu persatu hingga ia tiba dikamar.

Mino meletakkan pelan tubuh Irene di atas kasur, lalu menyelimuti tubuh Irene dengan selimut yang tebal tidak lupa Mino menyalakan penghangat ruangan, agar Irene tidak kedinginan.

- - -

Sinar matahari berhembus memasuki celah-celah gorden, membuat Irene silau dibuatnya. Irene mulai membuka matanya sesikit demi sedikit. Mencoba untuk menyadarkan diri dari tidur nyenyaknya ini.

"Eugh...eh, kenapa aku ada disini?" Gumam Irene terkejut saat mendapati dirinya tidur diatas kasur. Irene menatap Mino yang masih tertidur disampingnya.

"Ah aku rasa ini semua dia melakukannya" lanjutnya.

Irene pun beranjak dari tempat tidur dengan gerakan perlahan agar tidak membangunkan Mino yang sedang tertidur nyenyak. Berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan diri sehabis bangun tidur, setelah itu ia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

Irene menyiapkan menu sarapan yang sangat simple yaitu sandwitch. Dia ingin menyingkat waktu hari ini, karena akan berbelanja untuk keperluan natal.

Sekon kedua, Irene sudah selesai menyiapkan sarapan pagi, ia langsung menghampiri Mino yang masih tertidur nyenyak dikamar.

"Mino-ah, bangunlah!" Teriak Irene dari ambang pintu kamar. Namun Mino tidak meresponnya. Tidak terima dengan hal ini, Irene pun berjalan mendekati Mino.

"MINO-AH!CEPATLAH BANGUN ATAU KAU TIDAK AKAN DAPAT SARAPAN PAGI INI!!" Teriak Irene dengan suara lantangnya membuat Mino terbangung.

"Aigoo, jangan berteriak seperti itu" balas Mino yang masih menutup kedua matanya.

Plak!

Irene mendaratkan pukulan ke lengan Mino dengan keras membuat Mino membuka kedua matanya dengan cepat.

"Aw!appu!" Teriak Mino kesakitan.

"Cepatlah turun ke lantai dasar dan makan sarapanmu," balas Irene yang kemudian pergi meninggalkan Mino yang masih merasa kesakitan dengan pukulan itu.


Jangan pelit untuk memberikan Vote ya chingu^^

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang