Tidak terasa, hari ini Irene dan Mino terakhir berada di London. Mino yang terlhat sudah bangun terlebih dahulu, mengemas barang-barang miliknya--tapi tidak bagi Irene yang masih terlelap nyenyak dikasur. Mino menatap ke arah Irene dengan lembut, menyeka pipi kanan Irene sambil menatapi tulus.
"Wah, bagaimana bisa dia tertidur pulas seperti ini," gumam Mino. Setelah beberapa saat, Irene mulai membuka kedua matanya secara perlahan, tak asing baginya--saat menemukan Mino yang tersenyum dihadapannya. Irene melukiskan senyuman tipis setengah sadar.
Mino mendekatkan jaraknya ke wajah Irene, "lihatlah wajahmu, seharusnya istrilah yang membangunkan suaminya" ucap Mino mengejek. Irene hanya menanggapi dengan senyuman smirk-nya yang terlihat sangat mengerikan. "Berhentilah mengejekku Mino-ah!" seru Irene geram, Mino terkekeh geli.
Mungkin waktu bermalas-malasan sangatlah diperlukan untuk timing sekarang ini, terlebih lagi--ini hari terakhir mereka berada di London, pasti mereka menginginkan momen yang tak terlupakan.
Mino berencana ingin mengosongkan semua jadwalnya hari ini hanya untuk bersenang-senang bersama istrinya. Lagipula, waktu kerja yang ia dapatkan sangatlah full, tidak ada waktu untuk bersenang-senang.
***
Irene berlari ke arah dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk Mino dan juga dirinya. Irene mengambil beberapa bahan makanan yang berada didalam kulkas Hotel--ya walaupun seadanya, setidaknya untuk mengganjal perut agar tidak kelaparan.
Terlihat Mino yang baru saja keluar dari kamar mandi, masih menggunakan handuk yang menutupi sebagian tubuhnya. Mino berjalan menghampiri Irene yang terlihat sangat fokus dengan kegiatannya, "ya, jangan terlalu serius Irene-ah, nanti masakanmu gosong" ejek Mino tepat ditelinga kanan Irene. Sontak Irene terkejut dengan memberikan reaksi pekikan kecil.
"Ya!bisakah kau tidak mengejutkan ku!" teriak Irene kesal. Melihat istrinya kesal, Mino malah tertawa lepas. "hey, Ny.Song Mino janganlah kau seperti itu. Wajahmu itu sangatlah lucu" ucap Mino mengejek namun Irene tak menghiraukannya, ia malah sibuk dengan pekerjaannya memasak makanan.
Merasa tidak diperdulikan oleh Irene, Mino pun pergi ke kamar untuk berpakaian. Yang benar saja, saat perempuan diam itulah hal yang paling ditakuti oleh semua pria. Wajah mereka terlihat seperti ingin memakan para pria yang ada didekatnya.
Setelah selesai berpakaian, Mino berjalan menghampiri Irene yang sudah selesai memasak makanannya. Benar-benar menakutkan--wajah Irene terlihat tidak ada ekspresi sama sekali, inikah yang dinamakan masalah? maksudnya kalau istri sudah begini suami bisa apa?
Mino mendudukkan tubuhnya disebelah Irene, menatap ke arah Irene yang terlihat seperti orang sakit, "gwenchana?" tanya Mino seraya menatap ke arah Irene dalam. Namun Irene tidak menjawabannya, ia malah bungkam seperti sedang menahan sesuatu. Dan tiba-tiba saja, irene menutupi mulutnya dengan kedua tangannya--lalu berlari menuju washtafel untuk mengeluarkan semua isi perutnya.
Mino langsung berlari untuk memeriksa keadaan Irene, "wae geure?gwencahana?" Mino langsung membombardir berbagai pertanyaan kepada Irene yang masih terengah-engah akibat muntah. "aku baik-baik saja, entah kenapa aku merasa mual dan juga perutku sakit, kepalaku juga sakit" jelas Irene seraya memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa pusingnya itu. Mino langsung memeluk erat Irene. Mengelus lembut ujung kepala Irene, lalu mengecup lembut dahi Irene.
Ada pikiran yang datang kepada Mino, apakah Irene hamil? dia merasakan mual dan juga pusing, bukankah itu gejala seseorang yang sedang hamil? bahkan Irene tak ingin makan karena akan mual.
***
Mino menyuruh Irene untuk beristirahat dikamar, padahal hari ini adalah hari terakhir mereka berada di London--namun tak disangka-sangka Irene malah jatuh sakit. Rasa bersalah pun menghantui Irene karena hari terakhir di London telah ia rusak. Irene menatap ke Mino dengan tatapan lemasnya, "mian, karena aku--kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama. Aish, padahal hari ini, hari terakhir" oceh Irene menyalahkan dirinya sendiri.
"ey, gwenchana. kita bisa berkunjung lagi kesini" Mino mencium kening Irene.
Sudah berjam-jam, Irene terlentang di atas kasur bersama Mino yang terlihat terus saja menatapi Irene. Jujur saja, ini membosankan. Irene memanyukan bibirnya, "Mino-ah, apakah kau tidak penasaran kenapa aku begini?apakah...aku hamil?" jelas Irene yang membuat Mino tersenyum, "eoh..aku juga berpikir seperti itu, apa kita harus pergi kedokter untuk memastikannya?" ajak Mino yang langsung dibalas Irene dengan anggukan kepala.
Irene dan Mino pun bersiap-siap untuk pergi ke Dokter.
***
Tidak memakan waktu yang lama untuk ke Dokter, untungnya Hotel dengan rumah sakit hanya memakan waktu sekitar 20 menit untuk tiba disana. Perasaan senang dan khawatir tengah dirasakan Irene sekarang, kalaupun ia positif hamil itu adalah kabar yang sangat bahagia, tapi kalau tidak kabar yang dinantikan itu telah pudar.
Sesekali Mino menatap ke arah Irene yang terlihat khawatir, "wah, aku akan menjadi ayah" goda Mino seraya mencolek pipi Irene. "ya~janganlah kau berharap duluan, aku hanya khawatir ini hanyalah gejala biasa" balas Irene dengan nada yang terdengar tidak mood.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tiba di salah satu Rumah Sakit yang sangat terkenal di London yaitu St. Thomas' Hospital. Irene dan Mino pun dengan segera memasuki rumah sakit itu. Setelah berbincang dengan para perawat yang ada disana, mereka langsung dibawa ke sebuah ruangan yang tidak lain adalah tempat untuk pemeriksaan kandungan.
Dengan menggunakan alat canggih, Dr.Clara memeriksa perut Irene dengan lembut dan teliti, menanyai gejala yang sedang ia rasakan beberapa hari ini. Kira-kira memakan waktu sekitar 25 menit untuk hal ini, kelihatannya Dr.Clara sangat detail dengan pemeriksaan ini.
Setelah menunggu lama, akhirnya hasil pemeriksaan itu keluar. "Dari hasil pemeriksaan, Ny.Song negatif hamil, ia hanya mengalami gejala yang sering dialami para pengantin baru. Tapi kurasa tidak lama , ia akan menjadi ibu hamil. Aku memeriksa bahwa kondisi kebugaran Ny.Song sangatlah subur, jadi kalian harus menunggu" jelas Dr.Clara panjang lebar.
Terlihat wajah Irene yang kecewa, padahal ia sudah menantikan kabar bahwa dia hamil tapi kenyataannya tidak. Mino berusaha untuk menegarkan Irene yang masih terpukul akan hal ini, "kalau begitu, terima kasih Dr.Clara" ucap Mino dan Irene yang langsung meninggalkan rumah sakit.
Sesampainya diHotel, mereka langsung berkemas untuk kembali ke Korea lagi. Irene berusaha untuk menutupi kesedihannya itu dengan memikirkan hal bahwa sebentar lagi ia akan mengandung, semoga saja.
TBC~